Pekan Gawai Dayak kembali digelar di Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (20/5/2019) hingga Minggu (26/5/2019). Kegiatan budaya itu digelar untuk menjaga keutuhan bangsa di tengah keberagaman dengan memperkuat sendi kebudayaan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS – Pekan Gawai Dayak kembali digelar di Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (20/5/2019) hingga Minggu (26/5/2019). Kegiatan budaya itu digelar untuk menjaga keutuhan bangsa di tengah keberagaman dengan memperkuat sendi kebudayaan.
Gawai Dayak merupakan tradisi syukuran masyarakat Dayak sehabis panen. Kegiatan pekan Gawai Dayak diisi dengan berbagai kegiatan budaya, antara lain pawai budaya, pameran pernak-pernik budaya, lomba lagu Dayak, dan permainan tradisional.
Kegiatan Gawai Dayak dilakukan juga di masyarakat adat di tingkat desa. Gawai Dayak yang diselenggarakan di Pontianak itu merupakan gawai tingkat provinsi. Gawai Dayak telah dijadikan agenda pariwisata di tingkat provinsi.
Pembukaan Pekan Gawai Dayak yang dilakukan di kompleks Rumah Radakng/Rumah Betang dihadiri sejumlah pejabat daerah serta pegiat seni dan budaya, Senin (20/5/2019). Pembukaan diawali dengan tarian pembuka.
Puluhan putra putri Dayak menggunakan pakaian adat Dayak berwarna-warni, menari lincah diiringi musik tradisional Dayak yang rancak di halaman Rumah Radakng dalam acara pembukaan. Kehadiran para penari disambut dengan tepuk tangan peserta yang hadir.
Ketua Panitia Pekan Gawai Dayak XXXIV Sekundus, Senin pagi, mengatakan, tujuan penyelenggaraan kegiatan ini untuk menjaga keutuhan negara di tengah keberagaman dengan memperkuat sendi kebudayaan. Kegiatan itu juga menjadi unsur dalam mempererat keberagaman di Kalbar.
”Kami juga memberikan ruang kreativitas kepada generasi muda melalui berbagai kegiatan seni dan budaya. Harapan kami, dengan kegiatan seperti ini dapat memperkenalkan tradisi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Sekundus.
Hal itu sejalan dengan tema besar kegiatan itu. Tema besar Pekan Gawai Dayak tahun ini adalah ”Tingkatkan Solidaritas dalam Keberagaman untuk Memperkuat Seni Kebudayaan Daerah yang Berkualitas”.
Ketua Sekretariat Bersama Kesenian Dayak Kalbar Joseph Odilo Oendoen mengatakan, Gawai Dayak merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan atas panen yang berlimpah. Selain itu, Gawai Dayak sudah menjadi kalender pariwisata daerah.
”Gawai juga aset warisan budaya tak benda. Kami berharap partisipasi dari kaum muda dan seluruh lapisan masyarakat untuk ambil bagian, baik sebagai penikmat maupun peserta. Dengan demikian, Gawai bisa memberikan perekat kehidupan melalui olah rasa. Dengan olah rasa, timbul rasa menghargai dan saling mencintai. Cinta akar persatuan dan persaudaraan,” paparnya.
Presiden Majelis Adat Dayak Nasional Cornelis mengatakan, kegiatan ini sudah 34 tahun dilaksanakan. Cornelis meminta agar masyarakat, terutama generasi muda, memanfaatkan kegiatan ini dengan baik untuk mengembangkan pemikiran yang positif.
Gubernur Kalbar Sutarmidji yang hadir dalam acara pembukaan mengatakan, budaya hendaknya menjadi modal dasar untuk maju. Melalui kegiatan ini, budaya Indonesia diperkenalkan ke luar negeri. Dari budaya terjadi hubungan yang harmonis, baik di dalam negeri maupun antara satu negara dan negara lainnya.
Banyak irisan budaya Kalbar dengan beberapa wilayah di Malaysia, misalnya Serawak dan Sabah. Bahkan, dalam acara ini ada peserta dari Serawak, Malaysia, yang datang ke Pontianak. Ini menjadi promosi pariwisata Kalbar.
Sutarmidji berharap kebudayaan di Kalbar, khususnya Dayak, dapat dibukukan. Jika ingin dimasukkan dalam muatan lokal, literasi harus diperkuat. Dengan ditulis dalam buku, semua anak bangsa akan memahami budaya satu sama lain sehingga ikatan keberagaman akan terbangun.
Ketua rombongan dari Serawak, Datuk Pemanca Janggu, mengatakan, rombongan masyarakat Dayak dari Malaysia ada sekitar 900 orang. Mereka datang setiap tahun datang untuk ikut bersyukur bersama masyarakat Dayak di Kalbar.
Anggota rombongan dari Serawak, Alim, menambahkan, Dayak Kalbar dengan Malaysia masih bersaudara dan memiliki kebudayaan yang sama. Untuk menunjukkan rasa persaudaraan dan cinta terhadap budaya, mereka ikut dalam Pekan Gawai Dayak.
”Walaupun secara politik kami dipisahkan oleh negara, secara budaya kami sama. Kami bersaudara satu dengan yang lainnya. Budaya berladang juga ada di masyarakat Dayak di wilayah kami,” kata Alim.