Sebanyak 2.084 pos pelayanan terpadu di Kalimantan Tengah masuk kategori tidak aktif karena kekurangan kader. Selain tanpa insentif, para kader atau tenaga sukarela juga kesulitan membagi waktu. Pemerintah berupaya untuk merekrut ulang.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Sebanyak 2.084 pos pelayanan terpadu di Kalimantan Tengah masuk kategori tidak aktif karena kekurangan kader. Selain tanpa insentif, para kader atau tenaga sukarela juga kesulitan membagi waktu. Pemerintah berupaya untuk merekrut ulang.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) Suyuti Syamsul, di Palangkaraya, Kamis (16/5/2019). Di Kalteng terdapat 2.587 pos pelayanan terpadu (posyandu). Artinya, hanya terdapat 503 posyandu yang aktif.
”Dampaknya, target imunisasi susah tercapai, lalu screening awal stunting sulit, dan banyak hal lainnya. Itu semua lebih mudah kalau posyandunya aktif,” ujar Suyuti.
Suyuti menjelaskan, petugas di posyandu merupakan tenaga sukarela. Sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang kemudian membuat mereka tidak memiliki waktu mengurus posyandu. ”Ada kalanya mereka juga jenuh,” ucapnya.
Pemerintah Provinsi Kalteng, tambah Suyuti, akan merekrut dan melatih ulang semua petugas posyandu yang ada. Meskipun demikian, relawan itu tidak diberikan insentif ataupun honor karena pemerintah tidak diperbolehkan memberikannya.
”Posyandu itu prinsipnya dari dan untuk rakyat. Kehadiran petugas kesehatan hanya untuk kegiatan teknis, seperti imunisasi dan penyuluhan. Sukarelawan ini yang membantu petugas dan berinteraksi dengan masyarakat,” kata Suyuti.
Rosiana Tunjang (47), salah satu sukarelawan dan warga Hiu Putih, Kota Palangkaraya, mengungkapkan, dirinya tidak memiliki masalah bekerja tanpa honor karena memang kegiatan di posyandu sangat penting untuk kesehatan masyarakat. Meskipun demikian, ada saatnya Rosiana berhalangan ikut kegiatan karena banyak faktor.
”Kesulitan utamanya adalah mengajak juga memantau perkembangan anak-anak atau bayi di sekitar kompleks rumah. Ada saja orangtua yang tidak terlalu baik komunikasinya sehingga susah dipantau,” tutur Rosiana.
Di beberapa tempat di Kalteng, tanpa kader posyandu, petugas kesehatan kesulitan mengumpulkan warga. Selain itu, kader posyandu juga membantu memberikan laporan terkait kondisi anak-anak di sekitarnya. Hal itu membantu untuk membuat analisis kesehatan masyarakat.
Kesulitan utamanya adalah mengajak juga memantau perkembangan anak-anak atau bayi di sekitar kompleks rumah. Ada saja orangtua yang tidak terlalu baik komunikasinya sehingga susah dipantau.
Fransiska (31), salah satu petugas kesehatan di puskesmas Kecamatan Pahandut, mengungkapkan, kader posyandu memiliki peran penting dalam memantau kesehatan masyarakat. Kehadiran mereka memang sangat dibutuhkan petugas kesehatan.
”Kami, kalau enggak ada kader, mengumpulkan orang sulit sekali. Kami pernah minta tolong di masjid atau gereja supaya membantu mengumpulkan orang,” kata Fransiska.