PT Pertamina (Persero) memastikan elpiji 3 kilogram cukup meski konsumsi harian selama Ramadhan naik 10 persen.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) memastikan elpiji 3 kilogram cukup meski konsumsi harian selama Ramadhan naik 10 persen. Program konversi minyak tanah ke elpiji berlanjut sampai tahun 2020.
Pertamina mencatat, konsumsi elpiji 3 kilogram secara nasional mencapai 23.338 metrik ton per hari selama Ramadhan, naik sekitar 10 persen dibandingkan dengan rata-rata konsumsi harian yang mencapai 21.269 metrik ton. Meski demikian, Pertamina menjamin ketersediaan elpiji mencukupi kebutuhan.
Dalam rangka mengantisipasi lonjakan konsumsi elpiji, Pertamina menyiagakan 33.000 pangkalan elpiji di seluruh Indonesia. Selain itu, Pertamina juga menyiagakan 539 stasiun pengisian dan pengangkutan bulk elpiji (SPPBE) serta menyiapkan layanan pesan antar ke konsumen elpiji nonsubsidi merek Bright Gas.
”Kami menyiapkan tambahan pasokan lebih banyak, sampai 15 persen dari konsumsi harian secara normal. Jumlah pangkalan dan agen yang ditunjuk menjual elpiji 3 kilogram juga sudah disesuaikan dengan kebutuhan elpiji di wilayah tersebut,” kata Direktur Pemasaran Ritel Pertamina Mas’ud Khamid di Jakarta, Rabu (15/5/2019).
Total akan ada 165.000 kios elpiji di seluruh Indonesia.
Dalam jangka panjang, kata Mas’ud, pihaknya menargetkan setiap desa memiliki satu kios penjualan elpiji yang pendiriannya akan bermitra dengan pihak swasta. Sampai triwulan III-2019, semua desa diharapkan sudah memiliki minimal satu kios.
”Total akan ada 165.000 kios elpiji di seluruh Indonesia. Provinsi yang sudah 100 persen tersedia kios elpiji di desanya baru Jawa Tengah. Yang lain masih berlangsung,” ujar Mas’ud.
Program konversi
Dalam rapat kerja Komisi VII DPR dengan Pertamina yang berlangsung pada Selasa (14/5/2019) di Jakarta, Muhammad Nasir, Wakil Ketua Komisi VII DPR dari Partai Demokrat, menyebutkan, ada kelangkaan pasokan elpiji di beberapa desa di Riau.
Dia meminta Pertamina sigap menjaga pasokan elpiji agar tidak terjadi kelangkaan. Pertamina juga diminta adil dan merata dalam hal pemberian izin penjualan elpiji lewat agen dan pangkalan. ”Pejabat Pertamina di daerah sebaiknya rajin turun ke lapangan memantau kecukupan elpiji,” kata Nasir.
Sementara itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan, program konversi minyak tanah ke elpiji masih berlanjut sampai tahun 2020. Beberapa wilayah yang menjadi sasaran perluasan program adalah sejumlah kabupaten di Nusa Tenggara Timur.
Tahun depan, pemerintah berencana membagikan 5.662 paket konversi yang terdiri dari tabung elpiji 3 kilogram dan kompor gas. ”Kami juga sedang mengkaji pemakaian kompor listrik untuk menggantikan elpiji bagi rumah tangga yang sudah teraliri listrik,” kata Djoko.
Tahun ini, alokasi elpiji 3 kilogram bersubsidi mencapai 6,9 juta ton, lebih tinggi dari realisasi tahun lalu yang sekitar 6,6 juta ton. Berdasarkan perhitungan Pertamina, selisih harga elpiji bersubsidi dan nonsubsidi sekitar Rp 8.000 per kg. Harga elpiji bersubsidi, sejak diperkenalkan ke masyarakat pada 2007, tidak pernah naik hingga saat ini, yaitu Rp 4.250 per kg. Adapun harga elpiji nonsubsidi Rp 12.000 per kg.