Selama enam bulan terakhir, sudah 12 kali Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi bersama Komunitas Peduli Sungai Cileungsi dan Cikeas membersihkan sampah bambu yang sering menghambat aliran Sungai Cikeas di Bendung Koja, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat. Total volume sampah yang telah diangkut diperkirakan mencapai ribuan meter kubik.
Oleh
Stefanus Ato
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Selama enam bulan terakhir, sudah 12 kali Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi bersama Komunitas Peduli Sungai Cileungsi dan Cikeas membersihkan sampah bambu yang sering menghambat aliran Sungai Cikeas di Bendung Koja, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat. Total volume sampah yang telah diangkut diperkirakan mencapai ribuan meter kubik.
Pada Jumat (17/5/2019) siang, di Bendung Koja, belasan orang dari Pasukan Katak Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi mengurai sampah bambu yang menumpuk itu. Sampah itu diurai dan dialirkan menuju Kali Bekasi di kawasan Kemang Pratama, untuk selanjutnya diangkut menggunakan alat berat.
Menurut Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi dan Cikeas (KP2C) Puarman, sampah bambu itu menumpuk sejak ada banjir kiriman dari Bogor pada tanggal 10 Mei 2019 lalu. Sampah yang menumpuk kali ini adalah yang terbesar dan diperkirakan jumlahnya mencapai 2.000 meter kubik. Sampah bambu menutupi aliran Kali Cikeas di sekitar Bendung Koja, sepanjang 150 meter.
Upaya mengurai dan mengalirkan tumpukan sampah bambu ke Kali Bekasi sebenarnya sudah dimulai sejak tanggal 11 Mei 2019 atau sehari pascabanjir kiriman dari Bogor. Namun, hingga hari ini belum seluruh sampah itu berhasil diurai dan dialirkan ke Kali Bekasi.
”Tahun sebelumnya hanya satu kali (pembersihan) dalam satu tahun. Ini sejak Oktober 2018-Mei 2019 sudah 12 kali terjadi penyumbatan aliran sungai. Dan peristiwa terakhir ini yang paling parah. Sebelumnya, setiap kali diangkut, jumlah sampah bambu sekitar 1.000 meter kubik, kali ini mencapai 2.000 meter kubik,” kata Puarman.
Sampah bambu yang tidak ada habisnya itu berasal dari hulu Sungai Cikeas. Sungai ini mengalir melintasi Kabupaten Bogor Kota Depok hingga Kota Bekasi. Daerah penyumbang sampah terbanyak adalah Kabupaten Bogor, yaitu mencapai 50 persen. Adapun Kota Depok dan Kota Bekasi masing-masing menyumbang sampah bambu sebanyak 25 persen.
Masalah di hulu
Menurut Puarman, terus bertambahnya volume sampah setiap ada banjir kiriman dari Bogor menunjukkan ada masalah serius di bantaran Sungai Cikeas. Selain banyak rumpun bambu yang telah berusia tua dan hanyut ke sungai, diduga juga ada campur tangan manusia yang turut merusak hutan bambu di hulu Sungai Cikeas.
Meski tak menyebut secara detail lokasi kerusakan hutan bambu di hulu, ia mengatakan, hasil susur sungai yang pernah dilakukan KP2C menemukan, ada bantaran sungai di bagian hulu yang telah berubah menjadi kawasan perumahan. Pohon bambu yang ditebas juga tidak diangkut menjauh dari bantaran sungai, sehingga ketika musim hujan, sampah bambu itu hanyut ke Sungai Cikeas.
Dampak dari terus meningkatnya volume sampah bambu tidak hanya menghambat aliran Sungai Cikeas, tetapi juga menyebabkan banjir di sejumlah kawasan perumahan di Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi yang selama ini tak pernah terendam banjir. Banjir itu merendam dua lokasi di Perumahan Vila Nusa Indah 3 dan Vila Mahkota Pesona di Kabupaten Bogor serta Perumahan Nusaphala dan Perumahan Mandosi di Kota Bekasi pada 26 April 2019.
”Hasil susur sungai dari hulu ke hilir, ada banyak rumpun bambu yang sudah menutupi aliran air dan membuat bendungan tetap. Kalau jebol, akan terjadi banjir bandang dan itu sudah pernah terjadi, seperti 26 April 2019 lalu,” ucap Puarman.