Bentuk Pakaian Olahraga Picu Kenaikan Kasus Sedot Lemak
Oleh
M Zaid Wahyudi
·3 menit baca
Sedot lemak atau disebut juga liposuction dan lipoplasty makin tren di kalangan perempuan. Di Inggris, jumlah perempuan yang melakukan sedot lemak tahun 2018 lalu naik 12 persen dibandingkan tahun 2017. Bentuk pakaian olahraga yang menonjolkan lekuk tubuh dituding jadi pemicu kenaikan operasi sedot lemak yang berisiko.
“Tidak ada cara instan untuk melawan lemak,” kata Rajiv Grover dari Asosiasi Bedah Plastik Estetika Inggris atau British Association of Aesthetic Plastic Surgeon (BAAPS) kepada BBC, Senin (20/5/2019).
Data BAAPS menunjukkan ada lebih dari 28.000 prosedur operasi plastik di Inggris pada 2018, naik 0,1 persen dibanding tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, 92 persen operasi bedah plastik dilakukan oleh perempuan.
Sama seperti pada 2017, operasi plastik yang paling populer di kalangan perempuan pada 2018 adalah pembesaran payudara, pengecilan payudara dan operasi kelopak mata (blepharoplasty). Sementara kenaikan tertinggi untuk prosedur kosmetik pada tahun 2018 adalah sedot lemak sebanyak 12 persen dan operasi pengencangan wajah (facelift) sebesar 9 persen.
Dikutip dari mayoclinic.com, sedot lemak adalah prosedur pembedahan dengan teknik sedot untuk menghilangkan lemak di bagian tubuh tertentu yang sulit dihilangkan dengan diet dan olahraga. Bagian tubuh tersebut antara lain perut, pinggul, paha, pantat, lengan dan leher.
Grover menegaskan, sedot lemak adalah upaya untuk menghilangkan sel-sel lemak, bukan untuk menurunkan berat badan. Karena itu, mereka yang melakukan sedot lemak tetap bisa mengalami kenaikan berat badan atau penambahan sel lemak setelah operasi dilakukan.
Jumlah lemak yang dapat diambil dari bagian tertentu tubuh selama operasi sedot lemak dibatasi hingga jumlah tertentu agar aman bagi tubuh pasien. Penyedotan lemak untuk membentuk kontur pada bagian tubuh tertentu itu tidak bisa dilakukan suka-suka sesuai keinginan pasien.
“Kenaikan operasi sedot lemak terjadi bersamaan dengan munculnya tren pakaian olahraga untuk perempuan yang dinamakan ‘athleisure’ yang cenderung menunjukkan bentuk lekuk tubuh, bukan malah menutupinya,” tambah Grover.
Kenaikan operasi sedot lemak terjadi bersamaan dengan munculnya tren pakaian olahraga untuk perempuan dinamakan ‘athleisure’ yang menunjukkan bentuk lekuk tubuh, bukan malah menutupinya.
Athleisure merupakan gabungan kata dari athletic dan leisure, yaitu tren pakaian olahraga yang mengedepankan gaya kasual, sporty, dan simpel, namun tetap cantik dan gaya. Model pakaian ini umumnya berupa pakaian yang menempel pas di tubuh hingga menampilkan lekuk tubuh, termasuk legging dan bra untuk olahraga (bra top). Model pakaian olahraga itu juga nyaman untuk digunakan sehari-hari.
Kurang invasif
Metode sedot lemak yang paling banyak dipilih perempuan adalah metode pembekuan lemak yang kurang invasif. Meski demikian, “Operasi sedot lemak tidak bebas risiko,” tegas Grover.
Risiko yang paling umum dari operasi sedot lemak seperti dikutip dari mayoclinic.com adalah kulit yang bergelombang akibat pembuangan lemak yang tidak merata, elastisitas kulit yang buruk, dan penyembuhan yang tidak biasa. Di bawah kulit bagian yang disedot lemaknya juga bisa terbentuk kantung cairan sementara (seroma).
Risiko lainnya adalah mati rasa baik yang bersifat sementara atau permanen, infeksi, kerusakan organ akibat kanula (tabung kecil untuk menyedot lemak) dimasukkan terlalu dalam, masalah ginjal dan jantung, hingga yang paling fatal akibat kegagalan operasi plastik adalah kematian.
“Masyarakat harus menyadari bahwa sedot lemak adalah prosedur invasif yang berisiko,” tambahnya.
Sedot lemak bukan tindakan untuk mengurangi kelebihan berat badan meski tindakan itu dapat dijadikan pilihan terakhir untuk mengurangi lemak di bagian tubuh yang memang sulit dihilangkan dengan olahraga dan diet. Pola makan sehat dan olahraga tetap jadi kunci terbaik untuk mengurangi lemak dan berat badan.
Sementara itu, Kate Dale dari kelompok kampanye olahraga Inggris, This Girl Can mengakui memahami tekanan yang dirasakan perempuan terkait lemak di tubuhnya. “Rasa takut dihakimi adalah alasan utama yang membuat banyak perempuan tidak menjadi aktif (secara fisik),” katanya.
Karena itu, Dale mengajak perempuan untuk tidak mempermasalahkan penampilan mereka. Perempuan harus tetap aktif bergerak dan berkegiatan untuk kepentingan kesehatan mereka.