Berbekal kekompakan, tim bulu tangkis Indonesia bertolak menuju Nanning, China, Rabu (15/5/2019) lalu. Ditambah pengalaman pemain yang semakin matang, Tim Merah Putih akan mencoba mewujudkan misi sulit, membawa pulang Piala Sudirman dalam persaingan yang berlangsung 19-26 Mei.
Oleh
Yulia Sapthiani/Agung Setyahadi
·4 menit baca
Berbekal kekompakan, tim bulu tangkis Indonesia bertolak menuju Nanning, China, Rabu (15/5/2019) lalu. Ditambah pengalaman pemain yang semakin matang, Tim Merah Putih akan mencoba mewujudkan misi sulit, membawa pulang Piala Sudirman dalam persaingan yang berlangsung 19-26 Mei.
Atmosfer kejuaraan beregu selalu dipandang berbeda dengan turnamen individu. Tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting, menyukai suasana dalam kejuaraan beregu, karena atlet dan pelatih dari semua nomor, serta anggota tim yang lain, selalu melakukan kegiatan bersama.
“Latihan, makan, apapun selalu bersama. Saat bertanding, semua ada di sisi lapangan untuk memberi dukungan. Saya lebih bersemangat,” katanya.
Eng Hian, dengan pengalaman sebagai pemain hingga pelatih ganda putri, menilai, kekompakan selalu menjadi kekuatan tim Indonesia. “Apalagi, di saat pimpinan tim dan pengurus PBSI juga mendukung. Kebersamaannya kuat,” kata Eng Hian.
Kekompakan itu tak hanya muncul menjelang kejuaraan beregu. Dalam keseharian, pemain dan pelatih setiap sektor tak jarang mengadakan acara makan bersama di luar pelatnas atau outbond. Untuk itu, memunculkan kekompakan yang menjadi modal dalam kejuaraan beregu bukan hal sulit.
Di sisi lain, kejuaraan beregu juga melahirkan tekanan lebih besar. Ini karena hasil yang diperoleh atlet berpengaruh untuk hasil tim. Mental baja pun diperlukan.
“Tekanan memang lebih besar. Makanya, kondisi ini tak boleh dipandang sebagai beban, tetapi sebagai tantangan dan penyemangat,” lanjut Eng Hian di pelatnas Cipayung, pekan lalu.
Dengan kekompakan itu, Indonesia pun tak risau meski tak sekuat Jepang dan China yang memiliki kekuatan merata di lima nomor. Ditambah dengan kemampuan pemain yang semakin matang dibandingkan dengan dua tahun lalu di Gold Coast, Australia, Tim Merah Putih seharusnya memperoleh hasil lebih baik.
Berdasarkan daftar peringkat dunia, posisi sebagian besar pemain Indonesia saat ini lebih baik dibandingkan dengan 2017. Anthony dan Jonatan yang sebelumnya berada pada peringkat 20-an, saat ini berada pada posisi 10 besar dunia, Anthony ketujuh dan Jonatan kedelapan. Keduanya berpengalaman mengalahkan pemain-pemain top, seperti Kento Momota (Jepang), Chen Long, Shi Yuqi (China), dan Viktor Axelsen (Denmark).
Posisi 10 besar juga ditempati dua ganda campuran Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja (6) dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti (7). Ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu, yang menjalani debut di Gold Coast, juga berada pada peringkat kelima.
Tiga pasangan ganda putra yang dikirim ke Nanning bahkan semuanya berada pada posisi 10 besar, yaitu Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (1), Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (4), dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (5).
Tunggal putri masih menjadi nomor paling tertinggal, meski saat ini menempatkan pemain berusia 19 tahun, Gregoria Mariska Tunjung, pada peringkat ke-15. Posisi ini lebih baik dibandingkan dengan Fitriani di urutan ke-30-an, dua tahun lalu.
Tetap waspada
Kekompakan telah melekat, begitu pula peningkatan kemampuan pemain. Faktor lain yang diperlukan dalam kejuaraan beregu adalah strategi memilih pemain. Seperti dituturkan para pelatih, tampil baik dalam turnamen individu belum tentu bisa menangani tekanan dalam kejuaraan beregu. Memilih atlet yang tepat akan menjadi kunci.
Selain karakter dan rekam jejak prestasi, kondisi terakhir menjadi penilaian untuk memilih atlet yang diturunkan. Setiap tim memiliki waktu maksimal empat jam sebelum pertandingan untuk mendaftarkan susunan pemain.
“Sejak di Jakarta, saya sudah punya daftar siapa yang akan diturunkan untuk menghadapi setiap lawan. Ini bisa berubah berdasaran kondisi terakhir, fisik dan kesiapan. Biasanya, saya akan tanya pemain soal kesiapan mereka. Kalau mantap menjawab iya, berarti dia benar-benar siap. Kalau terlihat ragu saat menjawab, artinya dia tak siap,” tutur pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi.
Ketika pelatih dan pimpinan tim bertugas menentukan strategi, atlet perlu menyiapkan mental baja di lapangan, apalagi ketika harus bermain dalam posisi krusial, seperti laga pertama, laga penentu kemenangan, atau laga untuk menghindar dari kekalahan.
Jika fokus tak terjaga sejak awal hingga akhir pertandingan, jangan berharap menang. Inilah yang masih menjadi kendala beberapa pemain, seperti Anthony dan Fajar/Rian. Untuk memecahkan masalah itu, Anthony pun melengkapi persiapan non teknis dengan relaksasi guna menambah faktor ketenangan pada dirinya.
Seperti pernah dikatakan legenda bulu tangkis Indonesia, Christian Hadinata, faktor non teknis berperan lebih besar dalam kejuaraan beregu. Untuk itulah, Indonesia pun punya peluang sama dengan tim lain untuk menjuarai Piala Sudirman.
Meski akan tetap fokus pada cara memenangi pertandingan satu per satu, tekad juara pun dicanangkan Manajer Tim Indonesia Susy Susanti. Hal yang sama dikemukakan Eng Hian dengan berkaca pada gelar juara yang diraih Korea Selatan pada 2017 meski kekuatan mereka berada di bawah China dan Jepang. “Dalam kejuaraan beregu, tak ada yang tak mungkin,” kata Susy, juga, Eng Hian.
Semoga, semua bekal yang dibawa tim ke Nanning bisa memulangkan Piala Sudirman, piala yang namanya diambil dari tokoh bulu tangkis Indonesia, Dick Sudirman, namun lebih sering berada di luar tanah air ini.