Google Inc menghentikan kerja sama bisnis dengan Huawei setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memasukkan Huawei dalam daftar hitam perdagangan AS.
WASHINGTON, SENIN— Diperkirakan ratusan juta pengguna telepon seluler pintar akan terpengaruh oleh keputusan Google memutuskan hubungan sistem operasi Android-nya dengan produsen ponsel China, Huawei. Selain tidak akan mendapatkan pembaruan dari sistem operasi Android yang dikembangkan Google, pada saat yang sama pengguna Huawei juga tak akan dapat mengakses layanan yang dikembangkan oleh Google, seperti navigasi, surat elektronik (Gmail), layanan video (Youtube), dan pasar aplikasi (Play Store).
Hal ini menjadi semacam babak baru dalam perang dagang AS-China. Google menghentikan kerja sama dengan Huawei, Senin (20/5/2019), menyusul kebijakan Pemerintah AS yang memasukkan Huawei, perusahaan raksasa telekomunikasi China, dalam daftar hitam perdagangan AS. Dengan kebijakan itu, perusahaan-perusahaan AS dilarang menjual komponen dan suku cadang kepada Huawei tanpa persetujuan Washington.
Huawei, pemasok terbesar peralatan jaringan telekomunikasi, berada di tengah pusaran ketegangan antara Beijing dan Washington. AS menuduh peranti jaringan Huawei bisa dimanfaatkan China untuk memata-matai AS. Tuduhan
itu berkali-kali dibantah Huawei.
Perkembangan baru perang terhadap Huawei oleh AS kali ini bisa berakibat fatal, khususnya bagi Huawei. Harga saham-saham perusahaan teknologi langsung tertekan, termasuk perusahaan-perusahaan pemasok komponen Huawei.
Produsen suku cadang telepon seluler dari AS, Lumentum Holdings Inc, Senin kemarin, mengumumkan bahwa mereka mulai menghentikan pengiriman suku cadang ke Huawei. Laman berita Bloomberg melaporkan, perusahaan pembuat cip, termasuk Intel Corp, Qualcomm Inc, Xilinx Inc, dan Broadcom Inc, juga memberi tahu karyawan mereka bahwa perseroan tak akan memasok perangkat lunak dan komponen penting ke Huawei sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Merujuk pada data Gartner, sepanjang tahun lalu Huawei mampu menjual hampir 203 juta ponsel. Jumlah itu meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 150 juta. Capaian penjualan Huawei tahun lalu itu melampaui angka penjualan perusahaan asal AS, Apple, dan menjadi ancaman bagi penjualan produsen tertinggi asal Korea Selatan, Samsung.
Merujuk pada data IDC pada triwulan I-2019 atau sebelum pemerintahan Trump memasukkan Huawei dalam daftar hitam perdagangan AS, penjualan Huawei telah menembus 59 juta unit secara global. Masih merujuk data IDC, Eropa adalah pasar terbesar Huawei dengan pangsa pasar 29 persen dari pangsa pasar global.
Bagi pengguna Huawei, dampak kebijakan Google itu berlaku hanya untuk seri ponsel yang dirilis setelah keputusan diambil. Artinya, pengguna ponsel pintar dari seri sebelumnya, mulai P30, Mate 20, P20, hingga rangkaian seri Nova, masih bisa menikmati layanan Google.
Google, yang dimiliki Alphabet Inc, mengatakan, pihaknya akan memberlakukan pembatasan pembaruan Android pada Huawei. Google mengatakan, aplikasi Google Play dan perlindungan keamanan Google Play Protect akan terus berfungsi pada perangkat Huawei yang ada.
Langkah Huawei
Manajemen Huawei menyatakan, pihaknya akan terus memberikan pembaruan keamanan dan layanan untuk ponsel pintar dan tabletnya setelah pasokan sistem Android dihentikan Google. Namun, Huawei tidak mengatakan apa yang akan terjadi dengan gawai produk mereka di masa depan tanpa akses ke layanan populer Google, termasuk Gmail, Youtube, dan Chrome, kecuali mendapatkan lisensi khusus.
”Huawei akan terus menyediakan pembaruan keamanan dan layanan purnajual untuk semua produk ponsel dan tablet Huawei dan Honor yang ada, mencakup yang telah dijual dan stok yang masih tersedia secara global,” kata juru bicara Huawei melalui surel.
Pendiri dan CEO Huawei, Ren Zhengfei, mengatakan, pertumbuhan perseroan mungkin akan melambat, tetapi secara terbatas.