Museum Ditantang Semakin Aktual dengan Tantangan Zaman
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selain menjalankan tugas utamanya, yaitu mengoleksi, mengonservasi, mengomunikasikan, meneliti, dan memamerkan koleksi-koleksi, museum ditantang untuk semakin mendekatkan diri dengan komunitas-komunitas yang mereka layani. Kini, museum-museum mesti mencari cara-cara inovatif untuk turut mengatasi konflik dan isu-isu sosial yang aktual.
Gerakan untuk menjadikan museum sebagai aktor aktif di komunitas-komunitasnya ini ditegaskan Presiden The International Council of Museum (ICOM) Suay Aksoy bertepatan dengan Hari Museum Internasional 2019 tanggal 18 Mei 2019. Tahun ini, ICOM mengusung tema ‘Museum sebagai Pusat Budaya: Masa Depan Tradisi’.
"Tema ini hendak menegaskan peran penting museum di masa depan masyarakat kita. Museum memberi makna bagi masa lalu kita dan menjadikannya bermakna hari ini, serta memberikan arah yang jelas untuk membangun masa depan kita,” kata Aksoy dalam situs resmi ICOM, https://icom.museum.
ICOM merupakan organisasi museum dan pekerja profesional museum seluruh dunia yang didirikan pada 1946. Organisasi ini berkomitmen mempromosikan dan melindungi cagar budaya alam dan budaya baik yang bendawi maupun tak bendawi. Anggota ICOM lebih dari 37.000 museum di 141 negara.
Aksoy mengatakan, seluruh pengelola museum harus menyadari bahwa mereka bisa menjadi agen perubahan sosial. Mulai saat ini, kesadaran itu mesti mulai ditumbuhkan.
Seluruh pengelola museum harus menyadari bahwa mereka bisa menjadi agen perubahan sosial.
Karena itulah, peringatan Hari Museum Internasional bukanlah semata-mata perayaan tentang museum itu sendiri, tetapi juga tentang komunitas-komunitas yang terlibat di dalamnya serta seluruh masyarakat. Peringatan tahunan ini merupakan momen perayaan ingatan kolektif bersama tentang indahnya keberagaman yang menyatukan aneka macam perbedaan.
“Atas nama jaringan internasional museum se-dunia ICOM, kami mengundang anda semua untuk bergabung dalam perayaan ini. Siapapun anda, di mana pun anda berasal, museum selalu terbuka untukmu, sekarang dan sampai kapanpun,” ucapnya.
Dengan kekayaan koleksinya, museum memiliki potensi untuk mengampanyekan dialog antar budaya dan membangun jembatan perdamaian dunia. Dengan potensi dan pengaruhnya, museum juga mampu ikut serta menentukan masa depan dunia yang berkelanjutan.
Pusat kebudayaan
Seturut tema yang diangkat ICOM tahun 2019 ini, museum didorong untuk mampu berkembang menjadi pusat-pusat kebudayaan. Melalui museum, siapapun bisa menemukan cara-cara baru untuk menghargai koleksi-koleksi peninggalan bersejarah, menghormati sejarah dan warisan leluhur, serta menciptakan tradisi-tradisi yang bisa memberikan nilai-nilai baru bagi generasi masa depan.
Dalam rangka semakin mendekatkan diri dengan komunitas masyarakat, bulan Oktober 2018 Hari Museum Indonesia juga mengangkat tema “Museum Kebanggaan Milenial”.
“Museum mencoba mendekati anak muda, salah satunya melalui media sosial. Bagaimana generasi milenial yang sekarang sangat mudah mendapatkan informasi kapan saja dan di mana saja bisa tetap membutuhkan museum? Inilah tantangan terbesar bagi museum di Indonesia agar tetap menarik minat mereka,” kata Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Fitra Arda.
Museum mencoba mendekati anak muda, salah satunya melalui media sosial.
Asep Kambali, aktivis permuseuman yang juga pendiri Komunitas Historia Indonesia mengungkapkan, para pengelola museum kini harus terus-menerus menggali gagasan dan inovasi agar masyarakat semakin tertarik berkunjung museum. Seperti tema yang diangkat ICOM tahun ini, museum ditantang untuk bisa menjadi pusat-pusat budaya, tempat siapapun bisa bertemu dalam segala keberagaman yang ada.
Salah satu inovasi yang dilakukan Komunitas Historia Indonesia adalah menggelar acara Night at The Museum @Silentwalkingtour. Acara ini memadukan konsep rekreasi, pendidikan, dan hiburan dengan cara menjelajah malam tanpa suara di dalam museum dan Kota Tua Jakarta.