Tim F1 Mercedes yang dipimpin Toto Wolff memiliki sumber daya yang sangat kuat, baik manusia, finansial, maupun berbagai bentuk fasilitas untuk mendukung kesuksesan tim itu.
Oleh
Rakaryan Sukarjaputra
·4 menit baca
Lima kemenangan beruntung 1-2 para pebalap Formula 1 atau F1 dari tim Mercedes, dengan kemenangan terbaru di GP Spanyol, Minggu (12/5/2019), memastikan keberhasilan tim asal Jerman itu menggagalkan upaya mengakhiri dominasi Mercedes di ajang F1 musim 2019 ini. Perubahan aturan yang diperkenalkan Direktur Pengelola Operasional F1 Ross Brawn, yang ditujukan untuk membuat balapan F1 berlangsung lebih ketat dan menarik, tidak mampu menghentikan dominasi para pebalap tim F1 Mercedes.
Tim F1 Mercedes yang dipimpin Toto Wolff memiliki sumber daya yang sangat kuat, baik manusia, finansial, maupun berbagai bentuk fasilitas untuk mendukung kesuksesan tim itu. Tim ini juga memiliki manajemen yang ajeg sehingga mampu menanggapi berbagai perubahan lingkungan sekitarnya dengan cepat.
Jika pada dua tes pramusim 2019 Mercedes terlihat rapuh ketimbang rival utamanya, yaitu tim Ferrari, seperti dilaporkan sumber di tim Mercedes kepada Autosport.com, hal itu dikarenakan Mercedes tengah menguji pilihan mana yang paling pas dari 5 alternatif paket aerodinamika yang disesuaikan dengan aturan untuk musim 2019 ini. Sementara tim Ferrari maupun Red Bull menyiapkan dua sampai tiga paket aerodinamika karena sangat yakin dengan hasil pengujian permodelan berbasis komputer yang sudah mereka lakukan di fasilitas pengujian mereka. Padahal, pengujian dengan berbasis komputer memiliki beberapa kekurangan, antara lain tidak memperhitungkan kondisi permukaan sirkuit, kondisi udara di trek, dan beberapa hal lainnya. Tidak mengherankan jika pada balapan pembuka musim 2019 di Melbourne, Mercedes langsung menunjukkan keperkasaannya dengan mendominasi podium pertama dan kedua.
Konsep aerodinamika
Apa yang membedakan mobil Mercedes 2019 dengan Ferrari dan Red Bull? Dari perubahan sayap depan mobil saja bisa dilihat perbedaan pendekatan antara Mercedes dengan Ferrari, Mercedes mendesain hidung depannya dengan konsep untuk mendapatkan daya tekan kebawah (downforce) yang besar, sedangkan Ferrari lebih menekankan pada pengelolaan keluarnya udara (outwash) yang “menabrak” mobil dengan lebih baik. Sedangkan konsep sayap depan Red Bull menyerupai Mercedes.
Ferrari lebih memilih berkonsentrasi ke outwash karena desain mobil mereka yang memiliki rake (sudut dari perbedaan jarak antara lantai mobil di bagian depan dengan lantai mobil di bagian belakang terhadap permukaan) yang lebih besar ketimbang mobil Mercedes. Untuk mobil 2019, seperti ditulis dalam situs resmi F1, rake mobil Ferrari adalah 1,5 derajat, Mercedes 1,2 derajat (mobil tahun sebelumnya 0,9 derajat), sedangkan mobil Red Bull 1,9 derajat (tahun sebelumnya 1,6 derajat). Rake yang lebih besar akan membuat mobil terlihat lebih menungging, dan secara teoritis akan mendapatkan downforce yang lebih besar. Downforce yang lebih besar akan membuat mobil lebih mencengkeram ke permukaan.
Untuk mengimbangi downforce yang lebih kecil karena rake yang lebih kecil, Mercedes mengimbanginya dengan memperbesar ruang lantainya sehingga jarak antar poros roda (wheelbase) juga semakin panjang, Mercedes memiliki wheelbase 17 cm lebih panjang dari Red Bull dan 10 cm
lebih panjang dari Ferrari. Selain mendapatkan kompensasi downforce dari wheelbase yang lebih panjang, rake yang lebih kecil membuat tekanan terhadap ban menjadi lebih rendah sehingga daya tahan ban secara teoritis akan lebih awet ketimbang mobil dengan rake yang lebih tinggi. Keseimbangan mobil pun secara teoritis akan lebih baik dengan rake yang lebih rendah.
Kekuatan tim
Keunggulan desain itulah yang membuat mobil-mobil Mercedes pada musim 2019 ini terlihat lebih unggul, meski dari aspek mesin Ferrari sebenarnya sudah bisa mengimbangi kekuatan mesin Mercedes. Kekuatan tim Mercedes dalam menanggapi dengan cepat perubahan aturan, kembali terbukti pada musim ini. Itulah modal terkuat tim Mercedes untuk menghadapi berbagai perubahan aturan lainnya di masa datang.
Memang masih ada waktu bagi tim Ferrari untuk memperbaiki konsep aerodinamika mobil mereka secara keseluruhan, agar bisa kembali mengimbangi Mercedes, tetapi di tengah musim seperti ini tidaklah mudah untuk menjalankan ujicoba-ujicoba sehingga mendapatkan pilihan paket aerodinamika yang lebih baik. Kekuatan tim Ferrari yang melemah pasca ditinggal Ross Brawn, Jean Todt, dan juga James Allison (sekarang menjabat sebagai Direktur Teknik F1), belum bisa ditutupi dengan kehadiran sosok-sosok kuat yang baru.
Dengan kondisi seperti ini, Mercedes tidak akan kesulitan untuk meraih rekor baru mereka, yaitu meraih podium kesatu dan kedua dalam enam balapan berturut-turut di satu musim. "Itu memang dua konsep aerodinamika yang berbeda (antara Mercedes dan Ferrari), dan mungkin ada sebuah kebenaran yang pasti di dalamnya, Tetapi di dalam Formula 1 tidak pernah hanya satu pertanyaan dan satu jawaban, atau bisa dipastikan apakah mobil kami performanya bagus atau buruk. Saya rasa ini tentang bagaimana mengembangkan mobil mobil itu, menjaga pengembangan terus meningkat tinggi,” ungkap Toto Wolff dikutip Motorsport.com.
Editor:
hamzirwan
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.