Pemerintah Kabupaten Klungkung mengangkat beban petani dengan menggerakkan koperasi sebagai pembeli dan penjual, menggalakkan gerakan mencintai beras lokal, serta menjaga sawah tak beralih fungsi.
Pemerintah Kabupaten Klungkung, Bali, melalui koperasi menelurkan program Bima Juara alias beli mahal jual murah. Yang dibeli gabah kering panen, yang dijual berupa beras. Petani senang dan bebas dari penebas, koperasi unit desa (KUD) pun berdaya.
Koperasi membeli gabah dengah harga di atas harga eceran tertinggi (HET). Pemerintah menetapkan harga Rp 3.750 per kilogram gabah. Nah, koperasi di Klungkung, lewat program Bima Juara, membeli Rp 4.500 per kg gabah. Berapa pun HET, koperasi dipastikan membeli dengan harga lebih tinggi.
Selanjutnya, koperasi menjual berupa beras. Jika gabah dibeli di atas HET, beras hasil penggilingan dijual lebih murah dari harga pasaran.
Memasuki Mei 2019, harga beras varietas C4 atau Ciherang di pasar dijual Rp 10.500 per kg. Koperasi menjual Rp 9.500 per kg. ”Silakan, buktikan sendiri. Koperasi beli mahal gabah dan menjualnya berupa beras siap masak dengan harga lebih murah dari pasaran,” kata Ketua KUD Jaya Werdhi (Takmung) I Made Santra, Sabtu (4/5/2019), di Klungkung.
Enam subak memanfaatkan program ini melalui KUD Jaya Werdhi. Area persawahannya sekitar 400 hektar per subak, total berkisar 2.400 ha.
Menurut Santra, pembelian harga lebih mahal dari HET ini menguntungkan petani. Ketika petani masih berhubungan dengan penebas, mereka mendapat harga Rp 3,5 juta per 25 are sawah. Melalui program Bima Juara, petani menerima lebih dari penebas, sekitar Rp 5 juta per 25 are. Setiap are menghasilkan sekitar 1,5 ton gabah.
Program Bima Juara, lanjut Santra, tak hanya menekankan agar koperasi kembali hidup dan diandalkan petani. Pegawai negeri di seluruh Pemerintah Kabupaten Klungkung mendapatkan prioritas memperoleh jatah beras lokal dari Bima Juara, setiap bulan 10 kilogram. Pemerintah daerah mengajari pegawai negeri bangga mengonsumsi beras lokal.
Sekarang, setiap bulan KUD mengirim beras untuk pegawai negeri serta melayani pemesanan umum, termasuk beberapa badan usaha milik desa di Klungkung. Rata-rata 30 ton per bulan.
Jumlah ini bakal terus bertambah karena masyarakat mulai tertarik membeli beras lokal. ”Ya, sekarang ini rasanya seperti senang dan kembali bangga berkoperasi. Namun, juga mulai kewalahan menangani pemesanan beras lokalan ini,” tutur Santra.
Tiga koperasi di Klungkung pun bangkit dari keterpurukan. Selain KUD Jaya Werdhi, ada KUD Pancasatya (Dawan) dan KUD Artha Wiguna (Gelgel) yang menerapkan program ini.
Bima Juara menjadi salah satu solusi bagi ribuan anggota koperasi untuk kembali memperoleh hak-haknya. KUD Jaya Werdhi, jumlah anggotanya bertambah dari 1.500 orang pada akhir 2015 menjadi sekitar 2.500 orang akhir 2018 dan setiap kali rapat anggota tahunan menerima bingkisan berupa bahan makanan pokok.
Bahkan, KUD ini mampu menyewa gudang-gudang penyimpan gabah dan beras. Insentif tambahan gaji diberlakukan bagi karyawan koperasi yang sanggup menjual pupuk.
Warga Klungkung yang berada di Pulau Nusa Penida pun menikmati hasil beras Bima Juara ini. Setiap tanggal 20 per bulan hingga akhir bulan, ketiga KUD itu sibuk mendistribusikan beras-beras lokal ke penjuru Klungkung. Beberapa instansi di luar pemerintah setempat mulai memesan beras itu karena harga di bawah harga pasar dengan kualitas sama.
Koperasi mengemas beragam, dari 5 kg hingga 25 kg. Pemesan pun bisa meminta desain kemasan untuk beras ini. Kini, puluhan petani tak lagi tertekan permainan harga di bawah HET. Padahal, di awal peluncuran Bima Juara tahun 2018, tiga koperasi itu sempat kesulitan menawarkan ke sejumlah petani.
Data Bali dalam Angka 2014 Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, luas panen sawah di Kabupaten Klungkung 5.478 ha dari total 149.832 ha di Bali. Rata-rata produksi dari luasan itu terhitung 53,67 kuintal per ha dan produksinya 29.401 ton.
Terus berkembang
Bupati Klungkung Nyoman Suwirta turut meyakinkan petani dan koperasi agar tak khawatir merugi dengan program ini. ”Saya yakin dari Bima Juara ini tak ada pihak yang dirugikan, semua diuntungkan. Nah, sekalian saja program ini guna mendorong warga cinta beras lokalan berawal dari pegawai negeri di Klungkung. Sementara ini mereka mendapatkan prioritas 10 kilogram per bulan,” ujarnya.
Memang, belum semua produksi padi terserap Bima Juara. Namun, Nyoman optimistis gabah petani terserap seluruhnya dengan program ini. Untuk itu, tak boleh patah semangat menggencarkan inovasi dengan terjun langsung ke para petani. Juga mendatangi koperasi di wilayah Klungkung.
Atas pencapaian itu, November 2018, Bima Juara mendapat atensi dan masuk 40 terbaik inovasi pelayanan publik dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Bulan itu, dua inovasi Klungkung mendapat penghargaan, yakni Bima Juara dan TOSS (tempat olah sampah setempat).
Melalui jual murah, masyarakat bisa menikmati harga beras terjangkau. Bagi Nyoman Suwirta, sistem ini juga sangat ampuh menekan inflasi, terutama dari harga jual beras. ”Yang tak kalah penting, program ini memberikan pencerahan pada prospek pertanian. Pertanian itu masih mampu memberikan keuntungan sehingga memperlambat alih fungsi lahan,” ucap Suwirta.