LONDON, SELASA — Pesta juara Liga Inggris, Manchester City, diusik kabar tidak sedap. Tim terkaya di Inggris itu terancam sanksi berat dari Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA), yaitu larangan bermain di Liga Champions Eropa, akibat masalah serius yang disebut ”doping finansial”.
Ancaman sanksi itu diungkap koran ternama Amerika Serikat, New York Times, sehari seusai dinobatkannya ”The Citizens” sebagai kampiun Liga Inggris, Selasa (14/5/2019). City, yang dimiliki investor asal Uni Emirat Arab, diduga melakukan pelanggaran berat terhadap ketentuan Financial Fair Play (FFP) yang diimplementasikan sejak 2012.
Menurut mantan Presiden UEFA Michel Platini, ketentuan FFP itu bertujuan mencegah klub-klub sepak bola Eropa mengalami kebangkrutan karena mengeluarkan uang di luar kemampuan atau pendapatan sesungguhnya. Singkat kata, menurut Platini, ketentuan FFP dimaksudkan menangkal doping finansial di sepak bola.
City akhir-akhir ini memang tengah disorot dan diselidiki otoritas sepak bola Eropa, UEFA, menyusul bocornya laporan sensitif bernama Football Leaks kepada publik. Laporan yang pertama kali dipublikasikan tabloid Jerman, Der Spiegel, Maret lalu, itu mengungkap bahwa pemilik City menggunakan perusahaan ”boneka” di Kepulauan Cayman untuk menyuntikkan dana segar ke klub itu.
Praktik semacam itu diharamkan UEFA. Kasus City itu dibahas serius oleh Dewan Pengendali Finansial UEFA. Mereka menurunkan tim panel penyelidik finansial klub alias CFCB yang diketuai mantan Perdana Menteri Belgia Yves Leterme. Dua pekan lalu, tim penyelidik itu bertemu di Nyon, Swiss, untuk membahas kasus itu dan menyimpulkan tindakan yang akan diambil atas City, tim yang menghabiskan biaya lebih dari 1 miliar dollar AS alias Rp 14,4 triliun.
”Tim panel itu akan menyampaikan hasilnya (penyelidikan) paling cepat pekan ini. Badan itu kemungkinan akan menjatuhkan rekomendasi sanksi larangan satu musim (bermain di Liga Champions) untuk City”, tulis New York Times, Senin waktu AS.
Dikutip dari BBC, Manchester City membantah keras tuduhan menyalahi ketentuan FFP seperti diungkap koran AS itu. ”Kami sepenuhnya bersikap kooperatif dengan CFCB terkait dengan penyelidikan yang tengah berjalan. Namun, keyakinan baik kami itu disalahartikan oleh individu-individu yang bertujuan merusak reputasi klub dan kepentingan komersialnya”, tulis siaran pers City.
Jika tuduhan itu terbukti dan mereka diskors dari Liga Champions, City, khususnya manajer Pep Guardiola, bakal sangat terpukul. Liga Champions merupakan satu-satunya trofi yang belum pernah diraih tim Manchester itu. Mereka sangat berambisi meraihnya. Namun, sejauh ini, prestasi terbaik tim itu di kompetisi elite antarklub Eropa itu hanya semifinal pada 2016. Di era Guardiola, capaian tertinggi mereka di kompetisi itu hanya perempat final seperti musim lalu.
Durian runtuh
Menurut koran Inggris, The Sun, Arsenal bakal mendapatkan ”durian runtuh” jika ancaman sanksi UEFA itu benar-benar diterapkan musim depan. ”The Gunners”, yang finis di peringkat kelima musim ini, bisa mengisi posisi City. Liga Inggris mendapat jatah empat tiket ke Liga Champions musim depan. Itu diisi empat tim teratas di Liga Inggris musim ini.
Dengan demikian, Arsenal tidak lagi perlu menunggu dan mati-matian merebut tiket Liga Champions itu lewat jalur final Liga Europa musim ini. Arsenal, yang telah dua musim absen di Liga Champions, bakal menghadapi Chelsea di final Liga Europa 2019 pada 29 Mei 2019. Sebelumnya, hanya kemenangan atas Chelsea di final itu yang bisa meloloskan Arsenal ke Liga Champions musim depan.
Meskipun demikian, menurut New York Times, sanksi itu kemungkinan baru efektif berjalan pada dua musim mendatang jika itu benar-benar dijatuhkan. ”Kualifikasi kompetisi itu telah berlangsung Juni mendatang yang artinya UEFA berpacu dengan waktu mengingat City memiliki hak untuk mengajukan banding ke Badan Arbitrase Olahraga (CAS). Jadi, waktunya masih panjang”, tulis koran itu.