Sejumlah perusahaan tambang batubara di dalam negeri kian terdampak oleh perang dagang China dan Amerika Serikat. Harga batubara dalam negeri terus merosot.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah perusahaan tambang batubara di dalam negeri kian terdampak oleh perang dagang China dan Amerika Serikat. Harga batubara dalam negeri terus merosot. Tahun ini, tren harga batubara turun dari 92,41 dollar AS per ton sejak Januari menjadi 81,86 dollar AS per ton pada Mei.
Ketua Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Pandu Sjahrir mengatakan, dalam jangka pendek, dampak perang dagang China dengan AS memengaruhi kinerja bisnis perusahaan tambang batubara dalam negeri.
Ia menyebut sejumlah perusahaan tambang batubara yang terdaftar di bursa nilai sahamnya merosot pada triwulan I-2019 dibandingkan periode serupa tahun lalu. Hal itu akibat penanam modal menahan investasi mereka.
”Sudah pasti kena. Dalam jangka pendek sudah kelihatan (dampaknya). Namun, dalam jangka menengah ada potensi atau peluang bagi Indonesia di sektor energi kerena konsumsi energinya terus tumbuh,” kata Pandu, Jumat (17/5/2019), di Jakarta.
Pandu menambahkan, Indonesia bisa saja mendapat manfaat dari perang dagang tersebut. Salah satunya Indonesia bisa menjadi pilihan perpindahan industri manufaktur dari luar negeri. Kebutuhan batubara dalam negeri pun akan terus naik seiring dengan meningkatkan kebutuhan energi listrik.
Berdasarkan catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, tren penurunan harga batubara sudah terjadi sejak Agustus 2018. Saat itu, harga batubara menyentuh angka 107,83 dollar AS atau yang tertinggi sepanjang 2018. Pada akhir 2018, harga batubara ditutup pada angka 92,51 dollar AS.
Menurut Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama pada Kementerian ESDM Agung Pribadi, penurunan harga tersebut lantaran dipicu oleh turunnya permintaan batubara dari China dan India. Kedua negara itu adalah dua pembeli utama batubara asal Indonesia. Kelesuan ekonomi global juga turut berpengaruh terhadap harga jual batubara.
”Saat ini China dan India mulai mengurangi pasokan batubara dari Indonesia. Mereka menerapkan proteksi impor dengan memperbanyak produksi batubara dalam negeri,” ujar Agung.
Sejumlah perusahaan tambang batubara mulai melirik lini usaha lain dan mengurangi ketergantungan perusahaan dari penjualan batubara. PT Indika Energy Tbk, misalnya, mulai merilik bisnis lain dengan membangun tangki penyimpanan bahan bakar berkapasitas 100 juta liter di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Indika juga merambah bisnis tambang emas dengan membeli 19,9 persen saham PT Nusantara Resources Limited yang memiliki daerah operasi tambang emas di Sulawesi Selatan.
”Kami tidak akan berinvestasi lagi untuk kepemilikan tambang batubara. Akuisisi Kideco (Kideco Jaya Agung, anak usaha Indika Energy) pada akhir 2017 adalah yang terakhir. Fokus kami, investasi di sektor lain sesuai kompetensi yang dimiliki,” kata CEO Indika Energy Azis Armand, (Kompas, 11/5/2019).
Di sektor pembangkit listrik, batubara masih berperan dominan dalam bauran energi primer pembangkit listrik. Saat ini tercatat 60 persen sumber energi primer pembangkit listrik di Indonesia masih bergantung pada pembakaran batubara. Dalam proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt yang sedang dijalankan PLN, 50 persennya adalah pembangkit listrik tenaga uap.