SINGAPURA, KAMIS — Amerika Serikat mengklaim hanya bermanuver secara normal di Laut China Selatan. Pelayaran kapal-kapal perangnya di perairan itu dinyatakan tetap sama selama bertahun-tahun.
Kepala Operasi Angkatan Laut AS Laksamana John Richardson mengatakan, AS hanya menerapkan kebebasan berlayar di perairan yang sebagian diklaim oleh China itu. ”Saya menganalisis sehingga sangat yakin operasi kami, kehadiran di sana, konsisten selama puluhan tahun. Tidak ada yang meruncing belakangan ini,” ujarnya dalam Konferensi Keamanan Maritim Internasional, Rabu (15/5/2019), di Singapura.
Richardson mengatakan, operasi kebebasan berlayar akan terus dilakukan dengan transparan, konsisten, dan terukur. Manuver AS di perairan itu dinyatakan dirancang untuk tidak memprovokasi ataupun meningkatkan ketegangan. ”(Kami) hanya menolak klaim berlebihan,” ujarnya.
Operasi wajar itu, menurut Richardson, mendapat perhatian berlebihan dari sejumlah pihak. ”Dari media dan kadang dari China, lalu mereka memprotes,” ujarnya.
Operasi yang dinyatakan kebebasan berlayar itu kerap diprotes China. Sebab, kapal-kapal AS berlayar dekat pulau-pulau buatan dan karang-karang yang diklaim China. China mengklaim laut 12 mil dari pulau-pulau buatan itu sebagai perairan teritorial mereka. Klaim itu ditolak banyak negara karena dinilai berseberangan dengan peraturan internasional.
China tidak hanya mereklamasi dan membuat sejumlah pulau. Di sana, China membuat pangkalan militer yang dilengkapi landas pacu, peluncur rudal, dan menara radar pengawas.
Meski dinyatakan transparan, pelayaran kapal-kapal AS ke perairan yang diklaim China kerap tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada Beijing. Akibatnya, berkali-kali ada protes dari Beijing ke Washington. Berkali-kali pula kapal-kapal perang kedua negara bermanuver dalam jarak amat dekat.
Washington kerap menuding manuver kapal perang China membahayakan kapal-kapal perang AS. Sebaliknya Beijing beralasan kapal-kapal perangnya terpaksa dikerahkan menghadapi pelanggaran wilayah oleh pihak asing.
Beijing mengatakan, pekan lalu dua kapal perang AS mengarungi kawasan perairan dekat pulau-pulau sengketa di Laut China Selatan tanpa izin, menyebabkan Angkatan Laut China meminta dua kapal perang AS itu meninggalkan kawasan itu. Kementerian Luar Negeri China menyebutkan, dua kapal perang AS tersebut memasuki perairan dekat gosong karang Gaven dan Chigua Reefs di Kepulauan Spratly, yang oleh Beijing disebut Nansha, 6 Mei lalu.
Richardson menyatakan tidak terkejut atas reaksi-reaksi China. ”Mereka, saya kira, secara bertahap meningkatkan reaksi pada masalah ini. Akan tetapi, jika saya kembali ke pokok masalah, Angkatan Laut AS selalu konsisten. Kami tidak melakukan apa pun yang meningkatkan provokasi,” ujarnya. (AP/AFP)
Editor:
samsulhadi
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.