Hoaks Diduga Jadi Pemicu Pembakaran Mapolsek Tambelangan
embatasan sebagian fitur media sosial belum cukup efektif untuk membatasi penyebaran berita bohong atau hoaks. Di Sumenep, Madura, hoaks masih bisa beredar di masyarakat, bahkan diduga menjadi pemicu aksi pembakaran Markas Kepolisian Sektor Tambelangan.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SAMPANG, KOMPAS — Pembatasan sebagian fitur media sosial belum cukup efektif untuk membatasi penyebaran berita bohong atau hoaks. Di Sampang, Madura, hoaks masih bisa beredar di masyarakat, bahkan diduga menjadi pemicu aksi pembakaran Markas Kepolisian Sektor Tambelangan. Masyarakat harus lebih kritis mempercayai informasi agar tidak mudah terprovokasi.
Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Luki Hermawan usai meninjau lokasi pembakaran di Mapolsek Tambelangan mengatakan, situasi di Sampang saat ini sudah kondusif. Polisi bahkan menambah sekitar 300 personel pengamanan dari unsur Brimob dan Sabhara ke Sampang dan Pamekasan untuk mencegah aksi anarkis massa terulang. Di sekitar Polsek Tambelangan, yang berjarak 16 kilometer dari pusat kota Sampang hingga malam ini masih dijaga ketat oleh polisi.
Pada tataran elite, Kapolda Jatim bersama Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Panglima Komando Daerah Militer V Brawijaya Mayor Jenderal R Wisnoe Prasetja Boedi menemui 15 tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemuda untuk mendinginkan suasana. Tokoh lokal yang berpengaruh diminta untuk mengajak masyarakat menjaga kondisi keamanan.
Berita itu (penangkapan KH Ali) hoaks. Ulama berada di Surabaya dalam kondisi sehat. Saya ada rekamannya.
Luki mengatakan, pembakaran tidak berhubungan secara langsung dengan hasil pemilu. Aksi pembakaran itu diduga dipicu beredarnya hoaks di masyarakat setempat terkait isu penangkapan KH Ali Karrar Sinhaji, pengasuh Pondok Pesantren Al Misdat, Pamekasan, yang berdemonstrasi di depan Gedung Badan Pengawas Pemilu di Jakarta.
”Berita itu (penangkapan KH Ali) hoaks. Ulama berada di Surabaya dalam kondisi sehat. Saya ada rekamannya,” ujar Luki di Mapolda Jawa Timur di Surabaya, Kamis (23/5/2019).
Namun, sebagian masyarakat telanjur terprovokasi dan mempercayai berita bohong tersebut. Massa yang berjumlah sekitar 500 orang kemudian mendatangi Pondok Pesantren Attaqori, Sampang, untuk menemui Kiai Farouq bin Alawy Muhammad dan pengasuh Pondok Pesantren Al Haromain, Sampang, Kiai Muktadir Sinhaji.
Kebenaran informasi
Mereka ingin menanyakan kebenaran informasi terkait penangkapan Kiai Ali yang dikabarkan ditangkap polisi saat melakukan aksi di depan kantor Bawaslu. Mereka juga meminta restu dari Kiai Faruq untuk mengklarifikasi ke Polres Sampang.
Berdasarkan arahan dari Kiai Farouq, massa diminta kembali pulang ke rumah masing-masing karena kabar yang beredar adalah hoaks. Polres setempat juga telah menyatakan bahwa kabar penangkapan Kiai Ali tidak benar.
Di tempat terpisah, polisi melakukan razia senjata tajam di depan Mapolsek Kedungdung, Sampang, terhadap massa yang akan bergabung menuju Pondok Pesantren Attaqori. Dari hasil penggeledahan, polisi menyita tiga celurit, dua pisau, dan satu pedang yang dibawa oleh sejumlah orang.
Namun, beredar kabar yang menyatakan polisi menangkap rekan-rekan mereka yang membawa senjata tajam. Massa berjumlah sekitar 200 orang yang sudah berkumpul di Pondok Pesantren Attaqori kemudian mendatangi Mapolsek Kedungdung dan melakukan perusakan. Setelah dijelaskan bahwa tidak ada penangkapan, massa kembali ke Pondok Pesantren Attaqori hingga mereka bubar sekitar pukul 14.30.
Ditemukan banyak botol bom molotov yang dilempar dari luar pagar, botol itu berisi bensin. Kemudian ditemukan sekitar 30 botol bom molotov yang belum dipakai di sekitar tempat kejadian perkara.
Namun, sekitar pukul 22.00, massa mendatangi Mapolsek Tambalengan setelah batal mendatangi kantor Bawaslu setempat. Massa kemudian melempari Mapolsek Tambelangan menggunakan bom molotov. Selain menghanguskan Mapolsek Tambelangan, api juga menghanguskan dua mobil dan satu sepeda motor dinas. Sebanyak 10 sepeda motor dan satu mobil milik masyarakat yang parkir di tempat tersebut turut terbakar.
”Ditemukan banyak botol bom molotov yang dilempar dari luar pagar, botol itu berisi bensin. Kemudian ditemukan sekitar 30 botol bom molotov yang belum dipakai di sekitar tempat kejadian perkara,” tutur Luki.
Luki mengatakan, pihaknya telah mengantongi identitas terduga pelaku pembakaran. Polisi akan segera memanggil para terduga pelaku pembakaran tersebut melalui ulama-ulama setempat. ”Untuk pelaku identitas sudah ada. Nama-namanya sudah ada, foto-foto sudah ada, tinggal melihat waktu yang tepat dilakukan pemanggilan kepada enam orang,” katanya.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, secara umum kondisi di Sampang usai peristiwa pembakaran mulai kondusif. Masyarakat tidak perlu khawatir karena kasus tersebut sudah ditangani oleh kepolisian dan penjagaan diperketat. ”Mari meningkatkan ibadah di akhir bulan Ramadhan,” ujarnya.