Hitung Cepat Masih Berlangsung, Kubu Oposisi di Australia Mengaku Kalah
Oleh
Harry Bhaskara (dari Brisbane, Australia)
·3 menit baca
BRISBANE, KOMPAS -- Bertentangan dengan hasil jajak pendapat, kubu koalisi Partai Liberal dan Partai Nasional (LNP) secara mengejutkan mengalahkan Partai Buruh dalam pemilihan umum Australia. Pemimpin Oposisi Bill Shorten mengaku kalah menjelang tengah malam, Sabtu (18/5/2019), ketika hitung cepat menunjukkan LNP sudah merenggut 74 dari total 151 kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau dua kursi lagi untuk memenangi pemilu.
Sementara Partai Buruh memperoleh 66 kursi. Sisanya terbagi untuk partai-partai kecil. Dalam sistem parlementer, pemilih memilih partai politik untuk DPR dan Senat.
“Sudah jelas Partai Buruh tidak mungkin memimpin pemerintahan berikut. Karena itu, untuk kepentingan nasional, beberapa saat yang lalu saya sudah mengucapkan selamat kepada Scott Morrison,” tutur Shorten, yang didampingi istrinya, Chloe, di depan para pendukungnya di Melbourne.
Shorten yang sudah memimpin kubu oposisi selama lima setengah tahun juga menyatakan bahwa ia akan mengundurkan diri sebagai pemimpin Oposisi. “Kampanye ini sulit dan kadang berlangsung keras. Tetapi, karena sudah selesai, kami semua memiliki tanggung jawab untuk menghormati hasil pemilu, menghormati kemauan rakyat Australia untuk merajut negeri ini kembali,” ujar Shorten.
Ia tampak tersenyum, namun tetap tegar dan sangat tenang. Ia menambahkan bahwa ia bangga akan jalannya kampanye. “Begitulah politik seharusnya, yaitu (yang dilakukan) adalah perang ide,” tutur Shorten.
Tepat tengah malam, giliran Perdana Menteri Scott Morrison menyampaikan pidato kemenangannya. "Saya selalu percaya pada keajaiban. Malam ini saya berdiri dengan tiga keajaiban dalam hidup saya,” tuturnya sambil menengok pada istrinya, Jenny, dan kedua putrinya yang masih kecil.
"Dan malam ini terjadi satu keajaiban lagi,” ujarnya di tengah teriakan membahana, "Scomo! Scomo!". "Scomo" adalah panggilan akrab Morrison. "Yang memetik kemenangan besar malam ini adalah orang-orang Australia yang diam. Karena (pemilu) selalu adalah tentang mereka,” kata Morrison.
Kampanye ini sulit dan kadang berlangsung keras. Tetapi, karena sudah selesai, kami semua memiliki tanggung jawab untuk menghormati hasil pemilu, menghormati kemauan rakyat Australia untuk merajut negeri ini kembali. (Bill Shorten)
Abbott kalah
Sementara perhitungan suara masih terus berlangsung di banyak daerah pemilihan (dapil), mantan Perdana Menteri Tony Abbott dari Partai Liberal secara mengejutkan dikalahkan oleh calon independen Zali Steggall di Dapil Warringah, New South Wales. Sedangkan Menteri Dalam Negeri Peter Dutton, juga dari Partai Liberal, yang berperan dalam kejatuhan Malcolm Turnbull ketika ia berusaha menjadi perdana menteri, memenangi Dapil Dickson, utara Brisbane, Negara Bagian Queensland.
Pakar analis pemilu ABC, Antony Green, mengatakan bahwa kubu koalisi menyapu bersih Queensland dengan menyabet 23 kursi, Partai Buruh 4 kursi. "Ini berita buruk bagi Partai Buruh,” ujarnya.
Ditanya tentang bagaimana Morrison akan menyelesaikan perpecahan di Partai Liberal antara kubu konservatif dan kubu moderat, Senator Partai Liberal Arthur Sinodinos menyitir pernyataan mantan Perdana Menteri John Howard. “John Howard mengatakan, \'Hati saya berada di kubu konservatif, kepala saya berada di kubu moderat’". Saya kira tempat ini akan dipakai oleh Morrison,” tutur Sinodinos dalam wawancara di ABC TV.
Perpecahan internal antara kubu moderat dan konservatif di Partai Liberal menjadi salah satu sebab kejatuhan Turnbull, yang berhaluan moderat, sebagai perdana menteri.
Para politisi diduga menggunakan jasa perusahaan di California, Amerika Serikat, NationBuilder, untuk menangani data pemilih dan mengirim pesan yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Namun, partai-partai politik enggan berkomentar soal ini.