Patroli Datang, Begal dan Tawuran Hilang
Video tawuran dan begal yang beredar viral membuat resah warga. Polisi menjawab keresahan itu dengan patroli besar pada Kamis (16/5/2019) dini hari di titik-titik rawan. Langkah ini efektif. Namun, perlu kekuatan lebih untuk pencegahan jangka panjang.
Video tawuran dan begal yang beredar viral membuat resah warga. Polisi menjawab keresahan itu dengan patroli besar pada Kamis (16/5/2019) dini hari di titik-titik rawan. Langkah ini efektif. Namun, perlu kekuatan lebih untuk pencegahan jangka panjang.
Terakhir, video komplotan begal yang berusaha mencabut kunci sepeda motor. Aksi nekat itu diduga terjadi di Jakarta Selatan. Tindak kejahatan ini meresahkan warga.
Mansyur Wahyudi (24), karyawan swasta, menyaksikan video aksi begal dan konvoi remaja yang membawa senjata tajam di media sosial (medsos). Ia mengatakan, ada niat buruk dari perekam, termasuk orang-orang di video tersebut.
”Ya, seram. Apalagi kalau pulang kerja sudah malam. Ngeri, motor saya enggak bisa ngebut. Kalau pulang malam, jadinya suka pesan ojek atau bareng teman yang searah,” ucap Mansyur di Jakarta, Kamis (16/5/2019).
Mansyur waswas ketika pulang antara pukul 23.00 dan 01.00. Kecurigaannya terutama pada orang-orang yang bergerombolan di pinggir jalan. Ia berharap tidak bertemu geng seperti terlihat di video itu.
Anastasia Laurensia (25), warga Jakarta, juga melihat video itu dari medsos. Ia menuturkan, berdasarkan desas-desus, salah satu lokasi di video ada di Jakarta Selatan.
”Enggak pernah lihat langsung aksi seperti di video. Namun, kabarnya kejadiannya di daerah dekat indekos (Jakarta Selatan). Saya harus lebih hati-hati, kurangi kebiasaan pulang malam hari,” katanya.
Polisi pun menjawab persoalan itu dengan patroli oleh Tim Khusus Antibandit (Tekab) yang dibentuk Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Gatot Eddy Pramono.
Lokasi patroli adalah daerah yang rawan tawuran ataupun begal di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Pusat. Penyusuran dimulai dari Jalan Gatot Subroto menuju Bundaran HI, terus ke Harmoni dan Stasiun Senen, Jakarta Pusat. Dari sana, tim bergerak ke Pulogadung, Cawang, dan kembali ke Polda Metro Jaya. Rute yang ditempuh merupakan titik-titik rawan terjadi tawuran ataupun tindakan kriminal lain.
Setelah berkeliling beberapa jam, patroli Tekab tidak memergoki aksi begal, tawuran, ataupun konvoi geng motor. Malam itu, Jakarta tidur lelap. ”Untuk sementara masih kondusif. Mudah-mudahan ke depan lebih kondusif,” kata Kepala Tekab Polda Metro Jaya Komisaris Jarono.
Menurut dia, patroli bertujuan untuk menciptakan keamanan serta meyakinkan masyarakat bahwa polisi hadir di tengah masyarakat pascavideo viral yang meresahkan tersebut.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono, Rabu, mengatakan, selama Ramadhan tidak terjadi peningkatan tawuran ataupun pembegalan. Setiap saat, Polri dan TNI melakukan operasi gabungan dari tingkat polsek, polres, hingga polda.
”Jakarta kondusif,” ujarnya.
Menurut Argo, polisi telah menyelidiki video aksi begal yang berusaha merebut kunci motor. Argo mengimbau masyarakat tidak langsung percaya dengan video viral karena bisa jadi video itu terjadi di tempat lain atau peristiwanya sudah lama.
Unjuk eksistensi
Ketua Departemen Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Iqrak Sulhin, Kamis (16/5/2019), berpendapat, peristiwa kriminalitas di bulan Ramadhan sebenarnya berpotensi juga terjadi pada waktu-waktu lain.
Peristiwa seperti tawuran atau konvoi geng motor lebih tepat disebut sebagai gangguan ketertiban sosial. Alasannya, pelaku masih anak-anak atau remaja yang memanfaatkan momen untuk menunjukkan eksistensinya.
