Citra tubuh ideal yang ditanamkan industri, media sosial dan masyarakat telah meningkatkan kekhawatiran diri atas tubuh. Citra tubuh yang dipersepsikan buruk telah memicu stres, depresi hingga meningkatkan keinginan bunuh diri pada banyak orang.
Sebenarnya citra tubuh yang buruk bukan masalah kesehatan mental. Namun, persepsi diri atas bentuk tubuh itu menjadi faktor risiko untuk berbagai persoalan kesehatan jiwa. Ketidakpuasan atas bentuk tubuh berkontribusi dalam menurunkan kualitas hidup, meningkatkan tekanan psikologi dan depresi, hingga memunculkan pola makan yang tidak sehat.
Survei Yayasan Kesehatan Mental (MHF) Inggris bersama YouGov terhadap 4.505 orang dewasa di Inggris pada Maret 2019 menunjukkan 34 persen orang cemas dan 35 persen orang depresi dengan citra tubuh mereka. Bahkan, 13 persen atau 1 dari 8 responden mengaku ingin bunuh diri akibat bentuk tubuhnya.
Ketidakpuasan atas citra tubuh itu meningkat jika dibandingkan Survei Perilaku Sosial Inggris (BSAS) 2013. Dalam survei itu, 1 dari 20 lelaki dan 1 dari 10 perempuan tidak puas dengan penampilan mereka.
Data itu menunjukkan, jutaan orang sedang berjuang untuk melawan kekhawatiran atas pandangan terhadap tubuh mereka. Banyak responden merasa jijik, malu, atau mengubah perilakunya untuk menutupi citra tubuhnya yang dianggap tidak ideal.
“Perempuan, khususnya perempuan muda, menunjukkan tingkat stres yang lebih tinggi,” kata Kepala Eksekutif MHF Inggris Mark Rowland seperti dikutip BBC, Senin (13/5/2019).
Perempuan, khususnya perempuan muda, menunjukkan tingkat stres yang lebih tinggi.
Perempuan dewasa dan anak-anak memang lebih sering melaporkan ketidakpuasan terhadap citra tubuh mereka. Namun, ketidakpuasan itu juga mudah ditemukan pada lelaki dewasa dan anak-anak. Ketidakpuasan itu membuat banyak remaja laki-laki melewatkan makan mereka atau menggunakan steroid untuk membentuk tubuhnya.
Namun, tekanan terhadap bentuk tubuh itu ternyata bukan hanya dialami orang muda. Sebanyak satu dari lima orang berumur lebih dari 55 tahun pun merasa cemas dengan citra tubuh mereka.
Tekanan atas bentuk tubuh ideal itu akan terus meningkat karena masyarakat masih menganggap penampilan sebagai hal penting. Penampilan dianggap mampu menunjang pencapaian seseorang dalam hidup. Sebaliknya, penilaian masyarakat terhadap seseorang banyak didasarkan atas penampilan mereka.
Karena itu, bagaimana pikiran dan perasaan manusia menilai tubuh yang dimilikinya akan memengaruhi kehidupan manusia seumur hidup. Penilaian atas tubuh itu berdampak luas pada kesehatan mental dan kesejahteraan manusia.
Gangguan
Citra tubuh berhubungan erat dengan berbagai persoalan kesehatan mental, seperti gangguan dismorfik tubuh (BDD) atau gangguan makan.
Seperti dikutip dari situs MHF di mentalhealth.org.uk, gangguan dismorfik tubuh membuat seseorang menghabiskan banyak waktu untuk mengkhawatirkan cacat dalam penampilan mereka meski cacat itu tidak terlihat atau tidak diperhatikan orang lain. Kekhawatiran berlebih itu sampai mengganggu aktivitas mereka sehari-hari.
Sementara gangguan makan yang bisa muncul akibat citra tubuh yang buruk itu antara lain anoreksi atau bulimia.
Dari situs mayoclinic.org, anoreksia atau nama lengkapnya anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan berat badan rendah yang tidak wajar dan ketakutan yang sangat besar terhadap kenaikan berat badan. Penderita anoreksia cenderung mengontrol ketat berat tubuh mereka, bahkan menggunakan cara-cara ekstrem yang mengganggu kehidupan sehari-hari demi menjaga berat badan tetap rendah.
Sementara bulimia nervosa atau jamak disebut bulimia adalah kelainan makan yang bisa mengancam jiwa. Penderita bulimia cenderung kehilangan kendali atas makanan hingga makan dengan berlebih. Namun, setelah itu, mereka berusaha menyingkirkan kalori ekstra yang masuk dengan cara yang tidak sehat, seperti memuntahkan makanan yang sudah dimakan, menyalahgunakan obat pencahar, penggunaan suplemen penurun berat badan atau obat diuretik yang membuat sering kencing, hingga enema atau memasukkan cairan ke usus besar melalui anus agar bisa banyak buang air besar.
Penyebab
Cara seseorang mempersepsikan bentuk tubuhnya sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan mereka. Kondisi itu membuat citra tubuh yang dimiliki seseorang akan berbeda dengan orang lain.
Namun, studi MHF menunjukkan pembentukan citra tubuh itu setidaknya dipengaruhi oleh hubungan seseorang dengan keluarga, teman atau orang-orang di sekitarnya, bagaimana keluarga dan lingkungan merasakan dan berbicara tentang tubuh dan penampilan, paparan tentang citra badan ideal yang ada di media massa maupun media sosial, hingga tekanan untuk melihat atau mencocokkan dengan tipe tubuh ideal.
Tipe tubuh ideal yang ditanamkan berbagai media tersebut umumnya sama di seluruh dunia yang mengacu pada standar budaya Barat saat ini. Tubuh ideal perempuan digambarkan dengan tubuh kurus yang terjaga dan untuk laki-laki adalah tubuh yang berotot.
Padahal, banyak tipe tubuh ada di dunia. Bahkan, beberapa budaya memiliki kriteria yang berbeda tentang bentuk tubuh yang ideal.
Situasi itu, membuat Rowland mengusulkan agar perusahaan media sosial dan industri periklanan lebih mempromosikan keragaman tipe tubuh. Selain itu, perlu ada mekanisme lebih jelas yang dibangun pemerintah untuk melaporkan tindak pelecehan maupun intimidasi atas bentuk tubuh di dunia maya.
“Banyak orang menilai media sosial sebagai faktor penting yang membuat seseorang mengkhawatirkan citra tubuh mereka,” tambahnya. Pemerintah pun perlu mengambil langkah aktif membangun perspektif keragaman tubuh karena dampaknya besar bagi kesehatan jiwa masyarakat.