Pasar wadai atau takjil kembali dibuka di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Pasar yang hadir tiap bulan Ramadhan ini dibuat di lima lokasi dengan melibatkan 278 pedagang takjil dan makanan lainnya.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Pasar wadai atau takjil kembali dibuka di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Pasar yang hadir tiap bulan Ramadhan ini dibuat di lima lokasi dengan melibatkan 278 pedagang takjil dan makanan lainnya.
Kelima lokasi itu ialah di tempat parkir Pasar Kahayan, di Jalan AIS Nasution, Jalan Yos Sudarso, Pasar Rajawali, dan Jalan Ir Soekarno. Pemerintah Kota Palangkaraya membuka lokasi itu khusus untuk penjual takjil dan makanan lainnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Palangkaraya Ikhwanudin menjelaskan, wadai merupakan bahasa Banjar yang artinya jajanan. Pasar-pasar tersebut juga menjual aneka jajanan khas Banjar.
”Ini setiap tahun memang kami buka untuk menyambut Idul Fitri. Aneka jajanannya juga lokal, jadi banyak pengunjung Palangkaraya sudah hafal kalau pasar wadai buka, yang dicari jajanan lokal,” ungkap Ikhwanudin di Palangkaraya, Selasa (14/5/2019).
Ia menambahkan, pasar tersebut diikuti 278 pedagang yang semuanya tergabung dalam unit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). ”Sebagian memang ibu rumah tangga yang selalu berjualan atau langganan berjualan di pasar ini,” katanya.
Rahmawati (38), pedagang kue, mengungkapkan, dalam sehari dirinya bisa mendapatkan keuntungan Rp 200.000 sampai Rp 250.000. Ia menjual aneka kue basah lokal khas Banjar, seperti amparan tatak dan lemang.
Amparan tatak merupakan kue basah berisi potongan pisang. Rasanya seperti kue lapis, tetapi lebih lembut. Sementara lemang seperti lemper tanpa isi.
”Paling laris memang yang khas Banjar, banyak yang beli. Ini setiap tahun juga jadi primadonanya kue yang begini,” lanjutnya.
Rahmawati mengatakan, dirinya dan keluarga setiap tahun jadi pelanggan untuk berjualan di pasar tersebut, khususnya di Jalan AIS Nasution. Ia buka pada pukul 15.00 hingga 20.00 WIB.
”Selain kue basah, ada juga makanan ringan, seperti bihun, telur, dan sambal goreng. Biasanya yang beli anak kos-kosan,” kata Rahmawati.
Juliardi (25), warga Palangkaraya, mengatakan, meski bukan Muslim, dirinya selalu berbelanja di pasar wadai. Sebab, di momen Ramadhan, banyak kue yang dijual tidak pernah ia jumpai pada hari biasa.
”Setiap tahun pasti ke sini beli kue dan es campur, ikut merasakan momennya saja,” ucap Juliardi.