JAKARTA KOMPAS - Analis pasar modal menilai sentimen hasil Pemilu 2019 hanya bersifat temporer dalam memberi efek penguatan Indeks Harga Saham Gabungan. Stabilitas nilai tukar rupiah serta posisi neraca perdagangan masih akan menjadi pertimbangan utama investor untuk masuk ke pasar modal Indonesia.
Pendiri LBP Institute, Lucky Bayu Purnomo, mengatakan keberlanjutan penguatan IHSG sepanjang pekan ini sangat bergantung dengan dinamika gejolak politik pasca-pengumuman hasil rekapitulasi Pemilu 2019 oleh KPU.
“Volatilitas pasar akan sama dengan volatilitas situasi politik di Indonesia,” ujarnya.
Pada perdagangan Selasa (21/5/2019), IHSG ditutup menguat 0,75 persen atau 44,25 poin ke level 5.951,37. Meski menguat, investor asing catatkan aksi jual bersih senilai Rp 643,13 miliar. Sepanjang perdagangan, IHSG berada di rentang 5.925,41-5.9996,54.
Menurut Lucky, pergerakan IHSG yang tidak mencapai level 6.000 menunjukkan pelaku pasar masih cenderung menunggu dan berhati-hati atas potensi dinamika politik yang terjadi hingga pelantikan Presiden-Wakil Presiden pada Oktober 2019.
“Pergerakan IHSG mengikuti dinamika pasar menunggu respons yang dilakukan lintas parpol karena belakangan ini peluang untuk pindah arah koalisi terbuka luas,” ujarnya.
Kondisi pasar
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan selain sentimen hasil rekapitulasi suara Pemilu 2019, penguatan IHSG dalam dua hari perdagangan terjadi karena secara teknis kondisi pasar sudah memasuki area jenuh jual (oversold). Ini terjadi karena dalam sepekan beruntun investor terus mencatatkan jual bersih.
“Sebelumnya, pasar melemah terlalu banyak akibat kekhawatiran perang dagang kemudian neraca perdagangan kita kemarin tidak terlalu bagus, ini menyebabkan market anjlok sepekan ke belakang,” ujarnya.
Menurut Hans, investor asing baru akan berbondong-bondong masuk ke pasar modal saat defisit transaksi berjalan Indonesia dapat ditekan. Selain itu, stabilitas nilai tukar rupiah juga menjadi pertimbangan investor asing untuk kembali menyimpan dananya di pasar modal.
Berdasarkan kurs nilai tukar Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) posisi rupiah pada perdagangan hari ini berada di level Rp 14.462 per dollar AS.
Transaksi berjalan RI pada triwulan I-2019 defisit 6,966 miliar dollar AS atau 2,6 persen produk domestik bruto (PDB).
Di sisi lain, tentu pasar akan tetap memperhatikan perang dagang yang berpotensi menciptakan perlambatan ekonomi global yang berimbas pada pelambatan pertumbuhan perdagangan global.
“Pelambatan pertumbuhan perdagangan bisa membuat ekspor berbasis komoditas akan menurun, ini akan sangat memengaruhi neraca perdagangan Indonesia,” ujar Hans.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi optimistis respons pasar terhadap situasi politik yang kondusif akan baik. Kondisi pasar saham yang hijau dalam dua hari belakangan menunjukkan sinyal positif.
“Sampai saat ini orang mulai sadar untuk mulai lagi koleksi (saham) lagi. Kita lihat dalam beberapa hari ini (investor asing) sudah mulai masuk lagi. Pasar mulai optimistis,” ujarnya.(DIM)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.