Proses Pencalonan Tuan Rumah Olimpiade Dimulai Juni
Oleh
Nina Susilo
·4 menit baca
LAUSANNE, KOMPAS - Indonesia menindaklanjuti usulan untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Hal ini dilakukan Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan mengunjungi kantor pusat Komite Olimpiade Internasional (IOC) di Lausanne, Swiss, Kamis (16/5/2019) sore waktu setempat.
Di Kantor IOC, Wapres Kalla disambut Presiden IOC Thomas Bach. Seusai mengisi buku tamu, Wapres Kalla yang didampingi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir, dan Duta Besar RI untuk Swiss Muliaman D Hadad berbincang secara resmi.
Wapres Kalla menjelaskan Indonesia dengan populasi 260 juta, etnis dan budaya yang beragam, memiliki wilayah yang luas, infrastruktur, serta pengalaman menggelar Asian Games 2018, siap untuk menjadi kandidat tuan rumah Olimpiade XXXV 2032.
“Saya percaya diri bahwa Indonesia akan menjadi salah satu kandidat kuat untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2032,” tuturnya.
Sebelumnya, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo telah menyurati Presiden IOC untuk mengajukan Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade 2032. Surat tersebut bertanggal 20 September 2018.
“Indonesia ingin melakukan dialog dengan IOC melalui Komite Olimpiade Nasional Indonesia untuk membahas langkah-langkah serta pengaturan lebih lanjut yang dapat dilakukan guna memastikan persiapan yang lancar dan sukses untuk penawaran kami,” kata Kalla.
Wapres Kalla juga memaparkan partisipasi aktif Indonesia dalam forum olahraga internasional. Kesertaan tersebut dilakukan dengan mendukung prinsip-prinsip sportif yang berlaku secara global, netral dan tidak diskriminatif, serta menegakkan tata pemerintahan yang baik, dan juga mendukung kesetaraan gender.
“Indonesia percaya bahwa olahraga dan acara olahraga dapat berfungsi sebagai sarana yang efektif untuk mencapai target dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s) dan bahkan berkontribusi terhadap perdamaian dunia,” terangnya.
Karena itu, lanjut Wapres, merupakan keharusan bagi Indonesia untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai acara internasional dan dialog yang berkaitan dengan pengembangan pemuda dan olahraga. Salah satunya, Indonesia adalah anggota aktif dari the Group of Friends on Sport for Development and Peace.
Tak hanya itu, komunitas global juga perlu memanfaatkan olahraga untuk menciptakan platform perdamaian yang mempromosikan persatuan. “Prinsip-prinsip non-diskriminatif dan netral bisa menjadi elemen kuat untuk membangun modalitas konstruktif untuk menciptakan lebih banyak perdamaian, mengembangkan daya saing positif, dan tentunya mempromosikan kehidupan manusia yang lebih sehat, tanpa memandang jenis kelamin atau ras,” tuturnya.
Erick Thohir, Ketua Komite Olimpiade Indonesia yang juga Ketua Pelaksana Panitia Nasional Penyelenggara Asian Games 2018 (Inasgoc), seusai pertemuan mengatakan, Bach mengapresiasi kesertaan Indonesia untuk menjadi tuan rumah Olimpiade. Apalagi, Bach juga sudah bertemu Presiden Joko Widodo pada penutupan Asian Games 2018 dan secara khusus di Istana Bogor setelah acara penutupan tersebut.
Untuk itu, sebagai tindak lanjut, Erick akan kembali bertemu Bach di Kantor IOC, 21 Juni. Pertemuan lanjutan ini akan berisi persiapan prosedural untuk proses pencalonan Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade. “Nah ini yang mungkin kita harus jaga momentumnya,” ujar Erick.
Indonesia pun akan menunjukkan diri kepada dunia dalam berbagai even besar olah raga internasional pada tahun 2021-2024.
Menurut Erick, persiapan infrastruktur berupa fasilitas yang digunakan pada Asian Games 2018 sudah relatif siap. Namun, masih ada beberapa fasilitas yang akan ditambahkan seperti fasilitas kesehatan dan fasilitas VIP di sekitar Istora. Panitia Olimpiade dari Indonesia juga akan memastikan kenyamanan para atlet serta menekan teknologi ramah lingkungan.
Di Kantor IOC, Bach sempat menunjukkan keindahan alam di sekitar kantornya. Selain itu, Wapres Kalla juga diajak melihat Museum Olimpiade. Di museum ini, segala hal terkait perkembangan penyelenggaraan Olimpiade dipamerkan.
Salah satu koleksi yang istimewa untuk warga Indonesia adalah raket bulu tangkis yang pernah digunakan Susi Susanti. Pebulu tangkis Indonesia tersebut meraih medali emas di Olimpiade Barcelona pada 1992. Saat itu, dia bersama Alan Budikusuma yang kemudian menjadi suaminya menjadi dua orang pertama yang memenangi medali emas Olimpiade dan memulai tradisi medali emas dari cabang bulu tangkis.
Wapres Kalla pun mengamati raket tersebut yang dipamerkan bersama kaus dan shuttle cock. Raket tersebut dipamerkan bersama berbagai bola dan alat olah raga milik para peraih medali emas Olimpiade.
Tak hanya itu, museum menyiapkan beberapa permainan interaktif untuk pengunjung serta podium juara Olimpiade yang bisa digunakan untuk berfoto. Wapres Kalla pun akhirnya berfoto bersama Puan dan Erick di podium tersebut. Sebelumnya dia sempat berseloroh, “Saya yang menyerahkan saja medalinya,” ketika Erick mengajaknya berfoto.