Setelah Empat Tahun, Status Awas Gunung Sinabung Akhirnya Turun
Setelah sekitar empat tahun Awas, status Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, turun menjadi Siaga, Selasa (20/5/2019). Sebanyak 1.079 rumah tangga yang selama ini dievakuasi ke hunian sementara bantuan pemerintah akan dipulangkan secara bertahap.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KABANJAHE, KOMPAS — Setelah sekitar empat tahun Awas, status Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, turun menjadi Siaga, Senin (20/5/2019). Sebanyak 1.079 rumah tangga yang selama ini dievakuasi ke hunian sementara bantuan pemerintah akan dipulangkan secara bertahap.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Martin Sitepu mengatakan, penurunan status Gunung Sinabung membuat lima desa dikeluarkan dari zona merah. Kelima desa itu adalah Tiga Pancur, Kuta Tengah, Jeraya, Pintu Besi, dan Kuta Gunggung. Sinabung menjadi gunung api paling lama berstatus Awas, sejak 2 Juni 2015.
”Ada 1.079 rumah tangga yang sudah empat tahun dievakuasi dari lima desa itu. Mereka kini tinggal di hunian sementara yang dibangun pemerintah dan rumah yang disewa dari bantuan pemerintah,” kata Martin.
Ia menjelaskan, ada dua jenis pengungsi bencana letusan Sinabung, yakni warga yang direlokasi ke hunian tetap dan hunian sementara. Warga yang direlokasi akan tetap tinggal di hunian tetap yang dibangun pemerintah. Sementara warga yang dievakuasi akan dipulangkan jika tingkat aktivitas Sinabung menurun.
Martin mengatakan, Pemkab Karo tidak terburu-buru memulangkan warganya. Pengungsi akan dipulangkan secara bertahap. Saat ini, sebanyak 348 rumah tangga tinggal di hunian sementara yang dibangun pemerintah untuk masa sewa lima tahun.
Sementara sebanyak 731 rumah tangga lainnya tinggal di rumah kontrakan. ”Bantuan sewa rumah dan sewa ladang yang kami berikan masih cukup sampai Oktober nanti,” katanya.
Martin mengatakan, selama ini, sebenarnya sudah banyak warga yang berladang dan kembali ke rumahnya di zona merah, khususnya warga yang dievakuasi. Namun, mereka masuk ke ladang dan rumah mereka secara ilegal.
Martin mengingatkan, warga yang dipulangkan hanya warga yang dievakuasi. Sementara warga yang telah direlokasi akan tinggal menetap di hunian baru. Pemerintah telah melakukan relokasi tahap pertama terhadap 370 rumah tangga dan tahap kedua pada 1.863 rumah tangga. Saat ini sedang dilakukan relokasi tahap ketiga untuk 1.038 rumah tangga.
”Kami targetkan relokasi tahap ketiga rampung pada Desember 2019,” katanya.
Aktivitas vulkanis
Pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung Badan Geologi, Armen Putra, mengatakan, penurunan status ini diambil setelah dilakukan pengamatan visual, kegempaan, deformasi, dan kimia gas periode Januari 2018 hingga Mei 2019.
”Berdasarkan hasil analisis data dan melihat potensi ancaman bahaya, tingkat aktivitas Gunung Sinabung dapat diturunkan,” kata Armen.
Meskipun status Sinabung telah diturunkan, Armen mengingatkan, zona merah masih tetap berlaku, tetapi cakupannya berkurang. Zona merah saat ini ialah 3 kilometer dari puncak Sinabung. Khusus untuk sektor timur-utara zona merah radius 4 kilometer dan selatan-timur radius 5 kilometer karena merupakan jalur awan panas.
Armen menjelaskan, pengamatan visual menunjukkan erupsi Sinabung terus menurun sejak setahun belakangan. Erupsi yang terjadi tiga kali pada 7-12 Mei 2019 pun termasuk tidak besar. Dua erupsi di antaranya merupakan erupsi abu dan satu lainnya merupakan erupsi lava lokal di lubang kecil kawah.
Aktivitas gempa pun terus mengalami penurunan dan hanya didominasi gempa embusan dan tektonik jauh. Sementara gempa hibrid yang menunjukkan pertumbuhan kubah lava, gempa frekuensi rendah (indikator adanya suplai energi dari dapur magma), dan gempa guguran (runtuhnya kubah lava jumlahnya relatif sangat rendah) juga tidak terlalu signifikan.
”Pertumbuhan kubah lava masih terjadi, tetapi kecepatannya sangat rendah,” kata Armen.
Ia mengingatkan, meski status diturunkan, potensi bahaya Sinabung masih tetap ada. Radius 5 km masih berpotensi terancam awan panas guguran, gas beracun, guguran lava, aliran lava, serta lontaran batu pijar. Radius hingga 7 km masih berpotensi dilanda lahar hujan, perluasan awan panas, hujan abu, dan material pijar.