Investor Chile Gandeng Petani Rumput Laut Indonesia
Midesa, perusahaan asal Chile, akan berinvestasi sebesar 3 juta dollar AS-4 juta dollar AS untuk mendirikan tempat pengolahan rumput laut menjadi tepung. Perusahaan tersebut akan menggandeng petani-petani lokal.
Oleh
Hendriyo Widi dari Santiago, Chile
·3 menit baca
SANTIAGO, KOMPAS — Midesa, perusahaan asal Chile, akan berinvestasi sebesar 3 juta dollar AS-4 juta dollar AS untuk mendirikan tempat pengolahan rumput laut menjadi tepung. Perusahaan tersebut akan menggandeng petani-petani lokal.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Santiago, Chile, Kamis (16/5/2019), siang waktu setempat, mengatakan, Midesa akan berinvestasi di Sulawesi Selatan mulai tahun ini. Mereka melibatkan petani-petani rumput laut setempat, mulai dari budidaya rumput laut hingga pengolahan rumput laut menjadi tepung.
Nilai investasi 3 juta dollar AS-4 juta dollar AS itu kecil. Namun, dampaknya bagi petani rumput lokal dan investasi di Indonesia bagian timur ke depan akan bagus.
”Produk mereka diekspor tidak lagi dalam bentuk bahan mentah, tetapi sudah menjadi tepung rumput laut. Ke depan, investasi pengolahan itu diharapkan dapat menjadi industri besar dan menggandeng petani-petani rumput laut di kawasan sekitar,” kata Enggartiasto.
Pada Kamis siang waktu setempat, Kementerian Perdagangan menggelar Forum Bisnis Indonesia-Chile. Forum itu mempertemukan pebisnis Indonesia dengan Chile. Para pelaku bisnis dari Indonesia yang turut serta dalam forum itu bergerak di sektor minyak sawit mentah, kertas, dan furnitur.
Selain investasi rumput laut, Indonesia juga membuka impor produk susu dalam kemasan, Colun. Namun, saat ini mereka tengah terkendala pembuatan sertifikat halal yang memakan waktu lama.
Menurut Enggartiasto Lukita, kalau mau masuk ke Indonesia, perusahaan itu tetap harus memiliki sertifikat halal. Sebab, sertifikat halal merupakan label yang diwajibkan di Indonesia. Pemerintah akan berupaya memfasilitasi agar sertifikat halal itu segera terbit.
”Dengan kehadiran Colun, pasar susu dalam kemasan di dalam negeri akan semakin terbuka. Ke depan diharapkan dapat menurunkan harga produk susu dalam kemasan di dalam negeri,” katanya.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo mengemukakan, Indonesia dan Chile sama-sama dapat menjadi hub atau pintu masuk perdagangan ke negara-negara di kawasan masing-masing.
Chile menjadi pintu masuk Indonesia ke negara-negara Amerika Selatan, sedangkan Indonesia menjadi pintu masuk Chile ke negara-negara ASEAN dan Australia.
Bagi Chile, bukan Indonesia saja yang akan disasar. Para pelaku usaha di Chile juga melihat potensi Indonesia yang berdekatan dengan negara-negara di ASEAN. Indonesia juga telah memiliki Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif dengan Australia (IA-CEPA).
”Ke depan, Indonesia dan ASEAN, serta Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru akan menyelesaikan perjanjian Kemitraan Ekonomi Regional Komprehensif. Melihat potensi itu, Chile dan negara-negara di Amerika Selatan akan tertarik menjalin kemitraan dengan Indonesia,” katanya.
Kementerian Perdagangan mencatat, nilai perdagangan Indonesia-Chile pada 2018 sebesar 274,1 juta dollar AS. Untuk saat ini, neraca perdagangan Indonesia masih surplus dari Chile, yaitu 43,87 juta dollar AS.