Pendapatan Blue Bird naik dari Rp 4,2 triliun tahun 2017 menjadi Rp 4,22 triliun tahun 2018 berkat terobosan perseroan menghadapi kompetisi dengan taksi dalam jaringan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Blue Bird Tbk membagikan dividen sebesar 39,4 persen dari total laba bersih tahun 2018 yang mencapai Rp 457,3 miliar atau sekitar Rp 183 miliar. Tahun lalu, emiten transportasi dengan kode saham BIRD itu mengalami pertumbuhan laba bersih sebanyak 7,6 persen dari laba bersih tahun 2017 senilai Rp 424,86 miliar.
Pengumuman itu menjadi salah satu agenda dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Blue Bird Tbk di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (22/5/2019). Direktur Independen Blue Bird Sandi Permadi mengatakan, nilai dividen yang dibagi adalah Rp 73 per lembar saham.
Ia menjelaskan, sepanjang tahun 2018, perseroan menorehkan prestasi yang cukup baik di tengah persaingan bisnis transportasi yang ketat sepanjang tahun 2018. Tahun lalu, pendapatan perseroan naik 14,9 miliar atau tumbuh 0,35 persen dari Rp 4,2 triliun tahun 2017 menjadi Rp 4,22 triliun tahun 2018. Pertumbuhan total laba berjalan juga tumbuh solid sekitar 32,8 miliar atau naik 7,7 persen dari laba berjalan senilai Rp 427,49 miliar tahun 2017.
”Pertumbuhan, baik pendapatan maupun total laba berjalan, tahun 2018 merupakan sebuah prestasi setelah kami mengalami pertumbuhan negatif tahun 2016 dan 2017 sebagai hasil dari kompetisi melawan taksi daring. Tahun 2018, kami menemukan titik balik dan mulai tumbuh kembali,” ujarnya.
Pergantian dirut
Dalam kesempatan itu, perseoran juga mengumumkan penunjukan direktur utama baru yang telah disepakati dalam RUPST. Noni Purnomo menjadi Direktur Utama Blue Bird menggantikan Purnomo Prawiro yang memutuskan mengambil masa purnabakti.
”Pengangkatan ini merupakan kepercayaan sekaligus tantangan sejalan dengan perkembangan yang terjadi di semua bidang industri, termasuk industri transportasi saat ini,” ujar Noni.
Dalam rangka mengembangkan bisnis, bersamaan dengan pengangkatan direktur baru tahun ini, Sandi Permadi mengatakan, Blue Bird akan berinvestasi dalam pengembangan teknologi untuk taksi dan aplikasi untuk pengguna.
”Tahun 2019 kami anggarkan 10-15 persen anggaran belanja modal sebesar Rp 1,5 triliun untuk investasi tersebut,” ujarnya.
Selain untuk investasi dalam pengembangan teknologi, sekitar 80 persen alokasi modal akan dipakai untuk peremajaan dan penambahan armada.
Sisanya akan digunakan untuk pengembangan operasional. Pada triwulan I-2019, Sandi mengatakan, perseroan telah mengeluarkan Rp 340 miliar untuk peremajaan kendaraan di semua segmen bisnis yang dimiliki.