Musim Semi Industri Musik Dunia
Selama hampir dua dekade, industri musik dunia mengalami gelombang surut. Data Global Music Report 2019 menunjukkan, pada 2001 pendapatan bisnis musik global mencapai 24,1 miliar dollar AS.
Transformasi produk atau platform membuat industri musik dunia kembali mengentak. Produk fisik, seperti kaset dan CD, makin tidak populer, sementara platform streaming makin diminati publik.
Selama hampir dua dekade, industri musik dunia mengalami gelombang surut. Data Global Music Report 2019 menunjukkan, pada 2001 pendapatan bisnis musik global mencapai 24,1 miliar dollar AS. Namun, setiap tahun jumlahnya terus menunjukkan penurunan. Sepuluh tahun kemudian, jumlah pendapatannya berkurang 8,9 miliar dollar AS, menjadi 15,1 miliar dollar AS pada 2011.
Penurunan bisnis musik global paling mencolok terjadi pada pendapatan dari penjualan fisik musik, seperti kaset dan CD. Pada 2001, industri musik sangat bergantung pada hasil produk fisik, yaitu penjualan kaset dan CD musik. Produk fisik menguasai seluruh pasar jual beli produk musik dengan pangsa pasar sebesar 96 persen. Saat itu, nilai pendapatan mencapai 23,3 miliar dollar AS.
Setelah itu, produk fisik mengalami penurunan secara signifikan selama satu dekade terakhir. Pada 2011 mengalami penurunan hampir sepertiga menjadi 8,3 miliar dollar AS. Pamor produk fisik musik kian pudar dari tahun ke tahun, pendapatannya menurun menjadi 5,8 miliar dollar AS pada 2015 dan terus menyusut 1,1 miliar dollar AS pada tahun lalu.
Baca juga: Dinamika Industri Musik Nasional
Jatuhnya pendapatan paling besar terjadi pada tahun 2008, sebesar 18,3 persen atau senilai 2,2 miliar dollar AS. Ada periode kelam industri musik untuk produk fisik, yaitu dari tahun 2006 hingga 2010.
Pada saat itu, rata-rata penurunannya mencapai 15 persen, senilai dengan 9,1 miliar dollar AS. Setelah masa kelam tersebut, produk fisik ternyata tidak membaik, bahkan tahun 2013-2014 kembali turun tajam sebesar 13 persen.
Data terakhir pada tahun 2018 pun tidak menunjukkan tren positif. Penurunan terjadi sebesar 10,6 persen dibandingkan dengan tahun 2017 atau sebesar 500 juta dollar AS. Pangsa pasar terakhir produk fisik sebesar 25 persen dengan nilai 4,7 miliar dollar AS pada 2018.
Digital
Tumpuan penjualan fisik produk musik tidak dimungkiri memukul bisnis musik dunia. Kontribusi pendapatannya yang begitu dominan membuat guncang industri musik global. Hingga 2003, hanya ada satu sumber pendapatan lain selain penjualan fisik, yaitu pertunjukan musik. Dampaknya, total pendapatan bisnis musik dunia turun 3,1 miliar dollar AS dalam periode 2001-2003. Laju penurunan pendapatan tak kuasa terbendung hingga 2015.
Namun, perlahan tapi pasti, guncangan yang menggebrak dunia musik selama 15 tahun mulai pulih. Mulai tahun 2016, pendapatan bisnis musik mulai rebound. Jika pada 2015 pendapatannya 14,8 miliar dollar AS, setahun berikutnya naik menjadi 16,2 miliar dollar AS. Jumlah ini terus naik hingga 2018.
Memang, di satu sisi pendapatan platform fisik, seperti kaset atau CD, dan unduhan musik secara daring tetap tak terbendung terus mengalami penurunan. Akan tetapi, di sisi lain muncul pertumbuhan bentuk bisnis baru musik yang bisa menggantikan kontribusi platform fisik. Secara global, industri musik pada 2018 mengalami peningkatan 9,7 persen atau senilai 1,7 miliar dollar AS.
