JAKARTA, KOMPAS — Sektor pariwisata penting untuk dikembangkan karena berpotensi mendatangkan devisa. Namun, upaya itu perlu dilakukan melalui sinergi dengan pemangku kepentingan sektor pariwisata. Sebab, Indonesia bersaing dengan negara-negara lain mengekspor jasa pariwisata melalui upaya mendatangkan wisatawan mancanegara.
”Pesaing Indonesia di Asia Tenggara kuat. Ada Thailand, Singapura, dan Vietnam,” kata Policy Analyst dari Indonesia Services Dialogue (ISD), Muhammad Syarif Hidayatullah, ketika dihubungi di Jakarta, Senin (13/5/2019).
Sementara daya saing Indonesia berdasarkan Forum Ekonomi Dunia (WEF) tertinggal di sisi keamanan, higienitas, teknologi informasi dan komunikasi, serta infrastruktur transportasi udara.
Berdasarkan data Neraca Pembayaran Indonesia yang dirilis Bank Indonesia, neraca perjalanan pada neraca jasa triwulan I-2019 surplus 1,365 miliar dollar AS.
Surplus itu terjadi karena pengeluaran wisatawan mancanegara (wisman) di Tanah Air yang sebesar 3,404 miliar dollar AS lebih besar daripada pengeluaran wisatawan Nusantara di luar negeri yang sebesar 2,039 miliar dollar AS.
Pengembangan sektor pariwisata masih terbuka. Namun, pengembangannya harus dibarengi upaya menyiapkan aspek aksesibilitas, termasuk infrastruktur.
Setidaknya, sejak triwulan I-2017, neraca perjalanan tersebut surplus. Namun, surplus pada triwulan I-2019 itu lebih rendah daripada triwulan I-2017 yang sebesar 1,532 miliar dollar AS dan triwulan I-2018 yang sebesar 1,51 miliar dollar AS.
Muhammad Syarif menambahkan, jasa perjalanan merupakan salah satu penyumbang ekspor besar pada neraca jasa pariwisata Indonesia. Oleh karena itu, perlu didorong.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Properti dan Kawasan Ekonomi Sanny Iskandar menuturkan, pengembangan sektor pariwisata masih terbuka. Namun, pengembangannya harus dibarengi upaya menyiapkan aspek aksesibilitas, termasuk infrastruktur.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, investasi di bidang pariwisata terus meningkat. Realisasi investasi pada 2013 yang sebesar 602,7 juta dollar AS meningkat menjadi 1,788 miliar dollar AS pada 2017. Pada 2017, Jawa Barat menjadi daerah favorit investor di bidang pariwisata.
Insentif
Secara terpisah, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Pariwisata Kosmian Pudjiadi menyampaikan, untuk meningkatkan kunjungan wisman ke Indonesia, sudah saatnya pemerintah memberikan insentif bagi wisman. ”Hal ini dilakukan banyak negara, terutama untuk wisman yang baru pertama kali datang,” kata Kosmian.
Menurut dia, insentif akan membuat turis merasa uang yang dikeluarkan lebih bernilai sehingga mau kembali lagi ke Indonesia. Insentif bisa dinikmati pada akomodasi, maskapai, kuliner, dan kunjungan ke atraksi pariwisata. ”Kadin bersama Kementerian Pariwisata bisa merancang yang terbaik,” kata Kosmian. (ARN/CAS)