”Apakah mereka disebut pelaku kejahatan? Saya kira tidak karena mereka statusnya anak-anak, belum sepenuhnya memahami bahwa perilaku mereka salah. Dari sisi masyarakat, ada ketertiban yang terganggu. Orang jadi takut dan wilayah tertentu jadi mencekam,” tuturnya.
Menurut sosiolog Imam B Prasodjo, usia pelaku berkisar 15-30 tahun. ”Usia ketika energi meluap-luap dan butuh penyaluran yang tepat. Jika tidak tepat, yang terjadi hal-hal merusak, seperti kejahatan.”
Ia mengatakan, ruang terbuka hijau, taman, dan fasilitas publik lain tersedia bagi generasi muda untuk berkreasi. Namun, tidak terjadi pembinaan atau kegiatan berkesinambungan.
”Anak muda lantas berkelompok, bahkan membentuk geng. Pemimpinnya tidak punya visi dan misi ke arah positif. Ujung-ujungnya, energi tersalurkan ke tawuran dan hal negatif lain,” lanjutnya.
Pentingnya patroli
Menurut Iqrak, begal merupakan kejahatan dengan kekerasan, yaitu kejahatan yang dalam kriminologi disebut violence property related crime atau kejahatan terkait properti dan menggunakan kekerasan.
Kejahatan tersebut sangat bergantung pada tiga hal. Pertama, ada pelaku yang punya motif dan berniat melakukan kejahatan. Kedua, ada target yang pas. Misalnya, orang malam hari sendirian bawa motor yang harganya mahal. Ketiga, kurangnya penjagaan (uncapable guardianship) sehingga ada titik-titik tertentu yang kurang penerangan, sepi, atau frekuensi patroli polisi kurang. Interaksi ketiganya menyebabkan munculnya kejahatan.
”Saya melihat ini bukan khas Ramadhan, tetapi memang situasi tertentu pada Ramadhan menjadi momen bagi kejahatan tersebut meningkat. Contoh lain, menjelang Lebaran, angka pencurian rumah kosong meningkat. Kenapa? Karena situasi memungkinkan,” ucapnya.
Iqrak menegaskan pentingnya patroli polisi dalam mencegah kejahatan. Sebab, tugas polisi tidak hanya mengejar penjahat, tetapi juga mencegah kejahatan dengan patroli.
”Pelaku kejahatan sebenarnya berpikir. Mereka melakukan kalkulasi, mereka pasti tahu berapa jumlah polisi, bagaimana frekuensi patroli, tempat mana yang agak jarang dikunjungi patroli,” katanya.
Menurut dia, kemunculan begal dan tawuran berhubungan dengan kemampuan polisi melakukan penjagaan. Selama ini, polisi bertindak berdasarkan laporan masyarakat. Adapun kejadian yang tidak berdasarkan laporan berkaitan dengan kemampuan polisi menjaga frekuensi patroli.
”Frekuensi patroli dipengaruhi beberapa hal. Pertama, sumber daya manusia. Kedua, kendaraan. Jumlah mobil dan motor terbatas ini yang menyebabkan banyak titik tidak terawasi,” ucapnya.
Polisi masa kini tidak hanya dituntut giat berpatroli di jalanan, tetapi juga giat melakukan patroli siber. Tawuran kerap dipicu saling ejek di media sosial. Setelah puas mengejek, mereka janjian tawuran melalui media sosial.
Bahkan, tawuran direkam dengan ponsel dan diunggah melalui media sosial. Sekarang, tawuran bisa ditonton seperti menonton siaran pertandingan sepak bola.
Baca juga: Patroli Polisi Menjamin Ibu Kota Aman dari Tindak Kejahatan
Kriminolog Muhammad Mustofa menambahkan, budaya kekerasan kolektif ini dipengaruhi juga oleh ulah tokoh-tokoh masyarakat yang mengedepankan penyelesaian masalah dengan kekerasan.
”Kurangi contoh pilihan kekerasan, baik sikap para pemimpin, tayangan TV, maupun media. Perkuat aparat penegak hukum agar mampu melakukan langkah pencegahan melalui patroli intensif. Juga penting mengembangkan budaya anti-kekerasan melalui berbagai media (cetak, elektronik, sosial),” tuturnya.