Musim semi industri musik tak lepas dari munculnya berbagai platform baru yang lebih praktis dan ramah terhadap pengguna. Platform baru yang muncul adalah digital berupa unduhan gratis atau berbayar, streaming gratis atau berbayar, hak eksklusif untuk menyiarkan hasil cipta karya musik musisi tertentu, pertunjukan, dan sinkronisasi (pemanfaatan untuk iklan, film, games, program TV).
Baca juga: BTS, Grup K-pop Pertama di Grammy Awards
Gemerlap bisnis musik kembali mengalun merdu. Tercatat ada 10 musisi dengan produksi rekaman lagu terbesar di dunia. Urutan pertama diduduki Aubrey Drake Graham atau dikenal dengan nama Drake, musisi dari Kanada. Beberapa lagunya yang sangat populer adalah ”God’s Plan”, ”In My Feelings”, ”Crew Love”, dan ”Take Care”, yang dinyanyikan bareng penyanyi Rihanna. Lagu ”God’s Plan” bahkan sudah ditonton lebih dari 988 juta kali di Youtube.
Urutan kedua adalah BTS, boyband dari Korea Selatan, dilanjutkan Ed Sheeran, Post Malone, Eminem, Queen, Imagine Dragons, Ariana Grande, Lady Gaga, dan Bruno Mars.
Semua musisi menjarah ke seluruh platform musik, termasuk streaming. Berdasarkan laporan International Federation of the Phonographic Industry 2019, platform streaming gratis atau berbayar, seperti Spotify dan Joox, meningkat tajam popularitasnya, seiring pertumbuhan pendapatan per tahun.
Mulai tahun 2004, produk digital muncul dengan nilai pendapatan 400 juta dollar AS. Tren pendapatan digital terus naik, hingga tumbuh sekitar 91 persen pada tahun 2012. Namun, dalam perkembangannya, produk digital berupa unduhan gratis atau berbayar tak secemerlang pendapatan dari streaming. Pangsa pasar terakhir produk digital hanya 12 persen dari total pendapatan industri musik global pada tahun 2018.
Streaming
Jika produk industri musik lainnya mengalami penurunan dan kondisi yang tidak stabil, berbeda dengan platform streaming. Pertama kali muncul di pasar industri musik pada tahun 2005 dengan pendapatan hanya 100 juta dollar AS. Hingga tahun 2010, pertumbuhannya cukup stagnan, yaitu rata-rata 100 juta dollar AS per tahun.
Selepas tahun 2010, platform streaming berkembang pesat meninggalkan produk fisik dan digital lainnya. Hingga tahun 2018, pangsa pasarnya mencapai 37 persen, jauh melebihi semua jenis produk industri musik yang ada saat ini.
Lonjakan besar sebenarnya terjadi pada tahun 2016 hingga 2018. Kala itu, besar peningkatan pendapatan mampu mencapai 62 persen, kemudian bertahan dengan tren kenaikan 2 miliar dollar AS tiap tahun.
Baca juga: Layanan Daring Jadi Masa Depan Industri Musik
Pesatnya pertumbuhan platform streaming tak lepas dari intensitas penggunaan gawai oleh generasi saat ini. Untuk pasar industri musik terbesar masih dipegang Amerika Serikat, dengan tren peningkatan 14 persen.
Urutan berikutnya adalah Jepang, Inggris, Jerman, Perancis, Korea Selatan, China, Australia, Kanada, dan Brasil. Dari sisi regional, Benua Eropa memiliki pertumbuhan paling rendah, hanya 0,1 persen. Sementara pertumbuhan tertinggi berada di Amerika Latin, mencapai 16,8 persen.
Inilah potret industri musik yang turut bertransformasi sesuai zamannya. Salah satu pesan yang dapat diambil dari data tren bisnis musik dunia saat ini adalah eksistensi konten musik itu sendiri. Musik berkualitas akan terus dicari masyarakat, sedangkan platform bisa saja berubah mengikuti perkembangan zaman. Genre dan alat musik mungkin tidak akan berubah drastis, tetapi platform untuk menikmati musik sangat dinamis.
Mulai dari kepingan piringan hitam, kaset, dan bermuara dengan cara streaming saat ini adalah bukti diperlukannya penyesuaian-penyesuaian di industri musik agar dapat terus dinikmati masyarakat tiap saat dan di mana saja. (LITBANG KOMPAS)