Akuisisi Tol Baru, Astra Infra Pertimbangkan Kelayakan
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Astra Infra masih menjajaki kemungkinan untuk mengakuisisi kepemilikan ruas tol-tol baru. Hingga 2020, Astra Infra menargetkan memiliki panjang ruas tol 500 kilometer.
CEO Astra Infra Djap Tet Fa, Selasa (21/5/2019), di Jakarta, mengatakan, Astra berkomitmen untuk berinvestasi di bisnis jalan tol karena mendukung perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, sejak mulai masuk ke bisnis jalan tol pada 2005 sampai saat ini, Astra terus menambah ruas-ruas baru sampai sekarang memiliki 6 ruas tol.
“Investasi jalan tol itu jangka panjang dan sangat serius karena infrastruktur adalah tulang punggung untuk mendukung roda perekonomian. kami akan terus memonitor. Kalau sekiranya ada aset yang bagus dan strategis bagi kita, akan kita lihat,” kata Tet Fa.
Ruas-ruas tol yang sahamnya dimiliki Astra Infra adalah Tangerang-Merak, Cikopo-Palimanan, Semarang-Solo, Jombang-Mojokerto, dan Surabaya-Mojokerto yang baru diakuisisi pekan lalu. Total panjang ruas tol yang telah beroperasi adalah 338,6 km.
Kemudian terdapat satu ruas yang masih tahap konstruksi, yakni ruas Kunciran-Serpong dengan panjang 11,2 km. Tol yang termasuk dalam Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR) II tersebut ditargetkan beroperasi tahun ini.
Menurut Tet Fa, rencana akuisisi jalan tol oleh Astra Infra masih fokus di Pulau Jawa. Sebab, transportasi di Jawa sudah matang dengan jumlah penduduk yang mencapai 150 juta jiwa. Dengan demikian, kebutuhan untuk berkendara dengan nyaman paling besar berada di Jawa.
Kriteria lainnya, lanjut Tet Fa, pihaknya lebih fokus untuk mengakuisisi tol yang sudah jadi dan beroperasi (brown field) seperti ruas Surabaya-Mojokerto yang baru saja mereka akuisisi. Astra Infra telah melihat beberapa ruas tol lain di Trans Jawa yang berpotensi untuk dilepas kepemilikannya. Bisnis jasa untuk operasi dan perawatan jalan tol melalui Astra Infra Solution.
Meski demikian, Astra Infra juga memiliki pengalaman membangun tol mulai dari pembebasan lahan sampai beroperasi, yakni di ruas Jombang-Mojokerto. “Jadi tidak soal harus sudah jadi atau tidak, tapi akan kami lihat kelayakan satu aset dengan aset yang lain,” kata Tet Fa.
Sementara itu, CEO Toll Road Business Group Astra Infra Krist Ade Sudiyono mengatakan, hingga 2020, Astra Infra menargetkan untuk memiliki tol sepanjang 500 km. Dengan demikian, pihaknya memerlukan sekitar 150 km lagi agar target tersebut tercapai. Hal itu dapat dipenuhi dari satu ruas tol saja atau dari beberapa ruas tol.
Menurut Krist, tingkat kepadatan lalu lintas menjadi salah satu pertimbangan akuisisi. Oleh karena itu, ruas tol di Jawa atau ruas tol di daerah perkotaan akan menarik untuk dipertimbangkan. Meski demikian, harga jual juga menjadi faktor penting.
“Kalau terlalu mahal, tentu kami tidak mau. Tetapi kami memang lebih memilih ke jalan tol yang sudah jadi,” kata Krist.
Selain itu, lanjut Krist, pihaknya juga berencana untuk menggandeng investor dari luar untuk masuk ke bisnis jalan tol. Menurut dia, investor asing berminat masuk karena percaya dengan kredibilitas Astra Infra.