Sejumlah budayawan yang berkumpul di Jakarta mengimbau masyarakat untuk memiliki sense of belonging atau rasa memiliki sebagai bangsa Indonesia. Ini untuk merespons hari pengumuman hasil pemilu yang diprediksi bakal penuh ketegangan.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS— Sejumlah budayawan yang berkumpul di Jakarta mengimbau masyarakat untuk memiliki sense of belonging atau rasa memiliki sebagai bangsa Indonesia. Ini untuk merespons hari pengumuman hasil pemilu yang diprediksi bakal penuh ketegangan.
Budayawan Slamet Rahardjo, Senin (20/5/2019), di Jakarta, merasa khawatir terkait dengan isu arus gelombang massa yang akan beraksi pada 22 Mei mendatang. Ketika menempatkan mereka yang ikut aksi itu sebagai saudara sendiri, rasa kekhawatiran itu pun bisa terkikis.
”Sudahlah. Itu (pemilu) kan cuma acara, mengapa kita tidak duduk bersama-sama lagi,” kata Slamet dalam konferensi pers konser Hari Kebangkitan Nasional ke-111 di salah satu hotel di Senayan, Jakarta.
Hadir pada acara itu aktor Landung Simatupang, aktris Christine Hakim, dan wartawan senior Goenawan Mohamad. Dalam menyambut Hari Kebangkitan Nasional, mereka menggelar konser paduan suara di Plaza Tenggara Gelora Bung Karno, Senin sore ini. Konser itu dipimpin musisi Addie MS.
Slamet melanjutkan, sense of belonging sebagai bangsa harus terus dikuatkan. ”Kita semua bersaudara, semoga ini dapat menjadi ungkapan batin kita bersama,” katanya.
Landung menyatakan, sejarah Hari Kebangunan Nasional—istilah yang lazim digunakan Bung Karno—merupakan upaya untuk menentukan musuh bersama. Dalam konteks itu, kolonialisme Belanda menjadi musuh bersama bangsa Indonesia, yang kemudian mempersatukan banyak suku dan bangsa di Tanah Air ini.
Kini, lanjut Landung, bangsa Indonesia perlu merumuskan tantangan yang menghalangi persatuan bangsa pada masa kini. Tujuannya agar antarwarga bangsa bisa bersatu lagi.
Goenawan Mohamad atau GM menambahkan, tatanan dunia sama sekali berubah. Revolusi digital membawa fenomena baru dalam keseharian manusia. Ada kecerdasan buatan, perubahan iklim, dan hal-hal lainnya yang harus segera ditanggapi.
”Bangsa Indonesia butuh kekuatan untuk merespons semua itu. Semoga kita tidak bertengkar lagi. Ini yang akan kita akan ingatkan,” katanya.
Salah satu pekerjaan rumah Indonesia, menurut GM, adalah masih maraknya politik identitas. Padahal, lanjutnya, dengan sangat tegas Bung Karno menyatakan bahwa nasionalisme Indonesia tumbuh dalam taman sarinya internasionalisme atau kemanusiaan.
Dalam konser nanti, puluhan budayawan, artis, dan sejumlah tokoh nasional akan membacakan deklarasi. Inti dari deklarasi itu adalah keinginan untuk membangun Indonesia secara demokratis dan kreatif. Indonesia yang sanggup mengelola perbedaan asal-usul, jenis kelamin, agama, dan pilihan politik, serta tanpa tekanan dan kekerasan.