Ratusan pedagang kaki lima kembali memenuhi trotoar Jalan Jatibaru Raya, Tanah Abang, Jakarta. Mereka memanfaatkan momen Ramadhan untuk meningkatkan volume penjualan barang. Meskipun tindakan mereka sulit dibendung, Pemerintah Kota Jakarta Pusat tetap melakukan pendekatan persuasif untuk menertibkan mereka.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ratusan pedagang kaki lima kembali memenuhi trotoar Jalan Jatibaru Raya, Tanah Abang, Jakarta. Mereka memanfaatkan momen Ramadhan untuk meningkatkan volume penjualan barang. Meskipun tindakan mereka sulit dibendung, Pemerintah Kota Jakarta Pusat tetap melakukan pendekatan persuasif untuk menertibkan mereka.
Pantauan Kompas, Rabu (15/5/2019), ratusan pedagang ini menjajakan beraneka ragam barang, seperti pakaian, sepatu, dan aksesori. Sebagian besar dari mereka mengaku ingin memanfaatkan momen Ramadhan untuk mengais rezeki lebih banyak. Mereka umumnya pedagang baru yang datang ke lokasi tersebut.
Robert (41), pedagang musiman asal Lampung, memanfaatkan momen Ramadhan untuk menambah penghasilan. Tahun 2018, ia mendapatkan keuntungan Rp 2 juta dari berjualan sepatu di area trotoar Jalan Jatibaru Raya. ”Jualan selama bulan puasa saja. Sudah tiga kali berjualan di sini (trotoar). Lumayan untuk menyambung hidup keluarga di kampung,” ucap Robert.
Selama tiga minggu, pria yang bekerja serabutan ini akan berjualan. Ia meninggalkan istri dan lima anaknya di Lampung Utara untuk merasakan ”gula” dari Tanah Abang.
Bukan tanpa alasan, menurut Robert, kawasan Tanah Abang menjanjikan bagi pedagang musiman. Lalu lintas manusia yang ramai didukung lokasi strategis memungkinkan penghasilan lebih besar hanya dalam waktu singkat.
”Harus datang lebih pagi untuk dapat tempat. Pedagang rebutan tempat di trotoar sini. Lumayan, sehari saya bisa kantongi uang Rp 200.000-Rp 300.000. Kalau serabutan paling Rp 50.000 sehari,” katanya.
Tidak hanya itu, ada juga pedagang dari dalam blok Pasar Tanah Abang yang turut berjualan. Iqbal (25) juga memanfaatkan momen Ramadhan untuk menambah penghasilan. Pedagang asal Pandeglang, Banten, ini, untuk sementara waktu meninggalkan lapaknya di salah satu blok di Pasar Tanah Abang.
Menurut dia, berjualan di area trotoar lebih menguntungkan daripada di dalam blok pasar. Dalam sehari, ia bisa mengantongi keuntungan Rp 300.000-Rp 500.000 dari berjualan baju. ”Jualan di sini (trotoar) lebih cepat laku. Di dalam (blok) kurang ramai,” ucap Iqbal.
Berjualan di trotoar Jalan Jatibaru Raya bukan tanpa risiko. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melarang pedagang kaki lima berjualan di lokasi tersebut. Satuan polisi pamong praja dikerahkan untuk menertibkan pedagang.
”Harus pintar kucing-kucingan. Biasanya razia pukul 10.00 pagi dan pukul 15.00. Begitu petugas datang, kami harus cepat bungkus barang dagangan agar tidak disita. Harus bayar agar barang kembali,” katanya.
Persuasif
Pemerintah Kota Jakarta Pusat mengatasi persoalan ini dengan pendekatan persuasif. Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi menyebutkan, fenomena pedagang musiman tidak bisa dihindari karena Tanah Abang menjadi magnet bagi pedagang untum mencoba peruntungan.
”Satuan polisi pamong praja tetap mengawasi dan menertibkan pedagang. Penertiban tidak besar-besaran. Kami gunakan cara persuasif, tidak asal angkut dan tarik barang dagangan. Ada kesepakatan bahwa jualan tidak boleh melewati guiding block. Jika lewat akan ditertibkan,” ucap Irwandi.
Irwandi menjelaskan, penertiban dilakukan pada pagi dan sore hari. Akan tetapi, jumlah petugas terbatas dan sulit mencegah pedagang kembali ke trotoar. Jumlah petugas hanya 250 orang, sedangkan pedagang mencapai 500 orang.
Sesuai rencana jangka panjang, Tanah Abang akan ditata sebagai TOD dan sentra bisnis. Rencana jangka panjang ini termasuk juga membebaskan seluruh lahan yang saat ini masih merupakan perkampungan di seberang Jalan Jatibaru Raya. Di tempat itu akan dibangun kawasan campuran antara pusat usaha dan pemukiman.
Direktur Utama Perusahaan Umum Daerah Pembangunan Sarana Jaya Yoory C Pinontoan mengatakan, pembebasan lahan sudah mencapai 5.000 meter persegi dari sekitar 13 hektar lahan yang harus dibebaskan. Berdasarkan terget, pembebasan lahan akan selesai pada 2020 dengan anggaran menggunakan penyertaan modal daerah.
”Kawasan Tanah Abang dikembangkan menjadi transit oriented development atau transportasi terintegrasi terbesar di Jakarta. Penataan juga tetap mempertahankan karakteristik yang ada, seperti tempat untuk PKL, grosir, dan fasilitas lain. Penataan dilakukan agar Tanah Abang tidak semrawut,” ucap Yoory.