Perang Dagang AS-China Menjurus pada Perang Teknologi
Oleh
Benny Dwi Koestanto
·3 menit baca
TOKYO, KAMIS — Bursa saham Asia menyentuh level terendah dalam kurun waktu empat bulan terakhir pada awal perdagangan Kamis (23/5/2019). Perang dagang Amerika Serikat-China dikhawatirkan dengan cepat bakal berubah menjadi perang teknologi antara dua negara dengan ekonomi terbesar dunia.
Pada Rabu malam, Reuters melaporkan pemerintah AS mempertimbangkan sanksi mirip Huawei pada perusahaan pengawas video China, Hikvision, atas perlakuan negara itu terhadap minoritas Muslim Uighur. Reuters mengutip salah satu sumber yang diberi pengarahan tentang masalah tersebut. Setelah AS menempatkan Huawei Technologies pada daftar hitam perdagangannya pekan lalu, perseroan perancang chip Inggris ARM telah menghentikan hubungan dengan Huawei guna mematuhi blokade tersebut.
"Untuk China, risiko utama adalah bahwa efek gabungan dari pembatasan investasi, kontrol ekspor, dan tarif akan mengubah rantai pasokan dan melemahkan investasi manufaktur, khususnya di sektor teknologi yang mendorong pertumbuhan," demikian agen pemeringkat S&P memperingatkan dalam laporan khususnya.
Turun
Indeks saham Shanghai pun langsung ambles 1,5 persen di awal perdagangan mendekati level terendah sejak Februari. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,9% persen untuk mencapai level terendah dalam empat bulan. Indeks Nikkei Jepang kehilangan 1 persen, sementara bursa saham Korea Selatan turun 0,7 persen. Indeks E-Mini futures untuk S&P 500 pun melemah 0,5 persen.
Sementara itu risalah pertemuan terakhir The Federal Reserve AS yang keluar pada hari Rabu menggarisbawahi kesiapannya untuk bersabar pada kebijakan. Hal itu terutama mengingat prospek global yang tidak pasti. Peluang penurunan suku bunga tampaknya berkurang karena banyak pembuat kebijakan Fed melihat kelemahan baru-baru ini dalam inflasi sebagai hal “sementara", meskipun eskalasi terbaru dalam perang perdagangan berarti akhirnya pasar masih bakal bertaruh pada pelonggaran moneter.
Sejauh ini tidak ada tanda-tanda akhir yang terlihat dalam perselisihan dagang AS-China. Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, pada hari Rabu mengatakan diperlukan setidaknya waktu satu bulan sebelum AS memberlakukan tarif yang diusulkan atas 300 miliar impor China. Washington masih mempelajari dampaknya terhadap konsumen Amerika.
Suasana di Wall Street pun tampak dibayangi kehati-hatian. Indeks Dow Jones turun 0,39 persen, sementara S&P 500 kehilangan 0,28 persen dan Nasdaq 0,45 persen secara berturut. Saham pembuat chip Qualcomm Inc anlok 10,9 persen setelah seorang hakim federal memutuskan perusahaan itu secara ilegal menekan persaingan di pasar untuk chip ponsel pintar dengan mengancam akan memotong pasokan dan mengekstraksi biaya lisensi yang berlebihan.
Di pasar mata uang, gesekan perdagangan yang konstan mendorong permintaan atas yen sebagai safe heaven. Hal itu mendorong merosotnya dollar AS ke level 110,20. Posisi dollar AS menguat terhadap euro di level 1,12 per dollar AS. Indeks dollar AS cenderung stabil di level 98,11. Sementara mata uang pound sterling meluncur ke level terendah empat bulan di level 1,26 per dollar AS. Sebagaima diwartakan, Perdana Menteri Inggris Theresa May berada di bawah tekanan kuat setelah rencana Brexit terbarunya menjadi bumerang dan memicu permintaan agar dia berhenti dari jabatannya. (REUTERS)