Aksi Pendukung dan Penolak Hasil Pemilu di Surabaya Berlangsung Damai
Aksi 22 Mei yang dilakukan massa pendukung dan penolak hasil pemilu di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (22/5/2019) berlangsung damai. Dua kelompok massa yang melakukan aksi di dua lokasi berbeda menyampaikan aspirasinya dengan tertib.
Oleh
IQBAL BASYARI/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Aksi 22 Mei yang dilakukan massa pendukung dan penolak hasil pemilu di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (22/5/2019) berlangsung damai. Dua kelompok massa yang melakukan aksi di dua lokasi berbeda menyampaikan aspirasinya dengan tertib.
Massa pendukung hasil pemilu melakukan aksi di depan Taman Bungkul. Puluhan massa dari beberapa organisasi masyarakat di Surabaya ini membacakan pernyataan sikap Aksi Suroboyo Damai untuk mengajak massa dari kedua pihak pendukung calon presiden menerima hasil pemilu.
Rizka Harimurti dari Gerakan Gusdurian Surabaya mengatakan, KPU sudah melakukan tugasnya dalam menyelenggarakan pemilu dengan baik. Oleh sebab itu, sebaiknya seluruh pihak bisa menerima hasilnya. Jika masih ada yang belum puas, sebaiknya menempuh jalur yang sesuai dengan konstitusi.
“Elite politik seharusnya tidak mengeluarkan pernyataan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya dan bisa memprovokasi massa,” katanya.
Di tempat terpisah berjarak sekitar 1 kilometer, puluhan massa yang mengatasnamAkan diri sebagai Ratu Adil (Rakyat Bersatu untuk Pemilu Jujur dan Adil) menggelar demonstrasi di depan Kantor Komisi Pemilihan Umum Kota Surabaya. Mereka menyuarakan penolakan terhadap pemimpin hasil kecurangan.
Aksi yang dimulai sekitar pukul 14.00 tersebut sempat membuat arus lalu lintas di Jalan Adityawarman yang berada di depan kantor KPU Kota Surabaya tersendat. Massa menggunakan sebagian badan jalan untuk melakukan orasi.
Puluhan massa tampak membawa spanduk, poster, bendera merah putih, dan slayer kalimat tauhid. Aksi berlangsung damai dengan penjagaan ketat dari kepolisian. "Terima kasih kepada KPU yang yelah mencurangi rakyat. Terima kasih kepada KPU yang menjadi beban rakyat sehingga rakyat berbenturan satu sama lain," ujar salah satu orator aksi, Gus Rofi.
Dia menyatakan bahwa kelompok Ratu Adil tidak menerima hasil pemilu dari KPU. Alasannya, proses rekapitulasi KPU penuh dengan kecurangan. "Kami di sini bukan berbicara soal pasangan calon presiden nomor 01 dan 02, namun memprotes ketidakjujuran KPU," ujarnya.
Surabaya kondusif
Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya Komisaris Besar Sandi Nugroho mengatakan, secara umum situasi di Surabaya pada 22 Mei kondusif. Meskipun ada kelompok yang melakukan demonstrasi, situasinya masih bisa dikendalikan. “Massa yang menyampikan aspirasi dengan tertib sesuai aturan yang berlaku,” katanya.
Polisi di Surabaya, lanjut Sandi, melakukan penjagaan di beberapa lokasi, antara lain di KPU Kota Surabaya, Kantor Bawaslu Kota Surabaya, Kantor Bawaslu Jatim, serta komplek pertokoan. “Surabaya siaga sampai 25 Mei,” ujarnya.
Suasana tenang dan aktivitas warga berlangsung normal di Kota Surabaya. Hanya pelajar yang diliburkan atau belajar di rumah, sesuai surat edaran dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Ikhsan pada Senin (20/5/2019).
Hampir seluruh ruas jalan di Kota Surabaya padat sepanjang hari. Kepadatan meningkat ketika sekitar pukul 16.00 Wib, menjelang saat buka puasa. Beberapa kantor seperti KPU Kota Surabaya, KPU Jatim dan Bawaslu di dua lokasi dikawal ketat aparat keamanan hingga Sabtu (25/5/2019).
Surabaya siaga sampai 25 Mei
Aksi massa juga terjadi di Pamekasan. Kepala Kepolisian Resor Pamekasan Ajun Komisaris Besar Teguh Wibowo mengatakan, ratusan massa mendatangi Markas Polres Pamekasan untuk meminta kepolisian tidak melakukan penembakan kepada peserta Aksi 22 Mei di Jakarta. Massa juga menuntut Bawaslu mendiskualifikasi pasangan calon presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Massa dapat dicegah masuk ke area Mapolres Pamekasan yang berjarak sekitar 300 meter. Mereka lalu berorasi di depan Mapolres Pamekasan sekitar 50 menit. Beberapa perwakilan ditemui kepolisian setempat. “Sempat terjadi ketegangan, namun masih bisa dikendalikan oleh polisi,” katanya.