Sekitar 4.000 orang meninggalkan Jayapura, Papua, untuk mudik menuju sejumlah daerah menggunakan kapal pelayaran nasional Indonesia hingga Kamis (23/5/2019). Moda transportasi laut menjadi pilihan pemudik setelah harga tiket pesawat dinilai masih terlalu mahal.
Oleh
FABIO COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sekitar 4.000 orang meninggalkan Jayapura, Papua, untuk mudik menuju sejumlah daerah menggunakan kapal pelayaran nasional Indonesia hingga Kamis (23/5/2019). Moda transportasi laut menjadi pilihan pemudik setelah harga tiket pesawat dinilai masih terlalu mahal.
Dari pantauan Kompas di Pelabuhan Jayapura, Kamis, pukul 12.00 WIT, sekitar 2.000 pemudik menggunakan Kapal Sinabung menuju sejumlah daerah di Papua dan daerah lain, seperti Maluku, Maluku Utara, dan Sulawesi Selatan. Dua hari sebelumnya, sekitar 2.000 penumpang telah meninggalkan Kota Jayapura dengan Kapal Dobonsolo.
Kepala Cabang PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Jayapura Harianto Sembiring menyatakan menyediakan enam kapal penumpang untuk kegiatan arus mudik tahun ini. Menurut Harianto, puncak arus mudik penumpang dari Pelabuhan Jayapura diperkirakan terjadi pada Senin tanggal 27 Mei 2019.
”Setiap kapal berkapasitas sekitar 2.000 penumpang. Kali ini peningkatannya sangat tinggi. Sebelum Ramadhan, jumlah penumpang hanya 500-600 orang,” tutur Harianto. Ia mengatakan, tingginya animo masyarakat menggunakan moda transportasi laut kemungkinan dipicu tingginya harga tiket pesawat.
”Saatini, kami masih menggunakan enam kapal saja. Apabila ada lonjakan penumpang, kami akan mengajukan tambahan kapal ke kantor pusat,” ujarnya.
Umiyanti (42), pemudik asal Kota Jayapura tujuan Ternate, memilih mudik menggunakan kapal karena harga tiketnya lebih terjangkau. Menggunakan kapal, ia hanya perlu Rp 400.000 per orang meski harus tiga hari perjalanan. Sementara apabila menggunakan pesawat, ia harus mengeluarkan ongkos hingga Rp 3 juta. Karena tidak ada penerbangan langsung, ia bisa menghabiskan waktu 8-21 jam perjalanan Jayapura-Ternate.
”Terlalu berat bagi saya apabila terlalu banyak mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk ongkos perjalanan, katanya.
Petugas Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Jayapura beserta Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV dan Pelni juga mengawasi proses arus mudik penumpang di pelabuhan tersebut. Kepala Seksi Keselamatan Berlayar, Penjagaan, dan Patroli KSOP Jayapura Miraza Polpoke mengatakan, pihaknya bersama Pelindo dan Pelni Jayapura menyediakan sekitar 50 personel untuk mengawasi arus mudik di Pelabuhan Jayapura.
”Kami menyediakan sebuah stan khusus dengan tenaga medis untuk memberikan pelayanan bagi penumpang yang mengalami gangguan kesehatan. Kondisi cuaca juga sangat baik,” kata Miraza.