Tidak ada makanan yang membuat kita rindu selain makanan kampung halaman. Di Pasar Ramadhan, Hotel Santika Premiere Malang, kerinduan itu terobati. Sajian makanan kampung halaman yang dihidangkan dalam setiap stall seolah memanggil untuk pulang.
Oleh
SIWI YUNITA CAHYANINGRUM
·3 menit baca
Tidak ada makanan yang membuat kita rindu selain makanan kampung halaman. Di Pasar Ramadhan, Hotel Santika Premiere Malang, kerinduan itu terobati. Sajian makanan kampung halaman yang dihidangkan dalam setiap food stall seolah memanggil untuk pulang.
Aroma wangi nasi goreng jawa menebar di penjuru ruangan. Sore menjelang maghrib di awal Ramadhan ini, chef dengan semangat memasak nasi goreng istimewa buat tetamunya. Nasi goreng itu mengingatkan masakan masa kecil, gurih dengan sentuhan manis kecap.
Ada gerusan cabai merah besar yang menjadikan aromanya khas dengan level pedas yang pas. Nasi goreng itu serasa nikmat karena langsung dibuat di tempat. Saat beduk tiba, nasi goreng hangat pun siap disantap.
Rawon Bromo tak kalah menggoda. Kuah hangat rawon disajikan dengan aneka pilihan sambal, bawang merah goreng, irisan seledri, telur rebus, aneka kerupuk, dan kecambah. Dengan potongan daging yang empuk tanpa lemak, rawon Bromo terasa lumer dan gurih di lidah.
Ada juga sego lodeh dengan aneka macam tumisan dan lauk-pauk. Lodeh jawa timuran, kerupuk, dan sambal membuat kami tergoda menambah lagi dan lagi nasi hangat dalam piring kami.
Ramadhan kali ini, Chef Eksekutif Hotel Santika Premiere Malang Heru Widhi Nugroho memilih menu Nusantara untuk menarik rindu para pengunjung. Menu-menu itu tak hanya membawa rasa, tapi juga kenangan akan kampung halaman.
Ketika mencicip mangut ikan, saya seperti tersedot mesin waktu, kembali ke masa kecil bersama ibu di kampung halaman. Persis seperti penggalan film kartun Ratatouille. Salahkan Chef Heru jika nanti Anda harus tambah lagi dan lagi.
Essa Adelin, Public Relations Officer Hotel Santika Premiere Malang, memperkenalkan kami pada hidangan kampung halaman itu. Essa mengatakan, hidangan itu akan hadir dalam Pasar Ramadhan setiap hari, saat berbuka puasa, selama Ramadhan.
Setiap hari menu yang disajikan berbeda-beda. Jika hari ini bertemu gulai ikan, esok hari akan tersaji tengkleng Solo yang menggoda atau gudeg Jogja yang melegenda. Setiap hari ada setidaknya 80-an jenis makanan dan minuman yang bisa dinikmati bersama keluarga.
Jika hari ini bertemu gulai ikan, esok hari akan tersaji tengkleng Solo yang menggoda atau gudeg Jogja yang melegenda.
Selain makanan utama, ada pula makanan pendamping yang juga beraneka ragam; gado-gado, tahu tek, sate ayam lontong, orem-orem, bakso Malang, mi tiga warna, dan aneka bubur, hingga aneka jajan pasar. Pengunjung bisa memilih apa pun yang disuka, bahkan mencicipi semua jika mampu.
Saya sempatkan mencicipi mi tiga warna yang ternyata rasanya sedap. Mbak Eva yang meracikkan mi untuk saya bercerita bahwa hidangan mi itu dibuat sendiri oleh tim chef-nya. Rasanya kenyal dan lembut dengan kuah yang gurih.
Seluruh makanan yang terhidang tak memakai penyedap rasa. ”Kami memilih menggunakan bahan-bahan segar dan lengkap untuk membumbui masakannya agar rasanya asli dan nendang,” kata Chef Heru.
Kami memilih menggunakan bahan-bahan segar dan lengkap untuk membumbui masakannya agar rasanya asli dan nendang.
Ada pula makanan chinese seperti dimsum, dan bakpao. Di sisi dalam restoran, Anda juga mencicipi aneka pasta. Silakan pilih, jenis pastanya dan jenis sausnya, chef yang bertugas akan menyalakan kompor dan memasaknya khusus sesuai permintaan Anda.
Beraneka ragam es buah, serut, puding, kelapa muda, dan makanan lainnya pun sangat menggoda. Setelah mencicipi es markisa selasih yang segar, Anda bisa meracik sendiri es campur manis dengan berbagai topping.
Sebagai takjil, berbagai makanan kecil seperti sandwich, bermacam donat, aneka pastry, beragam puding, kue-kue, dan jajan pasar lainnya turut menggugah selera. Ingin rasanya saya mencicip satu per satu, tetapi saya sudah tak punya daya. Rujak manis pun menjadi pilihan penutup buka saat itu.
Pasar Ramadhan hampir selalu ramai oleh pengunjung. Begitu juga saat kami ingin memesan tempat lagi pada akhir pekan lalu. Sayangnya, kami harus menunda kedatangan kami kali kedua karena seluruh kursi sudah terpesan saat itu. Penasaran dengan hidangan kampung, membuat kami ingin mencicipi menu lain yang tak kalah menggoda.