Mimpi Atalanta meraih trofi Piala Italia yang mereka nanti selama 56 tahun akhirnya buyar di tangan Lazio. Laga final itu membuktikan, Lazio masih menjadi salah satu tim terbaik di Italia.
ROMA, KAMIS – Posisi Lazio di Liga Italia satu dekade terakhir membuat klub berjuluk “Si Elang” itu diragukan bisa bersaing dengan tim elite Italia. Namun, gelar juara Piala Italia ketujuh yang mereka raih di Stadion Olimpico, Roma, Kamis (16/5/2019) dini hari WIB menjawab keraguan tersebut.
Lazio mengalahkan Atalanta 2-0 pada laga final yang berlangsung keras. Terjadi 26 pelanggaran pada laga itu dan wasit mengeluarkan tujuh kartu kuning. Permainan yang mengandalkan kekuatan fisik membuat Lazio mencatat 16 pelanggaran malam itu.
Gaya keras itu justru mampu menghentikan permainan taktis Atalanta yang lebih difavoritkan. Apalagi, dalam dua pertemuan sebelumnya di Liga Italia, Atalanta selalu menang. Atalanta juga dalam kondisi terbaik musim ini, dengan menempati peringkat empat besar Liga Italia. Adapun Lazio tercecer di peringkat kedelapan.
Mimpi Atalanta mengangkat trofi Piala Italia setelah menanti 56 tahun pun buyar ketika gelandang Lazio Sergej Milinkovic-Savic dimainkan menit ke-82. Tidak lama setelah menginjak rumput, pemain asal Serbia itu membuka keunggulan Lazio. Lazio mencetak gol kedua melalui Joaguin Correa pada menit ke-90.
”Klasemen Liga Italia saat ini tidak menunjukkan potensi Lazio sebenarnya. Kami pantas mengalahkan Atalanta,” kata Presiden Lazio Claudio Lotito seperti dikutip Football-Italia. Ia berambisi meraih trofi itu, syarat untuk lolos otomatis ke babak penyisihan Liga Europa musim depan.
Lotito harus fokus dan bersikap realistis setiap musim. Mereka sudah merasakan beratnya bersaing dengan klub-klub papan atas Liga Italia. Oleh karena itu, kekuatan maksimal di kerahkan pada ajang Piala Italia. Dalam perjalanannya ke final, mereka menyingkirkan Novara, Inter Milan, dan AC Milan.
Lazio tidak menemukan kesulitan berarti di Italia musim ini. Jika hasil terbaik mereka di Liga Serie A dekade ini adalah peringkat tiga musim 2014-2015, pencapaian mereka di Piala Italia lebih baik. Dalam 10 tahun terakhir, Lazio lima kali lolos ke final dan tiga kali menjadi juara.
Juventus merampas kesempatan mereka menjadi juara tahun 2015 dan 2017. Lazio pun bisa berterima kasih kepada Atalanta yang menyingkirkan Juventus pada perempat final. Setidaknya, Juventus tidak lagi menjadi ancaman bagi Lazio.
Lazio senang, tetapi Atalanta pulang dari Roma dengan kekecewaan dan amarah. Pelatih Atalanta Piero Gasperini berang karena wasit tidak memberikan tendangan penalti ketika bola mengenai tangan pemain Lazio, Bastos. Gasperini menuding ada skandal dalam laga ini.
”Kami menerima kekalahan dan mengakui Lazio lebih kuat. Namun, insiden ini tidak bisa diterima,” (Gasperini)
Wasit, kata Gasperini, setidaknya bisa menggunakan teknologi video wasit atau VAR untuk melihat lagi insiden tersebut. Namun, hal itu tak dilakukan.
Sosok di balik konsistensi Lazio di Piala Italia adalah pelatih Simone Inzaghi. Adik mantan striker AC Milan Filippo Inzaghi ini memiliki ikatan kuat dengan Lazio. Ia pernah membela Lazio sebagai pemain lalu memulai karier kepelatihannya dengan menangani tim muda Lazio tahun 2010.
Namun, di tangannya, Lazio selalu menjadi tim papan tengah. Ketika mereka menelan kekalahan beruntun, Inzaghi dibanjiri kritikan. Bahkan, karier Inzaghi dikabarkan tidak menentu sebelum final Piala Italia. Oleh karena itu, laga kontra Atalanta ini menjadi pertaruhan besar, dan Inzaghi mampu menjawab tantangan tersebut.
Inzaghi sekali lagi membuktikan, ia masih layak melatih Si Elang. Lotito pun membela Inzaghi. ”Dia tidak perlu diragukan lagi. Dia seperti anak saya sendiri dan saya membesarkannya dengan menjadikannya pelatih di tim muda,” ujar Lotito seperti dikutip laman Corriere dello Sport.
Namun, Inzaghi menyadari masih banyak kekurangan. ” Kami punya catatan yang bagus. Namun, kritikan dari banyak orang tidak bisa dipandang remeh. Sekarang kami akan menikmati kemenangan ini dan ada waktunya saya duduk bersama manajemen klub untuk membahas banyak hal,” ujarnya. (AFP/REUTERS)