AS Menduga Pendukung Iran di Balik Serangan Tanker
Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) mengesampingkan kemungkinan pasukan Iran di balik serangan keempat kapal tanker di sekitar Selat Hormuz, Minggu (12/5/2019). NSA menduga kelompok pendukung Iran yang melakukan serangan. Namun, Iran membantah tudingan itu.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
WASHINGTON, RABU — Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) mengesampingkan kemungkinan pasukan Iran di balik serangan keempat kapal tanker di sekitar Selat Hormuz, Minggu (12/5/2019). NSA menduga kelompok pendukung Iran yang melakukannya. Namun, Iran membantah keras tudingan itu sambil menyatakan AS sedang melakukan kebijakan politik yang berbahaya.
Seorang pejabat AS mengatakan, pihak yang mungkin menjadi penyerang adalah pemberontak Houthi di Yaman dan militan Shiite yang berbasis di Irak.
Namun, untuk ini pun belum ada bukti kuat yang dimiliki NSA. ”Washington belum memiliki bukti kuat mengenai siapa yang menyabotase empat tanker, termasuk dua tanker milik Arab Saudi,” ujarnya, Selasa (14/5/2019).
Seperti diberitakan sebelumnya, empat kapal tanker komersial diserang di dekat Pelabuhan Fujairah, sekitar Selat Hormuz, pada Minggu (12/5/2019). Lubang besar menganga di bagian bawah kapal-kapal itu yang diduga berasal dari bahan peledak.
Empat tanker itu terdiri dari 2 tanker dari Arab Saudi, 1 tanker dari Uni Emirat Arab (UEA), dan 1 tanker dari Norwegia. Tidak ada korban jiwa dari insiden penyerangan itu.
Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan, salah satu tanker Arab Saudi sedang dalam perjalanan untuk mengisi minyak dari Saudi. Kapal itu akan mengantar minyak kepada pelanggan yang berada di AS.
Serangan terhadap tanker-tanker tersebut terjadi di sekitar Selat Hormuz, yang memisahkan Iran dari Semenanjung Arab. Konsumsi minyak global terbesar kelima melewati selat ini, dengan rute mulai dari produsen minyak mentah di Timur Tengah hingga ke pasar seperti Asia, Eropa, dan Amerika Utara.
Namun, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menolak keras tuduhan tersebut. Menurut dia, sejumlah individu ekstremis dalam jajaran Pemerintahan AS sedang melakukan kebijakan politik yang berbahaya.
Juru Bicara Parlemen Iran Behrouz Nemati justru menuding serangan tanker itu dilakukan oleh Israel. ”Serangan yang terjadi di UEA merupakan perbuatan Israel,” ujarnya tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Insiden penyerangan tanker itu kian meningkatkan tensi AS-Iran. Iran dengan mudah menjadi tertuduh awal karena pernah mengancam akan menutup Selat Hormuz sebagai jalur perdagangan laut, bulan lalu. Ancaman tersebut membuat AS kemudian mencabut pengecualian sanksi terhadap negara-negara pengimpor minyak Iran terbesar.
Adu kekuatan
Presiden AS Donald Trump mengeluarkan peringatan keras kepada Iran untuk berhati-hati. ”Jika mereka melakukan sesuatu, itu akan menjadi suatu kesalahan yang sangat buruk, mereka akan menderita,” ujarnya, Senin.
Peringatan Trump itu keluar di tengah proses penambahan konsentrasi militer AS di Teluk Persia. AS mengerahkan antara lain kapal induk USS Abraham Lincoln dan USS Arlington, pesawat pengebom B-52, serta kapal serbu amfibi di kawasan tersebut.
Namun, Presiden Iran Hassan Rouhani secara blak-blakan menyatakan, Iran tidak akan terintimidasi oleh siapa pun. ”Tuhan ingin agar kami bisa melalui masa sulit ini dengan agung dan mengalahkan musuh,” katanya. (REUTERS/BBC)