Genjot Serapan Beras, Bulog Solo Gandeng Perangkat Desa
Perum Bulog Subdivre Solo, Jawa Tengah, menggandeng Persatuan Perangkat Desa Indonesia Klaten, Jawa Tengah. Bulog Solo akan menampung hasil panen petani dan perangkat desa di Klaten.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
SOLO, KOMPAS — Demi mengoptimalkan serapan beras, Perum Bulog Subdivisi Regional Solo, Jawa Tengah, menggandeng Persatuan Perangkat Desa Indonesia Klaten, Jawa Tengah. Bulog Solo akan menampung hasil panen petani dan perangkat desa di Klaten.
”Tujuan program on farm ini membantu pengadaan beras sesuai Inpres Nomor 05 Tahun 2015 (Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah). Kami menyadari kalau harga (beras) tidak jatuh, petani biasanya menjual ke luar (pedagang beras),” tutur Kepala Perum Bulog Subdivre Solo Mika Ramba Kendenan di Solo, Selasa (14/5/2019). Program on farm adalah usaha budidaya komoditas pertanian potensial menggunakan pola mandiri, kemitraan, dan sinergi.
Mika mengatakan, Bulog Subdivre Solo telah menandatangani nota kesepahaman dengan pengurus Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) Klaten, pekan lalu.
Program ini juga melibatkan perbankan, yaitu BNI yang akan mengucurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Tani kepada petani untuk modal tanam padi. Bulog berperan menyerap hasil panen sehingga petani lancar membayar pinjaman KUR.
Bulog Subdivre Solo akan membeli hasil panen sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen sebesar Rp 4.070 per kilogram (kg) dan beras Rp 8.030 per kg. ”Dalam kerja sama ini, Bulog sebagai pihak yang menampung hasil panen. Diharapkan menambah serapan beras,” katanya.
Target penyerapan beras di wilayah Solo Raya untuk tahun 2019 sebesar 75.000 ton. Pihaknya optimistis, dengan kerja sama ini, target itu akan tercapai.
Ketua PPDI Klaten Bambang Heru Subroto mengatakan, kerja sama akan diawali di lahan-lahan sawah tanah bengkok (tanah milik desa yang dipinjamkan kepada perangkat desa selama menjabat) yang digarap perangkat desa atau petani, antara lain, di Kecamatan Polanharjo, Cawas, Delanggu, Ceper, Juwiring, Trucuk, Gantiwarno, dan Prambanan.
”Seorang perangkat desa di Klaten mengelola 1 hektar sawah bengkok, sekretaris desa 2 hektar, dan kepala desa seluas 4 hektar. Itu bisa dikerjasamakan dalam program on farm ini,” katanya.
Menurut Bambang, jika kerja sama ini memberikan hasil yang baik, akan makin banyak petani tertarik bergabung sehingga terus berkembang. Bulog juga bisa semakin banyak menyerap beras dari petani. Di sisi lain, petani akan mendapatkan jaminan pembelian hasil panen dari Bulog.
Sekretaris PPDI Klaten Rusmanto mengatakan, saat panen raya sering kali harga gabah anjlok di bawah HPP. Namun, tidak semua petani memiliki akses langsung ke Perum Bulog untuk menjual hasil panen sesuai HPP. Akhirnya, petani terpaksa melepas gabah kepada tengkulak dengan harga di bawah HPP.
”Harga gabah kering panen bisa anjlok sampai Rp 3.500 per kg (saat panen raya). Petani biasanya menjual ke tengkulak sehingga rugi,” katanya.
Menurut Rusmanto, melalui kerja sama ini, petani akan terikat dengan Bulog sehingga ketika harga gabah anjlok, mereka dapat menjual gabah atau beras kepada Bulog sesuai pembelian sesuai HPP.
Untuk mengoptimalkan produksi, PPDI Klaten juga menjalin kerja sama dengan perusahaan swasta yang akan memasok benih unggul dan pupuk organik sehingga diharapkan meningkatkan produktivitas padi.