Indonesia menyerukan pentingnya budaya damai untuk melawan aksi teror. Solidaritas antarbangsa dibutuhkan untuk menjaga kestabilan.
Oleh
Insan AlFajri
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia menyerukan pentingnya budaya damai untuk melawan aksi teror. Solidaritas antarbangsa dibutuhkan untuk menjaga kestabilan.
Hal itu mengemuka dalam diskusi ”Kemanusiaan dan Perdamaian Dunia: Solidaritas untuk Selandia Baru dan Sri Lanka”, Rabu (15/5/2019), di salah satu hotel di Jakarta Pusat. Diskusi menjelang buka puasa itu digagas Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban.
Pemerintah mengundang dua negara yang dalam dua bulan terakhir mengalami musibah teror, yaitu Selandia Baru yang diwakili Police Liaison Officer Selandia Baru untuk Indonesia Neil Banks dan Sri Lanka yang diwakili duta besarnya, Dharshana M Perera.
Kedua negara itu berterima kasih kepada Pemerintah Indonesia karena turut bersolider atas musibah yang menimpa kedua negara itu. Sebagaimana diberitakan, pada Minggu (21/4/2019), terjadi serangan di tiga gereja dan tiga hotel di Colombo dan Negombo, Sri Lanka. Sebanyak 257 orang tewas dalam serangan tersebut.
Sekitar sebulan sebelum peristiwa itu, seorang warga kulit putih asal Australia, Brenton Tarrant, masuk ke dua masjid di kota Christchurch, Selandia baru. Pada Jumat (15/3/2019) itu, Tarrant menembaki jemaah di kedua masjid tersebut. Sebanyak 50 orang meninggal akibat aksi itu.
Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban Syafiq A Mughni menyatakan, ungkapan belasungkawa Presiden atas musibah di kedua negara itu merupakan sesuatu yang penting. Presiden juga meminta umat Islam tidak terprovokasi.
Syafiq menyebutkan, teror dapat terjadi di mana saja. ”Oleh sebab itu, fardu ain (wajib) hukumnya bagi seluruh masyarakat untuk menjaga budaya damai, toleransi, dan koeksistensi. Itulah cara beragama yang baik,” katanya.
Dharshana M Perera menambahkan, berangkat dari aksi teror di Sri Lanka, dirinya mengajak warga dunia untuk membangun dunia dengan damai dan harmonis. Dukungan untuk Sri Lanka saat ini terus meluas.
”Kita harus mendukung nilai bagi kehidupan manusia. Di dalam Islam, Buddha, Kristen, atau agama lain, tidak ada yang mengajarkan untuk membenci atau membunuh atau melukai orang lain secara individu maupun kolektif,” tutur Perera.
Hal itu dibenarkan Neil Banks. Menurut dia, aksi terorisme tidak terkait dengan agama atau ras apa pun. Di Selandia Baru, katanya, aksi teror itu dilakukan individu penganut paham politik supremasi kulit putih.