Setelah hampir 15 jam situasi mencekam di Jalan KS Tubun, Petamburan, Jakarta Barat, perjuangan aparat gabungan TNI dan Polri untuk memulihkan kondisi akhirnya berhasil. Jalan tersebut kembali bisa dilintasi masyarakat.
Oleh
Stefanus ato
·3 menit baca
Setelah hampir 15 jam situasi mencekam di Jalan KS Tubun, Petamburan, Jakarta Barat, perjuangan aparat gabungan TNI dan Polri untuk memulihkan kondisi akhirnya berhasil. Rabu (22/5/2019) sekitar pukul 17.00, salah satu ruas jalan utama di Jakarta Barat itu kembali bisa dilalui kendaraan bermotor.
Saat sebagian besar masyarakat DKI Jakarta sudah tertidur lelap, bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan justru pecah di sejumlah titik di Jakarta jelang tengah malam, Selasa (21/5/2019).
Bentrokan awalnya hanya terjadi di depan Gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di Jalan MH Thamrin, Jakarta.
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono, bentrokan bermula dari munculnya kelompok massa tak dikenal di sekitar Gedung Bawaslu, Selasa sekitar pukul 23.00.
Mereka memaksa masuk ke dalam Gedung Bawaslu dengan merusak pagar kawat duri yang dipasang polisi.
Sekitar tiga jam setelah bentrokan di Bawaslu, persisnya sekitar pukul 02.00, bentrokan pun tak terelakkan pecah di Jalan KS Tubun. Sebanyak 11 mobil hangus terbakar di Asrama Brimob, Petamburan. Hingga matahari terbit, aparat Polri dibantu TNI berjibaku mengendalikan massa.
Saat Kompas memantau Jalan KS Tubun, Rabu sekitar pukul 07.00, jalan dipenuhi bebatuan dan pecahan kaca. Puluhan mobil yang diparkir di sepanjang jalan rusak berat. Begitu pula gerobak-gerobak milik pedagang kaki lima yang diparkir di tepi jalan. Ini setidaknya memperlihatkan seberapa besar bentrokan yang terjadi sepanjang malam.
Sejak Rabu pagi, situasi masih mencekam. Berjarak sekitar 1 kilometer dari Asrama Brimob, sejumlah kelompok massa masih bertahan di persimpangan jalan di dekat Museum Tekstil. Seakan tak menghiraukan gas air mata dari polisi, mereka terus melempar batu, bom molotov, dan petasan ke arah polisi.
Untuk menghalau massa, selain menembakkan gas air mata, polisi juga menangkap sejumlah pelaku yang terlibat bentrokan. Dari pengamatan Kompas, para terduga pelaku yang ditangkap rata-rata masih remaja. Dari mulut mereka tercium aroma alkohol.
Menurut Kepala Kepolisian Resor Jakarta Barat Komisaris Besar Hengki Haryadi, sejumlah pelaku yang ditangkap berasal dari luar Jakarta. Mereka berasal dari Banten, Tasikmalaya, dan Nusa Tenggara Timur. Kelompok massa itu diduga sudah menyiapkan rencana terlebih dahulu untuk membuat kericuhan.
”Kami temukan barang-barang dari massa ini membawa instrumen-instrumen delik. Alat kejahatan yang sudah dipersiapkan berupa busur, kemudian bahan bakar untuk sengaja membakar,” kata Hengki.
Meski sejumlah pelaku terus ditangkap dan pada pukul 11.00 sudah mencapai 99 orang, aksi massa tak surut. Mereka terus melontarkan teriakan bernada provokatif dan cacian kepada polisi. Kesabaran polisi terus diuji.
Baru menjelang pukul 17.00 atau sekitar 15 jam sejak bentrokan pecah, situasi berangsur pulih. Upaya aparat keamanan memulihkan kondisi berhasil. Saat itu pula, kendaraan bermotor dibolehkan kembali melintas. Masyarakat yang biasa melintasi jalan itu jelas terbantu. Mereka tak harus memutar jauh untuk beraktivitas. Kondisi kondusif pun diharapkan tetap terjaga.