JAKARTA, KOMPAS – Kericuhan dua hari beruntun setelah penetapan hasil Pemilihan Umum 2019 membuat investor asing menahan diri. Para investor asing masih melihat situasi ke depan terkait keamanan nasional yang belum stabil.
Hingga sesi penutupan pada Kamis (23/5/2019), Indeks Harga Saham Gabungan berhasil naik 1,57 persen menjadi 6.032 atau menguat 93 poin. Meski demikian, investor asing mencatatkan aksi jual bersih Rp 546 miliar di pasar modal.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, penguatan IHSG hari ini ditopang oleh investor domestik. Mereka masih percaya terhadap situasi terkini setelah penetapan hasil Pemilu.
Sementara itu, investor asing sejauh ini masih mencermati situasi. “Kalau dilihat investor domestik masih menopang aktivitas pergerakan investasi portofolio. Investor khususnya asing masih menahan untk masuk ditengah instabilitas politik,” ucap Bhima.
Adapun selama dua hari terakhir, terjadi bentrokan pada Selasa dan Rabu dalam aksi demonstrasi di area sekitar Gedung Badan Pengawas Pemilu, Menteng, Jakarta Pusat. Kericuhan itu berlangsung pada malam hingga pagi hari.
Kericuhan terkait penetapan hasil Pemilu ini masih berpotensi terjadi. Pihak yang kalah pasangan 02 Prabowo Subianto Sandiaga Uno masih akan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi.
Proses pemilu yang sudah dimulai sejak September 2018 ternyata juga berpengaruh pada investasi langsung atau FDI. Pada Pada kuartal 1 2019 FDI mengalami penurunan nyaris 1 persen secara tahunan. Investor mempertimbangkan risiko politik ketika ingin membangun pabrik.
Bhima berharap, Indonesia kembali dilirik asing. Dia meyakini dampak rusuh pada dua hari kemarin hanya bersifat temporer. Investor asing akan kembali seiring dengan stabilitas keamanan.
“Untuk itu, rekonsiliasi politik antarelit saya kira penting untuk redakan konflik laten. Kemudian perketat penjagaan di objek vital seperti pusat perbelanjaan, bandara, dan pelabuhan serta kawasan industri. Juga pemerintah perlu bangun persepsi kondisi saat ini aman,” tambah pengamat ekonomi yang mendapatkan gelar master dari Universitas Bradford, Inggris, tersebut.
Optimisme bisnis
Optimisme mengalir dari dunia bisnis setelah penetapan hasil Pemilu. Salah satunya PT Blue Bird Tbk. Kinerja perusahaan diakui tidak bermasalah seusai penetapan hasil Pemilu. Kinerja saham BIRD stabil di Rp 2.900 per lembar.
Direktur Utama Blue Bird Noni Purnomo mengatakan, bisnis mereka sudah berjalan cukup lama yakni 46 tahun. Selama itu pihaknya sudah mengalami berkali-kali pergantian pemerintahan.
“Selama ini kami bisa bertahan dan berkembang setelah pergantian kepemimpinan. Kami hanya fokus memberikan pelayanan yang terbaik,” sebut Noni.
Blue Bird berharap pasangan terpilih Joko Widodo dan KH Maaruf Amin akan terus fokus kepada perkembangan infrastruktur. Dengan itu, perusahaan yang berkembang di bisnis jasa transportasi itu dapat tersokong.
Di sisi lain, penurunan saham terjadi pada PT Saratoga Investama Sedaya TBK. Perusahaan yang 21,5 persen sahamnya dimiliki calon wakil presiden 02, Sandiaga Uno, itu turun sekitar 3 persen ke posisi Rp 3.780 setelah kerircuhan demonstarasi hasil Pemilu.
Kendati demikian, Saratoga tetap optimistis mampu meningkatkan nilai saham. Mereka memiliki rencana memompa kembali saham yang turun dengan melakukan pembelian kembali atau buy back saham.
Direktur Keuangan Saratoga Lany Djuwita Wong menjelaskan, berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan akan membeli kembali 20 juta lembar saham atau berkisar Rp 110 miliar. Selain untuk meningkatkan nilai saham, pembelian kembali juga dilakukan untuk investasi jangka panjang dalam menjaga karyawannya.