Indonesia Ingin Jadi Acuan Harga Sawit dan Karet di Pasar Global
Perusahaan jasa perdagangan dan lelang pelat merah, PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN) atau Inacom, menargetkan menjadi sumber referensi harga komoditas perkebunan unggulan Indonesia di pasar global, seperti kelapa sawit dan karet. Selain mengubah citra, korporasi tersebut juga menandatangani suntikan modal dari sejumlah bank.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan jasa perdagangan dan lelang pelat merah, PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN) atau Inacom, menargetkan menjadi sumber referensi harga komoditas perkebunan unggulan Indonesia di pasar global, seperti kelapa sawit dan karet. Selain mengubah citra, korporasi tersebut juga menandatangani suntikan modal dari sejumlah bank.
Inacom adalah salah satu korporasi badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa perdagangan (trade) dan pelelangan (tender) komoditas perkebunan ke pasar internasional. PT KPBN merupakan anak usaha yang mayoritas sahamnya dimiliki PT Perkebunan Nusantara (Persero) Holding atau PTPN Holding.
PT KPBN meluncurkan nama baru korporasinya, yakni Inacom, di Jakarta, Kamis (23/5/2019). Inacom merupakan kependekan dari Indonesia Commodity dan akan fokus mengekspor minyak kelapa sawit dan produk turunannya, karet, gula, teh, dan molates.
Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (Persero) Holding Dolly P Pulungan menilai, perubahan KPBN menjadi Inacom merupakan bentuk transformasi korporasi. Diharapkan Inacom mampu memiliki daya saing sebagai perusahaan jasa perdagangan dan pelelangan di kancah internasional.
Menurut Direktur Utama PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara Edward S Ginting, perubahan nama ini bertujuan mempertegas eksistensi korporasi di pasar internasional komoditas perkebunan. Secara teknis, Inacom lebih mudah dilafalkan oleh pelaku usaha di kancah global dibandingkan KPBN.
Untuk jangka panjang, Edward berharap, Inacom turut menjadi citra harga acuan referensi minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan karet Indonesia. Apalagi, Indonesia merupakan salah satu eksportir CPO dan karet terbesar di dunia.
Dalam kesempatan yang sama, Inacom juga menandatangani kerja sama pembiayaan dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia atau Indonesia Eximbank serta PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB). Pembiayaan yang disalurkan berupa kredit modal kerja.
Secara total, kerja sama pembiayaan tersebut bernilai Rp 400 miliar untuk tempo selama 12 bulan. ”Tambahan ini menunjang kami untuk mengubah bisnis kami dari yang semula menghubungkan satu perusahaan, yakni PTPN, ke banyak perusahaan,” kata Edward.
Dengan suntikan modal tersebut, Edward berharap, pihaknya dapat memfasilitasi ekspor komoditas perkebunan dari banyak perusahaan, tidak hanya PTPN. Pada tahun ini, Inacom menargetkan akan memfasilitasi ekspor dari 12 perusahaan di sektor kelapa sawit.
Imbasnya, korporasi menargetkan, peran Inacom pada ekspor kelapa sawit nasional pada tahun ini meningkat dua kali lipat. Saat ini, peran Inacom terhadap ekspor nasional berkisar 10 persen.
Seiring dengan kenaikan jumlah perusahaan, volume ekspor minyak kelapa sawit mentah yang difasilitasi dapat meningkat 2-3 kali lipat pada tahun ini. Sepanjang memfasilitasi PTPN, ekspor minyak kelapa sawit yang difasilitasi Inacom berkisar 1 juta ton.
Secara terperinci, Inacom mendapatkan kredit modal kerja ekspor Rp 200 miliar dari Indonesia Eximbank. Sementara kredit modal kerja dari Bank BJB Rp 200 miliar.
Menurut SEVP Komersial dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) Beny Riswandi, pertumbuhan Inacom sebagai korporasi berprospek. Secara fundamental laporan keuangan, rasio-rasio aktivitas keuangan Inacom terlihat kuat menopang pertumbuhan korporasi.