JAKARTA, KOMPAS – Jalur non-tol diprediksi terdampak sistem satu arah yang diterapkan di Jalan Tol Trans-Jawa saat mudik Lebaran tahun ini. Potensi kemacetan di sejumlah titik pun diantisipasi, salah satunya jalur di Bekasi, Jawa Barat.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengatakan, Kota dan Kabupaten Bekasi berpotensi besar macet. Pasalnya, kendaraan dari arah barat akan melintasi Bekasi, yakni dari Bogor dan Depok, Jawa Barat; serta Tangerang, Banten.
“Kondisi lalu lintas di sana sudah padat (saat hari biasa). Nanti, V/C ratio-nya di sana akan menjadi 1,2. Kalau angkanya lebih dari satu, artinya, lalu lintas di sana akan stuck (tersendat total),” kata Bambang di Jakarta, Senin (20/5/2019).
V/C ratio merupakan ukuran kualitas suatu ruas jalan. ini diukur dengan membandingkan volume kendaraan dengan kapasitas jalan. Rasio yang ideal berada di bawah angka satu.
Sistem satu arah akan berlaku pada 30 Mei-2 Juni 2019 pada masa mudik. Penerapannya berlaku dari Kilometer (Km) 29 di Gerbang Tol (GT) Cikarang Utama hingga Km 262 di GT Brebes Barat. Sistem ini berlaku untuk pergerakan ke arah timur menuju Tol Trans-Jawa.
Pada masa balik, 7-9 Juni 2019, sistem yang sama kembali berlaku. Penerapannya dari Km 189 di GT Palimanan hingga Km 29 di GT Cikarang Utama.
Bambang menjelaskan, lalu lintas harian rata-rata (LHR) di tol ke arah barat adalah 40.000 unit kendaraan per hari. Diperkirakan 25.000 kendaraan di tol itu akan pindah ke jalur non-tol saat mudik Lebaran.
“Oleh sebab itu, kami dengan koordinasi dari Korlantas (Korps Lalu Lintas Pori) sudah menyiapkan skenario pengawalan jika lalu lintas padat. Kami juga sudah berkoordinasi dengan beberapa instansi, seperti Dinas Perhubungan, untuk menempatkan petugas di titik macet,” kata Bambang.
Modifikasi lalu lintas
Sistem Kendali Lalu Lintas atau ATCS (Area Traffic Control System) akan dimanfaatkan pada persimpangan jalan yang padat. Bambang mengatakan, sistem ini bisa memodifikasi siklus lalu lintas untuk mengurangi tundaan lalu lintas.
ATCS telah terpasang di 54 titik jalan nasional Jabodetabek. Sistem ini terhubung pula dengan ruang kendali Dinas Perhubungan Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Bogor, dan Kabupaten Bogor.
“Kemacetan lalu lintas bisa diatasi sekitar 60 persen dengan ATCS. Ini juga untuk menyiapkan kendaraan dari Jabodetabek yang akan mudik ke arah timur melalui tol,” kata Bambang.
Menurut data Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan, pemudik dari Jabodetabek diperkirakan sebanyak 14.901.468 orang. Dari jumlah itu, 24,89 persen atau 3.709.049 orang akan mudik ke Jawa Barat. Sementara itu, sebanyak 11,14 persen atau 1.660.625 orang akan mudik ke Jawa Timur.
Di kesempatan yang sama, General Manager PT Jasa Marga Cabang Jakarta-Cikampek Raddy R Lukman mengatakan, pihaknya menambahkan sejumlah fasilitas penunjang di jalan tol. Ada tambahan tujuh kamera pengawas dan 13 papan penanda atau VMS (Variable Message Sign).
Antisipasi jalur lain
Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat Hery Antasari mengatakan, ia akan memerhatikan pula jalur menuju area wisata saat mudik, seperti Puncak dan Pelabuhan Ratu. Manajemen rekayasa lalu lintas dan penambahan rambu akan dilakukan.
"Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan di Jabodetabek dan sejumlah instansi terkait untuk antisipasi (kemacetan)," kata Hery.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Adji Kusambarto mengatakan, pihaknya telah menyediakan lebih dari 2.600 bus reguler dan bus bantuan untuk angkutan Lebaran. Bus disiapkan untuk meminimalkan penggunaan kendaraan pribadi.
“Posko terpadu du terminal utama dan terminal bantuan pun disediakan. Di sana akan ada petugas dari beberapa instansi, seperti Dinas Perhubungan, kepolisian, dan lainnya. Ada juga fasilitas pemeriksaan kesehatan,” kata Adji.