Serangan udara Arab Saudi menghajar basis militer Houthi di Sana’a, Yaman. Serangan itu adalah balasan atas serangan Houthi di wilayah Saudi.
SANA’A, KAMIS— Koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan 11 serangan udara ke Sana’a dan sekitarnya pada Kamis (16/5/2019). Serangan ke ibu kota Yaman tersebut sebagai balasan atas serangan pemberontak Houthi terhadap sejumlah lokasi di Arab Saudi, Rabu lalu.
Dalam pernyataan resminya, koalisi menyebut sembilan target di Sana’a dan disasar. Seluruhnya dinyatakan sebagai instalasi militer Houthi, seperti gudang senjata dan markas milisi. Serangan itu disebut untuk mengurangi kemampuan milisi Houthi melakukan agresi.
Serangan itu dilancarkan tepat sehari setelah Houthi mengebom tujuh lokasi di Arab Saudi dengan menggunakan pesawat tanpa awak. Sasarannya termasuk stasiun pompa di luar Al-Duadmi, kota yang berjarak 330 kilometer di barat Riyadh.
Sebelum serangan Houthi, 2 tanker Saudi dan 1 tanker Uni Emirat Arab (UEA) diserang pihak tidak dikenal. Sampai sekarang, serangan di pelabuhan Fujairah, UEA, itu tidak jelas pelakunya. Amerika Serikat menuding Iran, sebaliknya, Iran menuduh Israel yang disokong AS sebagai pelaku serangan itu.
”Serangan milisi Houthi yang disokong Iran terhadap dua stasiun pompa Aramco menunjukkan milisi ini adalah alat rezim Iran. Tindakan teror diperintahkan oleh rezim Teheran, dan dilancarkan Houthi, menyulitkan upaya politik yang sedang berlangsung,” demikian pernyataan Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi Khalid bin Salman di media sosial.
”Kami akan membalas dengan keras saat kami lihat Houthi menyasar target sipil seperti di Arab Saudi,” kata Menlu Uni Emirat Arab (UEA) Anwar Gargash. UEA adalah sekutu utama Saudi di kawasan.
”Serangan Houthi menyampaikan pesan kepada Yaman dan UEA bahwa pemberontak Yaman bisa mengakibatkan gangguan besar pada perekonomian mereka. Hal ini bisa dimaknai menjadi bagaimana perang di Yaman pada masa mendatang. Houthi mungkin berpikir mereka bisa menaikkan posisi dalam perundingan apa pun di masa depan jika mereka membuktikan bisa mengganggu (perekonomian) Arab Saudi dan UEA dengan cara ini,” kata Imad Harb, Direktur Arab Center, lembaga kajian di Washington, sebagaimana dikutip Al Jazeera.
Koalisi menyatakan sudah meminta warga sipil menjauhi lokasi serangan. Namun, serangan itu tetap menyebabkan 4 anak dan 2 orang dewasa tewas. Sementara sedikitnya 41 orang lain terluka. Menurut pihak Houthi, korban luka mencapai 52 orang, 2 di antaranya warga Rusia.
Masih tidur
Para saksi mata di sekitar lokasi menyebut, banyak orang tertimbun puing gedung yang menjadi sasaran pengeboman. Serangan dimulai pukul 08.00 kala sebagian penduduk Sana’a masih tidur. Ambulans dilaporkan hilir mudik ke lokasi serangan. Asap membubung dan api menjalar dari lokasi serangan.
”Ada pengeboman di tempat kami, kawasan padat penduduk di antara (Jalan) Hael dan Raqas. Ledakan sangat kuat, batu-batu beterbangan. Baru kali ini rumah kami terguncang begitu hebat,” kata salah satu warga di lokasi serangan, Abdulrazaq Mohammed.
Serangan koalisi Saudi memicu kritik terhadap AS. ”Daripada memusuhi Iran, AS seharusnya memutus hubungan dengan Saudi dan UEA yang menyebabkan ketidakstabilan di kawasan dengan perang berdarah di Yaman serta mendukung militer jahat di Libya dan Sudan,” kata Sunjeev Bery dari Freedom Forward, lembaga AS yang mengampanyekan agar AS memutus hubungan dengan rezim otokrasi di luar negeri, kepada Al Jazeera.