Menjaga Konsumsi
Setiap tahun, menjelang hari raya Idul Fitri, kebutuhan uang kartal diproyeksikan meningkat. Peningkatan ini seiring belanja atau konsumsi masyarakat yang bertambah pada periode hari raya.
Uang kartal adalah uang kertas, uang logam, dan koin yang diterbitkan bank sentral dan menjadi alat pembayaran yang sah di suatu negara.
Meskipun saat ini alat pembayaran nontunai berkembang pesat di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, uang tunai masih berperan besar dalam kegiatan konsumsi masyarakat. Masih banyak masyarakat yang lebih suka menggunakan uang tunai sebagai alat pembayaran.
Pada periode Idul Fitri 2019, Bank Indonesia memperkirakan kebutuhan uang kartal meningkat 13,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kebutuhan untuk mengantisipasi libur panjang, kenaikan gaji, serta membayar tunjangan hari raya aparatur sipil negara dan pegawai swasta diperkirakan Rp 217,1 triliun. Kebutuhan paling tinggi diperkirakan di wilayah Jabodetabek, yakni Rp 51,5 triliun.
Konsumsi masyarakat menjelang Lebaran diharapkan ikut mendongkrak pertumbuhan ekonomi RI tahun ini.
Pada triwulan I-2019, produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh 5,07 persen. Dari 5,07 persen itu, 2,75 persen di antaranya merupakan kontribusi konsumsi rumah tangga. Pada triwulan I-2019, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,01 persen secara tahunan.
Berdasarkan data Asosiasi Industri Minuman Ringan, penjualan pada periode Lebaran bisa sekitar 30 persen dari penjualan setahun. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia mengakui, peningkatan konsumsi masyarakat terhadap makanan dan minuman pada periode Lebaran mendongkrak penjualan tahunan.
Di tengah kondisi perekonomian global yang tidak pasti, pertumbuhan ekonomi global berisiko melambat. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi global tahun ini 3,3 persen. Sementara, Bank Dunia memperkirakan 2,9 persen.
Pertumbuhan ekonomi global yang melambat akan berdampak pada perdagangan dunia. Jika perdagangan dunia tumbuh melambat, ekspor-impor juga akan tumbuh melambat.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memperkirakan, pertumbuhan perdagangan dunia pada tahun ini melambat, menjadi 2,6 persen. Padahal, pada 2018, perdagangan dunia tumbuh 3 persen. Angka 3 persen ini lebih rendah dari perkiraan semula, yakni 3,9 persen.
Ekspor yang tumbuh melambat, di tengah neraca perdagangan yang defisit 2,564 miliar dollar AS per akhir April 2019, harus diatasi. Caranya, antara lain, dengan menjajaki pasar ekspor baru dan mendiversifikasi produk ekspor.
Namun, pemerintah juga menyadari, pertumbuhan perdagangan dunia yang melambat akan berdampak pada banyak negara. Maka, salah satu langkah yang diharapkan bisa menjaga pertumbuhan ekonomi tetap di atas 5 persen adalah mendorong konsumsi masyarakat.
Dengan harapan tinggi pada konsumsi, keyakinan masyarakat terhadap kondisi perekonomian yang baik mesti terus diciptakan.
Survei Bank Indonesia menunjukkan, pada April 2019, porsi pendapatan rumah tangga yang digunakan untuk konsumsi sebesar 68,5 persen. Porsi ini meningkat dibandingkan dengan Maret 2019 yang sebesar 68,1 persen. Hasil survei itu juga menunjukkan, pengeluaran konsumsi pada Juli 2019 masih akan meningkat.
Kegiatan konsumsi menjelang Lebaran diperkirakan tak hanya terjadi di perkotaan, tetapi juga di perdesaan. Pergerakan masyarakat untuk mudik diharapkan juga membuat daerah di sepanjang arus mudik tersebut mendapat manfaat dari kegiatan ekonomi.
Dengan harapan tinggi pada konsumsi masyarakat, maka tak bisa tidak, keyakinan masyarakat terhadap kondisi perekonomian yang baik mesti terus diciptakan. Inflasi yang terjaga dan nilai tukar rupiah yang stabil akan menambah keyakinan tersebut.