Hafidh Peraih Nilai UN Sempurna yang Ingin Bekerja di SpaceX
Ananda Hafidh Rifai Kusnanto (17), siswa SMAN Negeri 4 Solo, Jawa Tengah memperoleh nilai sempurna dalam Ujian Nasional SMA 2019. Empat mata pelajaran yang diujikan, yakni Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris mendapat nilai 100.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·4 menit baca
SOLO, KOMPAS-Ananda Hafidh Rifai Kusnanto (17), siswa SMAN Negeri 4 Solo, Jawa Tengah memperoleh nilai sempurna dalam Ujian Nasional SMA 2019. Empat mata pelajaran yang diujikan, yakni Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris mendapat nilai 100.
“Sebenarnya saya nggak menyangka dapat nilai 100 semua, tetapi kalau Matematika dan Fisika saya sudah optimis akan dapat nilai 100,” ujar Hafidh, putra sulung pasangan Supatmi (50) dan Amat Kusnanto (almarhum) di Solo, Jawa Tengah, Rabu (15/5/2019).
Hafidh mengaku paling menyukai pelajaran Fisika sehingga merasa optimistis akan mendapatkan nilai 100, demikian pula dengan Matematika. Ia mengaku tidak melakukan persiapan khusus menghadapi ujian nasional. Berbeda dengan siswa lain, malam sebelum ujian nasional, Hafidh justru tidak belajar. Hal ini supaya lebih santai menghadapi ujian nasional sehingga akan bisa lebih optimal dalam mengerjakan soal-soal.
Strateginya tersebut berhasil. Ia tidak mengalami kesulitan berarti, meskipun ada beberapa soal Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sempat ragu, ada jawaban yang salah.
Hafidh pun tidak mengikuti les atau bimbingan belajar di luar sekolah. Baginya pelajaran di sekolah serta buku-buku paket pelajaran pinjaman sekolah sudah memberinya bekal yang cukup. “Dari sekolah sudah dapat banyak pelajaran, pembinaan dari guru, mengerjakan latihan-latihan soal, dan ada pelajaran tambahan,” katanya.
Selain karena merasa cukup dengan pelajaran di sekolah, ia tidak mengikuti bimbingan belajar atau les di luar sekolah karena tidak memiliki cukup biaya. Pasalnya, sang ibu saat ini bekerja seorang diri untuk mencukupi kebutuhannya beserta tiga adiknya, setelah ayahnya meninggal dunia tahun 2016 silam.
Ibunya bekerja sebagai penjual mainan. Supatmi biasa menggelar jualannya di depan sekolah dasar, diantaranya SDN Pucangan 4, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah. Sebagai penjual mainan Supatmi memperoleh penghasilan terbatas. “Paling laris dapat Rp 50.000-60.000 sehari,” ujar Hafidh.
Untuk biaya sekolah Hafidh merasa bersyukur mendapatkan beasiswa di SMAN 4 Solo. Karena itu, pesan ibunya untuk selalu belajar sungguh-sungguh tak pernah diabaikanya.
Setiap hari ia belajar selama tiga jam usai shalat Isha. Di rumah, ia banyak berlatih mengerjakan soal-soal berbagai pelajaran. “Di sekolah, saya usahakan sebelum pulang harus sudah paham (pelajaran) sehingga di rumah tinggal latihan-latihan soal,” ujarnya.
“Di sekolah, saya usahakan sebelum pulang harus sudah paham (pelajaran) sehingga di rumah tinggal latihan-latihan soal
Sebagai anak sulung, selain belajar sendiri. Setiap hari juga mengajari ketiga adiknya belajar. Baginya ini merupakan tanggung jawab yang harus diemban untuk membantu orangtua, karena sang ibu sudah bekerja keras berusaha mencukupi kebutuhan mereka.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMAN Solo Nanang Inwanto mengatakan, nilai sempurna yang diperoleh Hafidh merupakan sejarah baru di SMAN 4 Solo. Selama ini belum pernah ada siswa yang bisa memperoleh nilai 100 pada semua mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional.
“Kalau siswa dapat nilai 100 untuk satu atau dua mata pelajaran saat UN itu sudah biasa tetapi belum pernah ada yang dapat 100 semua mata pelajaran yang diujikan,” katanya.
Menurut Nanang, Hafidh merupakan siswa yang sederhana dan pendiam. Sehari-hari, ia berangkat dan pulang ke sekolah naik bus umum karena tidak memiliki sepeda motor. “Saat kelas 1 orang tuanya mengajukan pembebasan biaya sekolah, dan sekolah memberikan. Kemudian mulai kelas 2 dan kelas 3 juga diberikan pembebasan SPP,” katanya.
Selepas SMA, Hafidh bersiap melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Ia telah diterima di program studi Teknik Elektro, UGM melalui jalur prestasi , yaitu Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan mendapatkan beasiswa Bidikmisi.
“Sebenarnya saya tertarik jurusan Astronomi tetapi itu adanya di Institut Teknologi Bandung, jauh dari rumah,” katanya. Keinginan itu dipendamnya karena tetap ingin dekat dengan ibu dan adik-adiknya yang tinggal di RT 02/RW 3, Desa Wirogunan, Kecamatan Kartasura. Ini agar sewaktu-waktu bisa membantu mereka.
Hafidh pernah menyabet medali perak saat Olimpiade Sains Nasional bidang Astronomi 2017. Di sekolah, ia memilih ekstrakurikuler Klub Astronomi. Selain mengamati benda benda langit, kegiatan di klub Astronomi diisi dengan sharing berbagai informasi astronomi terbaru. “Di UGM saya pilih Teknik Elektro karena itu masih dekat dengan bidang fisika dan minat saya Astronomi,” katanya.
Dengan tersenyum simpul malu-malu, Hafidh menuturkan suatu saat ingin bekerja di SpaceX, perusahaan pembuat roket dan pesawat luar angkasa yang didirikan Elon Musk. Hafidh mengaku mengidolakan sosok Elon Musk, yang kerap dijuluki Tony Stark atau Iron Man di dunia nyata. Namun disadarinya bekerja di SpaceX sangat tidak mudah karena merupakan perusahaan yang ada di Amerika Serikat.