JAKARTA, KOMPAS— Sebanyak 22,8 juta pemudik diperkirakan akan bergerak ke beberapa daerah pada mudik Lebaran 2019. Jumlah ini naik sekitar 4,1 persen dibandingkan dengan tahun 2018.
Transportasi darat menjadi pilihan utama. Jumlah pengguna moda transportasi darat diperkirakan naik 13,09 persen atau mengalami kenaikan tertinggi dibandingkan dengan moda lain.
Berdasarkan hasil kajian dan survei Kementerian Perhubungan, jumlah kendaraan pribadi yang akan digunakan pada mudik tahun ini sebanyak 10,6 juta unit. Jumlah ini terdiri dari 3,7 juta mobil dan 6,8 juta sepeda motor.
Penumpang moda kereta api naik 3,4 persen menjadi sekitar 6,4 juta penumpang, bus naik 3,8 persen menjadi 4,6 juta penumpang, dan pesawat naik 3,1 persen menjadi 5,7 juta orang.
Warga Perumahan Duta Bintaro, Kota Tangerang, Gunawan (39), mengatakan, dirinya berencana menyewa mobil atau naik bus untuk pulang ke kampung halaman di Palembang, Sumatera Selatan, pada mudik tahun ini. Alasannya, harga tiket pesawat sekarang terlalu mahal.
Faktor tersebut didukung jalan tol baru yang menghubungkan Bakauheni-Palembang. Sebelumnya, Gunawan bersama istri dan anaknya selalu menggunakan pesawat untuk mudik.
”Tahun ini harga tiket pesawat paling murah Rp 1 juta. Artinya, untuk pergi pulang dengan pesawat, kami butuh sekitar Rp 7 juta. Tahun lalu masih dapat tiket sekitar Rp 400.000,” katanya di Jakarta, Selasa (21/5/2019).
Pada kesempatan berbeda, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memprediksi, jumlah penumpang angkutan udara pada masa mudik ini tak akan turun meskipun tarif penerbangan naik.
Ia juga menyatakan telah meminta maskapai agar menurunkan tarif batas hingga 15 persen.
Tujuan Jawa
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi, seusai rapat koordinasi finalisasi kesiapan angkutan Lebaran 2019 di Jakarta, mengatakan, sebagian besar pemudik berangkat dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Jumlahnya mencapai 14,6 juta orang. Sisanya tersebar di penjuru daerah lain.
Kota-kota tujuan pemudik terbanyak berada di Jawa, di antaranya Surakarta, Semarang, Tegal, Bandung, Bogor, Cirebon, Surabaya, Madiun, dan Malang.
Kepadatan Merak
Kenaikan pemudik melalui darat juga berdampak terhadap penyeberangan Merak-Bakauheni. Jumlah pemudik di Pelabuhan Merak diprediksi naik 15 persen pada puncak mudik yang diperkirakan jatuh pada H-5.
Pemerintah berencana menggunakan tarif sebagai instrumen untuk mengatur distribusi kendaraan.
Dengan sistem tarif, tarif penyeberangan untuk siang hari akan diturunkan, sementara untuk malam hari akan dinaikkan.
Perbedaan tarif diperhitungkan 20 persen sampai 30 persen.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, sistem tarif diperkirakan akan lebih efektif dibandingkan dengan skema ganjil-genap.
”Saya sependapat apabila ganjil-genap itu akan mempersulit karena pemudik yang lewat sana bukan hanya mereka yang tinggal di Jakarta, melainkan juga dari Bandung, dari Jawa Tengah, yang mungkin tidak tahu ganjil-genap,” katanya setelah rapat kerja mengenai persiapan mudik 2019 bersama Komisi V DPR.
Sementara itu, imbauan ganjil-genap di Pelabuhan Merak-Bakauheni diberlakukan pada 30 Mei-2 Juni. Kebijakan ini bersifat imbauan tanpa sanksi.
Pengaturan itu dimaksudkan agar arus mudik terbagi secara lebih seimbang, antara malam dan siang. Imbauan ini diharapkan meredam antrean panjang kendaraan di Merak.
(AIN/DVD/FRD/TAM/NAD/VIO/XTI/IKI/MEL/DKA/RAM)