Hari Selasa (21/5/2019) lalu, Menkopolhukam Jenderal (Purn) Wiranto mengungkapkan penangkapan Mayjen (Purn) Soenarko dan Prajurit Kepala BP terkait penyelundupan senapan serbu yang masuk lewat Aceh. Di Kantor Menkopolhukam, Jakarta, Wiranto yang didampingi Panglima TNI Marsekal (TNI) Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dan para pejabat terkait, menerangkan jenis senjata serbu tersebut.
Beberapa pucuk senjata tersebut adalah senapan serbu MP4 yang lazim digunakan dalam pertempuran jarak dekat, pistol Glock yang digunakan pasukan elite, dan beberapa perlengkapan tempur lainnya. Semasa konflik, banyak senjata masuk ke Aceh dari Thailand lewat jalur laut.
Sejatinya, jalur segitiga Indonesia – Malaysia – Thailand tersebut memang merupakan daerah rawan berbagai aktivitas penyelundupan. Penulis pernah menelusuri jalur tersebut hingga kawasan perbatasan Myanmar dan ibu kota Kamboja di Phnom Penh.
Salah satu modus penyelundupan senjata yang lazim dilakukan dari pesisir Thailand ke pesisir Aceh adalah dengan menyeret beragam senjata yang dibungkus rapat dalam peti pembungkus di bawah kapal yang berlayar di Selat Malaka.
“Masih ada modus seperti itu hingga sekarang. Senjata sebelumnya dilumuri gemuk dan oli dulu sampai rata, lalu dibungkus dan disimpan di dalam peti yang disambungkan dengan tali penyeret khusus ke badan kapal,” kata seorang sumber di sebuah tempat berkumpul warga Aceh di Jakarta Pusat, Selasa dini hari (22/5).
Hubungan warga diaspora Aceh di Provinsi Satun, pesisir Thailand yang berbatasan dengan Malaysia dengan warga diaspora Aceh di Kuala Lumpur, Penang, dan lain-lain hingga kini masih terjalin baik. Hubungan itu juga terjalin melintasi Selat Malaka dengan negeri leluhur di Nangroe Aceh Darussalam.
Kekerabatan tersebut terjaga baik. Terjadi kawin-mawin dengan warga Thailand, dan Malaysia, selain hubungan perniagaan. Sebagian menjalani kehidupan sebagai nelayan. Hubungan berlangsung aman dan damai. Namun, lazimnya hubungan tradisional antar negara, ada juga gangguan berupa kejahatan lintas negara. Termasuk di dalamnya penyelundupan senjata.
Semasa konflik melanda Aceh hingga tahun 2004 akhir, diketahui adanya pasokan senjata dari luar Aceh. Salah satu jalur pasokannya adalah lintasan laut Thailand ke Aceh dengan modus dibawa di bagian bawah kapal-kapal tradisional.
Salah seorang sumber di Royal Thai Army di Bangkok, Thailand, menceritakan, di masa silam, pihak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) kerap menggunakan jalur laut untuk memasok senjata. Mengenai senapan MP4, dia menerangkan, militer Thailand menggunakan senapan MP5.
Dia pun mengingatkan rentannya keberadaan senjata gelap dan penembak gelap yang mengacaukan unjuk rasa. Itu dialami Thailand beberapa tahun silam ketika unjuk rasa kelompok kaos merah. Ada seorang perwira Thailand berpangkat Kolonel tewas tertembak oleh penembak gelap yang belakangan diketahui menggunakan senapan M203.
Senjata yang beredar tersebut memang bisa berasal dari berbagai sumber seperti konflik di Myanmar, perbatasan Kamboja – Laos, senjata-senjata eks-Perang Vietnam, senjata eks-konflik Malaya Emergency, dan lain-lain.
Di sisi lain, ada pergerakan manusia dari berbagai negara Asia Tenggara yang terjadi di perbatasan Malaysia – Thailand dan negara sekitarnya secara damai. Hubungan sosial yang damai, dari Indonesia menyeberang laut ke Singapura – Malaysia – Thailand lalu ke Myanmar dan Bangladesh, merupakan salah satu kegiatan rutin yang berjalan damai. Demikian pula wisatawan yang bergerak di antara Singapura, Malaysia, dan Thailand, seperti di Phuket, Songkhla dan wilayah perbatasan Thailand lainnya, juga berjalan dengan aman damai hingga kini.
Dalam catatan penulis 1 April 2006, ketika itu perwira Mabes Polri Komisaris Besar Petrus Golose menjelaskan, seorang warga Arab Saudi yang terlibat peledakan bom menara World Trade Centre di New York, mendanai aksi teror di Indonesia dengan menggunakan jaringan teroris di Thailand dan Malaysia dan dialirkan ke negara lain.
Salah satu bukti kegiatan teror lintas negara tersebut adalah penemuan pelbagai jenis senjata api yang terdampar di pesisir selatan Thailand dan pantai barat laut sejumlah pulau di Semenanjung Malaya akibat hempasan Tsunami, Desember 2005. Sedianya, senjata tersebut akan diselundupkan dari kelompok ekstremis di Thailand Selatan menuju pantai timur Aceh.
Adanya kasus penangkapan Mayjen (Purn) Soenarko dan Praka BP terkait dugaan penyelundupan senjata, mengingatkan adanya potensi kejahatan trans nasional di wilayah perbatasan Indonesia – Malaysia – Thailand tersebut.
Editor:
Sri Rejeki
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.