Pertokoan dan lapak-lapak di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, terlihat tutup sejak Rabu (22/5/2019) pagi. Pedagang khawatir dengan situasi yang terjadi setelah ada bentrokan antara massa dan aparat keamanan. Mereka berharap situasi ini segera dapat berakhir sehingga aktivitas perdagangan pulih kembali.
Oleh
Benediktus Krisna Yoga / Andy Riza Hidayat
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertokoan dan lapak-lapak di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, terlihat tutup sejak Rabu (22/5/2019) pagi. Pedagang khawatir dengan situasi yang terjadi setelah adanya bentrokan antara massa dan aparat keamanan. Mereka berharap situasi ini segera dapat berakhir sehingga aktivitas perdagangan pulih kembali.
Pertokoan Pasar Tanah Abang, mulai dari Blok A hingga Blok G, tidak ada yang buka sejak pagi. Begitu pun lapak-lapak di area Tanah Abang, mulai dari dekat Stasiun Tanah Abang hingga Petamburan, juga tidak ada yang buka.
Hasan (43), pemilik lapak di sekitar Pasar Blok A, mengatakan, dirinya menutup lapaknya karena takut ikut dirusak dan dijarah masa. ”Waspada saja. Lagian kalau buka juga tidak ada yang beli. Lebih baik tutup saja,” ujar Hasan.
Ia mengaku kecewa dengan masa yang berkerumun sehingga membuat orang takut berbelanja ke Pasar Tanah Abang. Padahal, saat ini sedang bulan Ramadhan yang meningkatkan omzet toko pakaiannya lebih besar dari bulan-bulan biasa. ”Kemarin mah ramai. Sekarang sepi,” ujar Hasan.
Karena hari ini tidak beroperasi, Hasan mengaku kehilangan pendapatan sekitar Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Pada hari-hari sebelumnya dia bisa menjual sampai dengan 10 potong baju koko atau daster Muslim seharga Rp 50.000-Rp 150.000.
Kehilangan pendapatan juga dialami Abdul (49), tukang ojek di Tanah Abang. Biasanya dalam sehari dia bisa mendapatkan pendapatan sekitar Rp 100.000 hingga Rp 200.000. ”Tapi, hari ini saya baru dapat Rp 15.000. Satu penumpang saja,” ujar Abdul.
Biasanya dia mengantarkan penumpang dari Stasiun Karet ke Pasar Tanah Abang. Baik Hasan maupun Abdul menyatakan lebih senang apabila keadaan damai dan tenteram sehingga bisa berdagang seperti biasa. ”Ya, kita mah cari rezeki saja,” ujar Abdul.
Tidak hanya di Tanah Abang, sebagian pedagang di Thamrin City juga memutuskan tidak berjualan. Diyon Chandra (36) memilih tidak berjualan hari ini dan belum tahu kapan akan memutuskan buka kembali. Dia tidak mau ambil risiko adanya gangguan keamanan jika tokonya buka.
”Saya pilih aman saja, lebih baik tutup daripada ada sesuatu yang terjadi. Di jalanan juga banyak massa. Tidak apa-apa yang penting aman dulu,” kata Diyon, lelaki asal Sumatera Barat tersebut.