Pengelolaan Konten Media Sosial Dorong Popularitas Politisi
Kemampuan mengelola konten media sosial menjadi hal yang penting untuk dimiliki politisi masa kini. Konten yang menunjukkan autensitas dan orisinalitas personal dari seorang politisi mampu mendorong tingkat popularitas politisi tersebut. Kondisi itu menarik simpati pengguna internet terhadap politisi tertentu.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS—Kemampuan mengelola konten media sosial menjadi hal yang penting untuk dimiliki politisi masa kini. Konten yang menunjukkan autensitas dan orisinalitas personal dari seorang politisi mampu mendorong tingkat popularitas politisi tersebut. Kondisi itu menarik simpati pengguna internet terhadap politisi tertentu.
Hal itu terungkap dalam penelitian Center for Digital Society Universitas Gadjah Mada (CfDS UGM) berjudul “10 Tokoh Terpopuler di Twitter pada Pemilu 2019”, yang dipaparkan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (21/5/2019).
Treviliana Eka Putri, Manager Digital Intellegence Lab CfDS UGM, mengatakan, pengambilan data dilakukan dengan cara memantau 109 akun Twitter dari tokoh-tokoh yang berkaitan dengan rangkaian Pemilu 2019. Mulai dari pelaku politik praktis, penyelenggara pemilu, pemerhati politik, akademisi hingga peneliti.
Selain itu, Treviliana mengatakan, cuitan yang mendapatkan banyak tanggapan warganet itu didominasi oleh cuitan yang dapat menggambarkan kepribadian dari tokoh tersebut. Hal itu dilakukan dengan membuat cuitan yang menggunakan bahasa atau ungkapan yang sesuai dengan gaya tokoh tersebut.
“Kami melihat cuitan populer ini adalah cuitan yang berkaitan dengan personalisasi untuk memunculkan sisi personalnya lewat akun tokoh itu,” kata Treviliana.
Pengambilan data berupa cuitan dari setiap akun itu dilakukan mulai dari 17 Januari 2019 sampai dengan 16 Mei 2019. Cuitan yang diambil itu merupakan cuitan asli yang diunggah sendiri oleh pemilik akun. Popularitas seorang tokoh ditentukan dengan menghitung jumlah terbanyak keterlibatan (engagement) warganet untuk menyukai atau melakukan cuitan ulang atas cuitan yang diunggah tokoh tersebut.
Kami melihat cuitan populer ini adalah cuitan yang berkaitan dengan personalisasi untuk memunculkan sisi personalnya lewat akun tokoh itu
Hasil dari penelitian itu menunjukkan calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo menjadi yang terpopuler dari 10 tokoh paling atas. Selama masa pengambilan data, ia membuat cuitan sebanyak 345 buah yang diikuti dengan 6,36 juta keterlibatan dari warganet dengan cara menyukai cuitan itu atau mencuit ulang.
Peringkat ke-2 tokoh terpopuler itu duduki oleh calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno. Ia membuat cuitan sebanyak 1.276 buah. Cuitan tersebut diikuti dengan 5,67 juta keterlibatan dari warganet dengan cara yang sama, yaitu menyukai cuitan itu atau mencuit ulang. Fahri Hamzah menjadi tokoh terpopuler peringkat ke-3. Dari total 2.155 cuitan, terdapat 4,96 juta keterlibatan dari warganet terhadap cuitan tersebut.
Peneliti CfDS UGM Iradat Wirid mengatakan, Joko Widodo sebenarnya tidak terlalu banyak membuat cuitan. Tetapi, tanggapan warganet terhadap cuitannya begitu besar. Kondisi itu terjadi karena Joko Widodo memiliki jumlah pengikut yang begitu besar. Hingga 16 Mei 2019, tercatat ada 11,37 juta pengguna Twitter yang mengikuti akun calon presiden nomor urut 01 tersebut.
“Joko Widodo punya basis pengikut yang sangat tinggi. Jumlahnya menyerupai artis atau selebriti. Branding yang dilakukan juga cukup menarik dengan mengombinasikan gambar dan video,” kata Iradat.
Iradat menambahkan, konten unggahan dari Joko Widodo sebagian besar berupa capaian atas program pemerintah yang dikerjakan selama masa kepemimpinannya. Kondisi tersebut memberikan keuntungan baginya sebagai petahana. Selain itu, calon presiden nomor urut 01 itu juga sudah aktif sejak tahun 2012, sewaktu masih menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Sementara itu, Iradat menyatakan, hal serupa berusaha dilakukan Sandiaga. Cuitan-cuitan calon wakil presiden nomor urut 02 mendorong gagasan ekonomi yang diusung kubunya. Kedekatan Sandiaga terhadap kalangan milenial juga menjadi dorongan tersendiri untuk popularitasnya.
Akademisi
Dari 10 daftar tokoh terpopuler, sebanyak sembilan tokoh itu berafiliasi dengan partai politik yang berkontestasi dalam Pemilu 2019. Sementara itu, satu tokoh lainnya datang dari golongan akademisi, yaitu Mahfud MD. Cuitan yang dimunculkan tokoh tersebut tidak menyebutkan afiliasinya terhadap kubu politik tertentu.
“Mahfud MD tidak terafiliasi dengan salah satu kubu. Dia menjadi tokoh yang cukup netral. Kata-kata yang digunakan yaitu hukum, KPU, Pemilu, dan Indonesia. Dia memosisikan sebagai tokoh yang netral dan bisa menjadi jembatan kedua belah pihak,” kata Treviliana.
Trevi menambahkan, perlu lebih banyak akademisi yang muncul dan memosisikan dirinya sebagai pihak yang netral. Perlu ada pihak yang memandang segala hal secara objektif. Kondisi tersebu dapat mencegah terjadinya polarisasi. Sebab, pandangan tokoh yang netral dapat dijadikan referensi bagi kedua kubu politik yang sedang bersaing.