Kalimantan Barat terus menjadi tujuan investasi yang menarik bagi investor. Tren realisasi investasi di daerah itu terus meningkat. Realisasi investasi penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing Januari-Maret 2019 mencapai Rp 5,35 triliun, meningkat 69,25 persen dari periode yang sama pada 2018 yang hanya Rp 3,16 triliun.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Kalimantan Barat terus menjadi tujuan investasi yang menarik bagi investor. Realisasi investasi penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing Januari-Maret 2019 mencapai Rp 5,35 triliun atau meningkat 69,25 persen dari periode yang sama pada 2018 sebesar Rp 3,16 triliun.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kalimantan Barat Junaidi, Selasa (14/5/2019), mengatakan, nilai investasi triwulan I tahun 2019 untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp 2,57 triliun. Jumlah itu meningkat 2,28 persen dari Rp 2,52 triliun pada triwulan I tahun 2018.
”Penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 2,78 triliun meningkat 330,13 persen dari Rp 645,64 miliar pada triwulan I tahun 2018. Selama periode triwulan I tahun 2019, tenaga kerja yang terserap sebanyak 2.706 tenaga kerja Indonesia,” ujar Junaidi.
Mengacu data triwulan I tahun 2019 terjadi tren positif terhadap pertumbuhan PMA yang selama tahun 2018 tidak pernah mencapai realisasi setinggi periode triwulan I tahun 2019. Tren positif ini diperkirakan berlanjut pada masa mendatang.
Apalagi didukung dengan tekad pemerintah yang akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi, pemanfaatan online single submission (OSS) yang lebih baik. Selain itu, intensifikasi pengawalan investasi oleh sejumlah instansi pemerintah terkait, baik di pusat maupun daerah,” ujarnya.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kalbar juga mencatat realisasi investasi PMDN dan PMA berdasarkan lokasi proyek (5 besar) adalah di Kabupaten Ketapang Rp 1,33 triliun (24,79 persen), Kabupaten Bengkayang Rp 1,32 triliun (24,73 persen), dan Kabupaten Sanggau Rp 986,78 miliar (18,45 persen), disusul Kabupaten Sintang Rp 571,60 miliar (10,69 persen), serta Kabupaten Melawi Rp 356,19 miliar (6,66 persen).
Sementara realisasi investasi PMDN dan PMA berdasarkan sektor usaha (5 besar) adalah tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan merupakan yang tertinggi, mencapai Rp 2,95 triliun atau 55,06 persen, listrik, gas, dan air (Rp 1,05 triliun atau 19,54 persen), industri makanan (Rp 966,83 miliar atau 18,07 persen), industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya (Rp 181,48 miliar atau 3,39 persen), dan transportasi, gudang dan telekomunikasi (Rp 86,93 miliar atau 1,63 persen).
Sementara itu, realisasi investasi PMA berdasarkan asal negara (5 besar) adalah Singapura 90,56 juta dollar AS atau 48,92 persen, China (71,66 juta dollar AS atau 38,71 persen), Malaysia (8,98 juta dollar AS atau 4,85 persen), kemudian Cayman Islands 8,73 juta dollar AS atau 4,72 persen, dan Hongkong 1,72 juta dollar AS atau 0,93 persen.
Realisasi investasi itu juga berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Realisasi penyerapan tenaga kerja Indonesia pada periode Januari-Maret 2019 mencapai 2.706 orang, yang terdiri dari 939 orang di proyek PMDN dan sebanyak 1.767 orang di proyek PMA.
Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Tanjungpura, Pontianak, Eddy Suratman mengatakan, hal yang memikat para investor berinvestasi di Kalbar sehingga trennya positif karena daya tarik sumber daya alam. Investasi yang masuk pada umumnya masuk pada pemanfaatan sumber daya alam.
”Sayangnya, geliat investasi itu belum diimbangi dengan hilirisasi. Daerah masih perlu berjuang agar pengolahan menjadi produk jadi juga ke depan dilakukan di Kalbar. Jangan hanya memanfaatkan sumber daya alam saja,” papar Eddy.
Selain itu, investasi juga hendaknya bisa bermanfaat besar bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Cara agar kehadiran investasi itu bermanfaat bagi masyarakat secara besar perlu ada peningkatan kompetensi masyarakat. Dana tanggung jawab sosial perusahaan hendaknya diarahkan meningkatkan kapasitas masyarakat.
”Lakukan pelatihan kepada masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan dunia investasi. Selain itu, bagi anak-anak di sekitarnya yang masih memerlukan biaya untuk kuliah, arahkan dana tanggung jawab sosial perusahaan untuk itu sehingga ketika mereka tamat bisa mengisi posisi strategis di perusahaan tersebut,” kata Eddy.