JAKARTA, KOMPAS —Punggawa CLS Knights Indonesia tidak menyangka mereka dapat menjuarai ASEAN Basketball League 2018/2019 setelah mengalahkan Singapore Slingers, 3-2, pekan lalu di OCBC Arena, Singapura. Namun, mereka meyakini segalanya bisa dilakukan dalam keadaan apa pun.
Shooting guard CLS Knights Indonesia, Sandy Febiansyakh, menceritakan, ketika berangkat ke lapangan, mereka merasakan ketegangan. ”Ini pertandingan penentuan,” ujar Sandy saat bersama timnya berkunjung ke Menara Kompas, Selasa (21/5/2019).
Mereka berusaha tetap tenang dan fokus pada pertandingan. Ketika tertinggal, mereka tetap berusaha menjaga fokus untuk mengejar kemenangan. Bahkan, hingga waktu tersisa 1 menit, mereka masih tertinggal.
Dalam situasi tersebut, mereka bertahan ketat sehingga pemain Slingers kesulitan mencetak skor. Akhirnya, mantan pemain Slingers, point guard Wong Wei Long dapat mencetak skor untuk kemenangan CLS Knights.
Wong pun mengaku terkejut dengan kemenangan tersebut. Dalam waktu yang singkat, CLS Knights dapat membalikkan keadaan dan menjadi juara. Meskipun menjadi penentu kemenangan, ia tetap meyakini bahwa kemenangan tersebut hasil kerja sama tim.
Managing Partner CLS Knights Christopher Tanuwidjaja mengatakan, kisah CLS Knights seperti kisah dongeng Cinderella. Ia mengaku timnya tidak diunggulkan setelah gagal total pada debut mereka di ABL musim sebelumnya.
Mereka pun mengawali kompetisi dengan buruk. Hingga Desember 2018, CLS Knights baru dua kali menang dari 9 pertandingan. Pada Januari 2019, CLS mengganti pemain. Pemain dan pelatih mulai klop hingga mereka dapat menembus play off.
Pada posisi ini, ia meyakini punya peluang untuk menjadi juara. Dari perjalanan tersebut, CLS Knights menaruh keyakinan besar pada slogan mereka, ”believe”. ”Apa pun keadaannya, kami percaya bahwa kami bisa,” ujar Christopher.
Pengaruh pelatih
Pelatih CLS Knights Brian Rowsom mengaku, dirinya hanya ingin terus bertarung. Mantan pemain klub NBA Indiana Pacers itu mengupayakan timnya bekerja sama hingga akhirnya dapat memenangi pertandingan pada menit akhir.
Ia tidak pernah mengira akan menjuarai turnamen ini karena tidak memiliki ekspektasi yang tinggi pada pemainnya. Namun, ia hanya yakin bahwa timnya dapat menang.
Pemain senior CLS Knights, Rachmat Febri Utomo, mengaku, Rowsom adalah pelatih yang tenang ketika memberikan instruksi. Hal tersebut membuat pemain menjadi nyaman. Ketenangannya membuat pemain tidak panik ketika tertinggal dari lawan.
Hal serupa diungkapkan point guard Arif Hidayat. Pada saat latihan, Rowsom juga menunjukkan ketenangannya. Cara melatihnya sederhana tetapi tepat sasaran. Ia pun merasa kakinya tidak pernah lelah ketika dilatih Brian.
Sandy menambahkan, Brian merupakan seorang yang detail, tetapi tetap menjaga pemain agar selalu bugar. Brian juga seorang pelatih yang selalu belajar. “Di saat orang lain santai, ia lebih memilih membuka laptop dan melihat pertandingan basket,” ujarnya.
Rencana
Terkait masa depan di ABL, Christopher mengaku belum memastikan. Setelah kontrak dengan ABL selesai pada tahun ini, mereka masih melihat beberapa pilihan turnamen. ”Yang sudah masuk hanya undangan ke Liga Thailand,” tuturnya
Ia berharap CLS dapat mengikuti kompetisi seperti ABL yang menerapkan pertandingan kandang dan tandang. Konsep tersebut membentuk fanatisme penonton dan membangun rasa memiliki fans pada tim yang mereka dukung.
Adapun mengenaik keikutsertaan di Indonesian Basketball League (IBL), Christopher mengatakan belum dapat memenuhi syarat IBL yakni mengubah status yayasan menjadi perseroan terbatas (PT). CLS Knights sudah mendapatkan kompensasi pada tahun pertama ketika syarat tersebut berlaku. Namun, pada tahun berikutnya, CLS Knights sudah tidak mendapatkan lagi.
“Kami sulit untuk mengubah ke PT karena pemilik CLS sangat banyak. Jika hanya satu atau dua orang saja, itu mudah,” ujar Christopher.