JAKARTA, KOMPAS – Perlindungan terhadap keberadaan keberagaman flora dan fauna serta sumber daya alam hutan kian memiliki harapan bila setiap gerakan agama dan kepercayaan di Indonesia bersatu. Setiap kepercayaan dan agama di Indonesia memiliki pesan kepada penganutnya untuk menjaga dan mengelola alam, termasuk hutan, agar tetap memberikan kehidupan bagi bumi.
Kampanye lingkungan penyelamatan hutan ini merupakan pendekatan relatif baru untuk menyentuh sisi agamis masyarakat Indonesia. Hampir setahun terakhir ini kampanye bertajuk Hutan itu Beragam didengungkan Hutan Itu Indonesia (HII) dan Humanitarian Forum Indonesia (HFI) untuk merangkul kalangan lintas iman dan agama menjadi bagian dari gerakan untuk menjaga hutan Indonesia.
Direktur Eksekutif Humanitarian Forum Indonesia (HFI) Surya Rahman, Jumat (17/5/2019) di Jakarta, mengatakan, kerja sama HFI dengan HII memberi pelajaran banyak hal serta mempertemukan tokoh-tokoh agama/kepercayaan yang peduli hutan. "Bencana (bidang kerja HFI) bicara akibat. Hutan bicara sebab. Bagaimana bisa mencintai alam, khususnya hutan, untuk menghindarkan dari bencana," ujarnya.
Hal itu dikatakannya dalam jamuan Hutan itu Beragam bertema Aku, Kamu, Kita Damai Di Hutan. Jamuan diselingi pernyataan para tokoh lintas agama serta influencer, dan mitra HII tersebut ditutup dengan buka puasa bersama.
Ketua Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama IndonesiaHayu Susilo Prabowo, menegaskan, meski tiap agama memiliki konsep ketuhanan yang berbeda tetapi tiap agama memiliki sisi sama yaitu kemanusiaan. Masalah kehutanan terkait dengan kemanusiaan.
Alasannya, ketika hutan digunduli akan langsung berdampak pada kehidupan manusia di bumi seperti berbagai bencana hidrometeorologi dan kesulitan air bersih. Belum lagi dampaknya pada perubahan iklim dari sisi kegagalan panen yang membahakan ketersediaan pangan manusia.
“Ibaratnya kita semua (lintas agama) ada dalam satu perahu. Kalau satu ada yang bolongi, akan tenggelam. Tidak ada (agama/kepercayaan) yang super. Kita gotong royong untuk kemanusiaan,” kata Hayu.
Ibaratnya kita semua (lintas agama) ada dalam satu perahu. Kalau satu ada yang bolongi, akan tenggelam.
Abdiel Fortunatus Tanias, Kepala Biro Pemuda Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menambahkan iman kristiani mengamanatkan agar umat sebagai makhluk mulia memelihara dan mengelola alam hutan termasuk dengan segala isinya. “Manusia agar mengelola dengan bertanggung jawab dan penuh kasih sayang. Tak sekadar memenuhi kebutuhannya sendiri, tapi juga kebutuhan makhluk lain, tumbuhan dan hewan,” kata dia.
Memberi contoh
Ia pun mengatakan cara efektif pemuka agama untuk memberikan edukasi bagi umat tak hanya dari atas mimbar atau kotbah. Hal yang tak kalah penting, lanjutnya, pemuka agama memberikan contoh perilaku sehari-hari.
Beberapa contoh kecil di PGI, kata dia, dalam rapat-rapat tak lagi menyediakan air minum dalam kemasan. Peserta rapat diminta membawa botol air sendiri atau disediakan gelas dan dispenser untuk isi ulang.
Peter Lesmana Sekretaris Majelis Tinggi Agama Konghuchu Indonesia (Matakin) mengatakan keterkaitan melindungi dan merawat hutan itu merupakan bentuk bakti yang dijunjung umat. Semua hal2 yg diperbuat terkait bakti. Kalau bicara bakti biasanya antara anak dan orangtua Segala sesuatu yang bina hubungan baik adalah bakti,”katanya.
Karena itu, ia diajarkan untuk,”Kalau tebang pohon tidak tepat pada waktunya dan kalau potong hewan tidak tepat pada waktunya, namanya tidak berbakti. Jangan sampai motong-motong itu nanti habis dan tidak tahu kelanjutannya,” ungkapnya.
Astono Chandra Dana, Ketua Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) mengungkapkan umat Hindu mengenal Tri Hita Karana yang mengajarkan agar menjaga keselarasan manusia dengan alam. Ia pun mencontohkan tata cara peribadahan umat Hindu sangat bersentuhan dengan tumbuhan.
Dalam setiap menaikkan puja setiap pagi, siang, dan sore, umat menggunakan sarana bunga yang biasanya ditanam sendiri. “Sejak kecil anak-anak diajar menanam entah mawar atau kamboja untuk dipakai melakukan bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa,” ujarnya.